AL 5

Sedikit pengenalan

Dian Jepri Tama

Putra sulung dari Abi Ahmad Edo Tama dan Umi Gia Kelia Tama, sifatnya sangat penurut dan ia juga sangat menghargai orang lain. Makanan kesukaannya Soto dan minuman kesukaannya kopi.

***

" Mengapa tidak mungkin?" tanya Jefri.

" Ya tidak mungkin saja, lagian kakak dari Alia itu usianya lebih tua dari kita. Ya kali aku pacaran dengan orang yang lebih tua, tapi aku akan membantumu untuk dekat dengan Alia."

Mereka pun melanjutkan perbincangan mengetahui Alia, Jefri sudah menjadi bucin. Dan dia juga harus memikirkan cara agar Alia mau di ajak kerumahnya, karena kalau tidak ia bisa di jodohkan dengan Laras.

Ia sangat tidak ingin di jodohkan, sebab sikap Laras sangat bertolak belakang dengan tipe wanita yang ia sukai. Tetapi akan sangat sulit untuk menentang perjodohan jika ia tidak memiliki calon.

" Kau tenang saja, aku sudah mendapatkan nomor handphone Alia." ucapnya dengan memberikan selembar kertas.

" Terima kasih ya Bana, kau memang sahabat terbaikku." ucapnya dengan tersenyum.

" Ya tentu dong, sekarang tinggal kau saja yang berjuang. Karena untuk mendekati Alia tidak semudah mendekati wanita biasa, bahkan dari kabar yang aku dapatkan ia masih belum memiliki pacar." ucap Bana.

" Yang bener kau?" tanyanya.

" Ya, dan orang tuanya juga bukan orang biasa. Mereka berdua sangat paham agama, dan dari yang aku dapatkan mereka memanggil kedua orangtuanya dengan sebutan Abi dan Ami." jelas Bana.

" Tak kusangka ternyata keluarga mereka seketat itu, maka memang akan sangat sulit. Tapi aku tidak akan berhenti berusaha, karena aku sudah sangat jatuh hati dengannya." ucap Jefri.

" Syukurlah kalau memang kau sudah bertekad, asal jangan tekad mu hilang di tengah jalan aja." ucap Bana.

" Kau tenang saja Bana, aku tidak akan seperti itu." ucapnya dengan tersenyum.

" Yaudah, semoga saja kau memegang omonganmu sendiri." ucapnya.

" Tentu saja, hanya saja aku akan menyerah ketika ia sudah memiliki pendamping yang lebih dari aku. Karena aku yakin, ia pasti tidak akan melihat ke arah dan fokus pada pendampingnya itu." ucapnya.

" Aku yakin tidak ada orang yang lebih dari mu, aku yakin hal itu. Jadi yang kau katakan sangat tidak mungkin terjadi." ucapnya.

" Yang namanya takdir nggak ada yang tau Bana, setidaknya kita sudah mengantisipasinya agar kemungkinan itu tidak terjadi. Tetapi takdir tidak ada yang tau, karena itu adalah kuasa sang pencipta." ucapnya.

" Yang kau katakan ada benarnya juga, tapi kita harus tetap berusaha." ucapnya.

Tiba-tiba saja ada yang datang, dan dia adalah kakak dari Bana.

" Kalian sedang membicarakan apa, tampaknya sangat serius?" tanya Prayogi yang baru saja tiba.

" Eh ada Kakak rupanya, eh kebetulan banget." ucap Bana dengan tersenyum.

" Ada apa ini?" tanya yang curiga.

" Tenang aja Kak, nggak aneh-aneh kok. Aku cuma mau bantu Jefri dekat sama cewek, dan kebetulan dia juga punya Kakak. Ya siapa tau kakak mau kenalan." ucapnya.

" Oh gitu, tapi sepertinya apa rupanya. Nanti burik pula, nggak mau la aku." ucap Prayogo.

" Kakak tenang aja, dia nggak burik kok. Kalau nggak percaya ini aku sosial medianya." ucapnya dengan menyerahkan handphonenya.

" Ini kan Feva, dia tamba cantik aja." batin Prayogi dengan tersenyum.

" Gimana Kak, mau nggak?" tanya Bana.

" Uda pasti mau la, kau nggak lihat uda full senyum tuh Kak Yogi." ucap Jefri.

" Apaan si kalian, tapi boleh deh." ucapnya kemudian langsung pergi meninggalkan mereka.

" Dasar kakak kamu tuh." ucap Jefri dengan menggelengkan kepalanya.

...----------------...

