AL 7

" Kenapa aku jadi kesal ya." ucapnya.

" Yang sabar Bana, mungkin saja Kakak itu memang sedang sibuk." ucapnya untuk menenangkan Bana.

" Kalau bukan karena kamu dan juga Kak Prayogi, jujur saja Aku sangat malas berbicara dengan kakak ini. Kakak ini tuh sikapnya dingin banget kayak kulkas 10 pintu, tetapi dia tampak sangat hangat ketika bersama dengan adiknya." jelasnya dengan mengingat kejadian di masa lalu.

" Yang sabar ya bro, habisnya aku nggak bisa minta tolong sama siapapun selain kamu. Dan lagian kamu juga yang pernah satu ruangan dengan kakak itu, jadi maaf harus merepotkan kamu." ucap Jefri dengan tersenyum.

" Ya sudahlah, mudah-mudahan saja setelah ini kalian bisa segera jadian ya. Tolong jangan sia-siakan perjuanganku, karena hal ini sangat sulit sebenarnya dilakukan." ucapnya dengan menatap Jefri.

Bana kini segera menghubungi Prayogi kembali, dan Ia menyampaikan kalau Feva telah setuju. Bana pun menceritakan rencananya ulang kepada Prayogi, dan akhirnya Prayogi pun menyetujuinya agar bisa bertemu dengan Cinta pertamanya itu. Prayogi pun langsung mempersiapkan semua keperluannya, iya yang biasanya tidak pernah meninggalkan pekerjaan. Hari ini ya justru pergi meninggalkan pekerjaannya, dan hal ini membuat semua karyawan menjadi heboh.

Prayogi langsung kembali ke rumahnya, Ia pun segera menyiapkan setelan yang bagus. Karena ia ingin Reva melihatnya dengan terkesima, iya sangat ingin menciptakan momen yang sangat indah untuk pertemuan setelah sekian lamanya. Dan ia ingin membuat Feva masuk ke dalam pelukannya,

Kini waktu yang ditentukan sudah tiba, gini mbaknya dan Jefri sudah duluan menuju cafe. Mereka pun segera memesan minuman, tidak lama setelah pemesanan. Kini akhirnya tampak kedatangan Feva, sesuai dengan tebakan. Kalau Feva akan datang bersama dengan Alia, Jefri sangat terpana ketika melihat penampilan dari Alia.

" Maaf ya karena saya harus membawa adik saya, jujur saja saya merasa tidak nyaman kalau harus berbicara hanya berdua saja denganmu." ucapnya dan Bana pun mengangguk.

" Tidak masalah kok Kak, lagian saya juga sudah mengerti dengan sifat kakak. Anak-anak dan juga para dosen sudah menjelaskannya kepada saya, dan lagian sifat Kakak juga sudah terkenal di seantero kampus." jelasnya.

" Kamu ini ada-ada aja, iya saya sampai lupa. perkenalkan ini adik saya namanya Alia." ucapnya dan Alia pun tersenyum.

" Halo, saya Alia." ucapnya dengan melambaikan tangan.

" Halo juga, perkenalkan nama aku Bana dan ini temanku Jefri." ucapnya.

" Halo." ucap Jefri yang kikuk.

" Baiklah Bana, mungkin lebih baik kita mulai pembahasannya sekarang aja ya." ucap Feva dan Bana pun mengangguk.

Mereka pun memulai pembahasan, mereka telah membahas judul yang akan diambil oleh Bana. Saat ini tiba-tiba saja ada seseorang yang mendekat, iya pun langsung menyebut nama Feva. Feva cukup terkejut mendengar namanya dipanggil, dan ia pun langsung mengalihkan pandangan ke sumber suara.

" Prayogi..." ucapnya yang kaget.

" Iya ini aku." ucapnya kemudian langsung duduk.

Alia merasa heran dengan tingkah laku itu, lelaki itu sangat mengenal kakaknya. Dan tanpa meminta persetujuan, lelaki itu juga ikut bergabung dengan mereka. Kini ia mulai mencurigai sesuatu, jadinya pun melihat sekeliling namun dua orang pemuda itu juga tidak ikut merespon.

" Ada apa ini sebenarnya?" tanyanya.

" Apa maksud pertanyaanmu?" tanya Bana.

" Jujur saja aku merasa heran, tiba-tiba pemuda ini ikut bergabung dengan kita. So aku mengerti Kalau dia mengenal kakak aku, tetapi kenapa kalian diam saja ketika dia langsung duduk tanpa meminta persetujuan?" tanyanya dan kedua pemuda itu pun menjadi bingung.

" Aku tidak bisa mengusirnya, karena aku memang memintanya untuk menjemput ku. Tapi aku tidak menyangka, dianya justru datang secepat ini." ucap Bana.

