Pembalasan Sean

Matanya penuh dengan tatapan kasih sayang melihat Alena yang sedang sibuk menyantap makanannya.

Ia benar-benar senang hari ini, perasaannya memang tidak berbalas dengan benar, Alena tidak mengatakan perasaannya secara gamblang. Namun mendengar Alena memanggilnya dengan sebutan sayang sudah cukup untuknya.

Setidaknya untuk saat ini.

"Makan Sean, jangan bengong terus!" teguran Alena membuat Sean tersenyum, dengan segera lelaki itu memakan makanan yang sempat ia diamkan tadi.

"Iya, sayang." ujarnya dengan sengaja, memancing Alena untuk mengingat kembali kejadian 15 menit yang lalu, ketika Alena memanggilnya dengan sebutan sayang.

Alena tersipu malu, ia menunduk menyembunyikan pipinya yang memerah, bahkan burgernya ia tinggalkan.

 Mengakibatkan Sean didepannya tertawa geli melihat tingkah Alena.

"Jangan ngeledek melulu!"

"Haha, iya iya." Sean berhenti meledekki perempuan itu.

Makanan keduanya baru tiba 10 menit yang lalu begitu pula minuman yang mereka pesan.

Lelah bermain dengan berbagai wahana tadi, Sean memutuskan bahwa mereka butuh untuk beristirahat sejenak, mengisi perut mereka juga menghilangkan dahaga.

Apalagi sedari tadi Alena terus menerus bermain tanpa minum air seteguk pun. Jadi ketika minuman mereka datang, Alena dengan cepat meneguk minumannya.

"Mau coba burger aku gak? Enak banget sumpah." Alena menawarkan makanannya kepada Sean, tidak ada maksud lain. Ia hanya ingin berbagi rasa makanan yang enak ini dengan Sean.

Sean menjawab dengan membuka lebar mulutnya, memberi kode bagi Alena untuk menyuapinya.

"Enak kan?" tanya Alena, penasaran dengan tanggapan Sean setelah mencicipi makanan Alena.

"Hm, enak tapi sayang gak ada tomatnya." Sean mengangguk sembari memberi komentar terhadap burger yang Alena suapkan padanya tadi.

"Iya juga ya, aku baru sadar enggak ada tomatnya." Alena melirik ke dalam burgernya, baru menyadari bahwa di dalamnya tidak ada tomat.

"Dilanjut makannya." ujar Sean, menggelengkan kepalanya gemas, mengetahui Alena mudah teralihkan oleh satu hal kecil.

Makanan mereka habis dalam sekejap, memang pada dasarnya terlalu lelah sehingga tidak terlalu banyak pembicaraan terjadi di sela-sela waktu makan mereka.

Selesai makan, Sean membersihkan sisa saus yang ada di bibir Alena, menggunakan harinya sendiri.

Catat

Menggunakan jarinya sendiri, tanpa ada lapisan tisu selembar pun.

" Jorok ih, kan itu ada tisu Sean." Alena mengerutkan keningnya, ia berpikir ini hal yang menjijikkan karena saus yang tertera pada ujung bibirnya adalah saus sisa makanan.

" Kenapa jorok? cuman sisa saus doang, kamu gelian ya?" tanya Sean.

"Sedikit." balas Alena

Kesempatan ini Sean pakai untuk menggali informasi tentang Alena lebih jauh lagi. Ia memang tinggal bersama dengan Alena saat masih menjadi suami Halini. Namun, informasi pribadi tentang Alena tidak bisa ia dapatkan sebebas dan sebanyak itu.

" Apalagi?" ucap Sean, membuat Alena mengernyit bingung.

"Apanya yang apalagi?" tanya Alena tak mengerti.

"Hal yang kamu gak suka, hal yang kamu geli, hal yang kamu suka, semuanya. Ceritain ke aku, aku belum sepenuhnya tahu tentang kamu, Alena Luther." Ucap Sean panjang kali lebar, membuat Alena tercengang dengan ucapannya.

" Tiba-tiba?" Alena yang tidak tahu harus membalas apa, melempar kembali pertanyaannya.

"Iya, fakta kalau aku gak tahu banyak hal tentang kamu itu ternyata menganggu banget." jujur Sean

"Uhmm... Aku gak suka ketemu orang baru, sosialisasi, aku gelian, aku cengeng, aku suka tidur, makan, Pana, dan Cota." Jawab Alena

Sean hendak membuka mulutnya menimpali jawaban Alena sebelum ucapannya di selak terlebih dahulu oleh gadis di depannya.

"Sama kamu, aku suka kamu juga." Ucapan Alena dengan jelas terdengar di telinga Sean.

"Sean Luther." Alena memperjelas.

Blush

Sean senang bukan main, mukanya bersemu merah, jauh lebih merah dari wajah seorang perempuan yang duduk disampingnya, yang sedang menata ulang blush on nya.

"Muka kamu merah banget, ciee... Malu yaa!" Ledekkan Alena semakin membuat mukanya tersipu.

"Tch, jangan di ledekkin gitu!" Sean yang malu berakhir menutupi mukanya dari jangkauan penglihatan Alena, namun tindakannya tetap berakhir di sambut dengan gelak tawa Alena.

Pikirannya tiba-tiba terpikirkan akan sebuah rencana pembalasan dendam, sudut bibirnya terangkat ke atas.

Gadis itu sudah banyak merecokinya hari ini, lihat saja nanti malam siapa yang akan tertawa.

"K-kenapa senyum begitu?" tanya Alena curiga, amat curiga terhadap pria itu.

"Mau tau?" pancing Sean

Alena mengangguk menjawab, Sean melambaikan tangannya menyuruh Alena untuk mendekatkan telinganya.

Detik selanjutnya, Alena membelalakkan matanya dan hendak berteriak jika saja mulutnya tidak di tutup oleh Sean dengan cepat.

"HM! NGJAKSN HEWNGUM!" ujarnya marah, walaupun mulutnya dalam keadaan tertutup, itu tidak menutup keinginannya untuk menyuarakan perasaannya.

Sean yang sudah merasakan kemenangannya, mulai tersenyum. Dirasa gadis itu tidak akan berteriak lagi, Sean melepaskan bekapannya.

"Aduh!" keluh Sean, ketika pahanya menerima pukulan pedas yang istrinya layangkan.

"KDRT nih!"

"Biarin, siapa suruh kamu m*sum!" ucapan Alena mengundang gelak tawa dari Sean.

" Itu bercanda doang kan Sean? Ya kan ya kan?" tanya Alena, gadis itu jadi kepikiran ternyata.

Sean memutuskan untuk semakin menggodanya.

"Gak tau deh, liat aja nanti." Sean berdiri dari duduknya, meninggalkan Alena tercengang mendapati jawaban yang Sean berikan.

"SEAN! Jangan tinggalin aku!" teriak Alena sambil mengejar langkah Sean. Lelaki itu tertawa terbahak-bahak mendengar teriakkan Alena.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!