" Jujur saja aku sangat kesal dengan Bana, tetapi usul dari Prayogi ada benarnya juga. Dengan kecerdasan mana yang sekarang, Aku yakin dia pasti bisa dengan mudah membantu aku dan juga rekan-rekanku. Lebih baik aku membicarakan dulu kepada mereka, takutnya mereka tidak setuju Kalau aku membawa orang baru." ucapnya kemudian langsung memulai video call.

" Halo semuanya." ucap Argo.

" Halo juga." jawab semuanya serentak.

" Tumben video call jam segini." ucap Adillah.

" Iya, kebetulan ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan kalian." ucapnya dan membuat yang lain menjadi penasaran.

" Apa itu yang ingin dibicarakan?" tanya Fathir.

" Aku ingin membahas mengenai anggota baru, itu sih jika kalian memang ingin menambah anggota baru. Kebetulan aku memiliki kandidat yang cocok, tetapi aku membutuhkan persetujuan dari kalian." jelas Argo.

" Apakah dia sudah tahu konsekuensi dari pekerjaan ini?" tanya Adillah.

" Aku meyakini kalau dia sudah mengetahuinya, dia adalah adik dari Prayogi." ucapnya.

" Kalau begitu aku yakin dia pasti sudah mengetahuinya, tetapi apakah Prayogi sudah mengizinkannya. Kegiatan kita ini sungguh sangat berbahaya, bahkan Prayogi rela keluar demi melindungi keluarganya." ucap Fatir.

" Prayogi sendiri yang memberikan usul, tetapi untuk kelangsungannya itu tinggal keputusan diri kita dan juga dari sang adik. Karena ia tidak ingin mengekang kehidupan pribadi adiknya, dia tidak ingin apa yang ia rasakan dirasakan oleh adiknya." jelas Argo dan mereka pun mengangguk.

" Kalau begitu aku sih setuju saja, apalagi pastinya dia sudah mengetahui konsekuensi dari kerjaan kita. Jadi pastinya dia tidak akan menuntut yang aneh-aneh, dan aku harap sih pekerjaan dia sangat bagus seperti Prayogi." ucap Adillah.

" Aku yakin kalau begitu, melihat pekerjaan periode saja sangat bagus. Pasti pekerjaan Adiknya juga sangat bagus, ya walaupun Prayogi perna gagal dalam tugasnya. Itu adalah hal yang wajar, kita juga manusia yang pernah melakukan kesalahan." ucap Fatir.

" Syukur deh kalau kalian memang setuju, rencananya besok aku akan ke rumah Prayogi. Apakah kalian ada yang mau ikut, sekalian juga kalian berkenalan dengan adiknya." ucapnya.

" Boleh deh, tapi ada yang masih membuatku bingung. Mengapa tiba-tiba saja kamu ingin mengajak adik Prayogi gabung, apakah ada alasan khusus?" tanya Adillah.

" Sebenarnya adiknya periode ini sering mengacaukan tugasku, Prayogi sering memberikan aku tugas dan juga adiknya. Dan adik dari Prayogi ini lebih sering menyelesaikan tugas terlebih dahulu daripada aku, dan hari ini dia juga telah mencuri stat pekerjaanku lagi." ucap Argo yang membuat yang lainnya menjadi penasaran.

" Memangnya apa yang telah didapatkan oleh dia?" tanya Fathir.

" Sesuatu yang telah digagalkan oleh Prayogi, dan kemudian ia berhenti dari pekerjaan ini. Dan dia justru meminta tolong ku untuk mencari orang tersebut, tapi sekarang justru adiknya lah yang telah menemukannya duluan." jelas Argo dan membuat keduanya terkejut.

" Yang kamu katakan ini benar?" tanya Adillah.

" Apakah aku pernah berbohong kepada kalian?" tanyanya kembali, dan keduanya pun menggelengkan kepalanya.

" Aku sungguh tidak menyangka, kalau begitu kita harus segera membawa dia masuk ke tim kita. Aku yakin dia pasti memiliki potensi, dan dia pasti bisa membuat kita semakin terkenal. lebih tepatnya sih membantu kita menyelesaikan semua tugas yang tertunda, sudah banyak sekali tugas kita yang belum kita selesaikan." ucapan Fathir.

" Aku setuju dengan itu, kalau begitu besok kita langsung ketemu di rumah Prayogi. Memastikan dulu kepada Prayogi, agar kita datang Bana ada di rumah." ucapnya.

" Siapa tadi namanya?" tanya Adillah yang penasaran.

" Namanya Bana, dan sejujurnya namanya ini cukup unik sih." ucap Argo.

" Aku menyukai namanya, tiba-tiba aku teringat sama Banana." ucap Fathir dan mereka pun tertawa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!