" Kamu meminta Prayogi untuk menjemputmu Bana, Apa hubungan kalian berdua?" tanya Feva.

" Bana ini adikku, mungkin kamu sudah melupakannya. Tetapi aku yakin ini pasti Lia kan, walaupun aku belum pernah bertemu dengan Lia. Tetapi kamu kan selalu saja membawa foto Lia kemanapun kamu pergi, hingga kami semua pun mengetahui wajah adikmu ini." ucap Prayogi industri mengalihkan perhatian kepada Alia.

" Aku tidak menyangka kalau dunia ternyata sempit ini, kita sudah lama tidak berjumpa Prayogi. Dan sekarang kita justru dipertemukan oleh adikku, dan bisa dikatakan ini semua juga tidak sengaja karena adikku ingin menyusun laporan." ucapnya yang merasa kalau ini tidak sengaja.

" Seandainya kamu tahu kalau ini semua sudah direncanakan, kira-kira kamu akan marah atau tidak ya?" batinnya.

" Aku tidak percaya kalau ini semuanya kebetulan, atau jangan-jangan ini semua memang sudah direncanakan. Tetapi semuanya dibuat seolah-olah seperti tidak disengaja." tebak Alia.

" Kamu jangan ngomong sembarangan Dek, tidak mungkin mereka merencanakan hal tersebut. Lagian kakak juga udah lama tidak bertemu dengan Prayogi, dan kami juga sudah tidak pernah mengetahui letak keberadaan kami masing-masing." ucap Feva.

" Ya bisa saja mereka sudah mengetahui kalau kakak adalah senior dari Bana, dan akhirnya ia merencanakan kalau kakak akan dipertemukan dengan kak Prayogi." tebak Alia.

" Sudahlah Dek, kamu jangan berpikir yang aneh-aneh. Mungkin saja ini semua memang adalah kebetulan, jadi lebih baik kamu tidak usah memikirkan yang aneh-aneh ya. Sekarang lebih baik kamu duduk dan makan saja, Kakak akan melanjutkan untuk membantu Bana menyusun judulnya." ucap Feva.

" Ya sudah deh kalau itu pendapat kakak, aku akan menuruti semua perkataan kakak." ucapnya yang kini kembali bermain handphone.

" Kamu kenapa main handphone terus sih dek?" tanya Prayogi membuka pembicaraan.

" Lalu Aku harus berbuat apa Kak Prayogi, lagian tujuanku ikut datang ke sini hanya untuk menemani kakakku saja. Dan aku nggak ada pekerjaan di sini, dan jujur saja aku tidak merasa nyaman ketika berbicara dengan orang asing." ucapnya yang memang sengaja dibuat cuek.

" Yauda deh, tapi jangan sampai segitunya juga main game." ucap Feva.

" Lalu aku harus apa kak?" tanya Alia.

" Bagaimana Kalau kamu pergi saja bersama dengan Jefri, daripada kalian juga diem aja di situ." usul Bana.

" Yang dikatakan oleh Bana boleh juga Dek, daripada kamu main game mulu. Lebih baik kamu pergi jalan-jalan sama Jefri, mungkin dengan begitu kamu bisa lebih mengenal tempat ini. Kamu kan biasanya hanya di rumah saja, dan kakak juga tidak terlalu banyak tahu tentang tempat ini." ucap Feva dan Alia tampak ragu.

" Ta-tapi..." ucapnya yang terhenti.

" Nggak ada tapi-tapian dek, lagian kalau kamu terlalu sering main HP nanti kakak yang kena marah sama Abi dan Ami." ucapnya.

" Ya udah deh kalau kakak ngomong kayak gitu, kebetulan adik juga udah bosan. Jadi kita mau pergi ke mana?" tanya Aliya kepada Jefri.

" Kita nggak akan pergi jauh-jauh kok, kita hanya akan berkeliling sekitar wilayah kampus saja. Kamu pasti belum mengetahui banyak lokasi di kampus bukan, jadi bisa diarahkan buat jalan-jalan dulu lah ya." ucap Jefri dengan tersenyum.

" Ya udah deh boleh." jawabnya kemudian keduanya pun segera pergi.

Kini hanya tinggal Prayogi, Bana dan juga Feva. Feva pun melanjutkan pembahasannya, kini tiba-tiba saja Bana merasa ingin pergi ke toilet. Bana pun akhirnya meninggalkan keduanya, sebenarnya Ia tidak pergi ke toilet. Itu semua hanya alasan untuk mendekatkan sang kakak dengan seniornya itu, iya tahu kalau keduanya memiliki perasaan yang sama. Dan itu semua dapat terlihat dari sorot mata keduanya, karena itu ia sengaja meninggalkan keduanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!