Rasa Yang Mulai Tumbuh

Ayu yang baru selesai langsung menghampiri Revana dan Rio, namun ia terkejut saat melihat Alvaro sang dosennya.

" Siang Pak Varo " ucap Ayu dengan nada manjanya

" Hmm Revana keruangan saya, ada yang perlu saya bicarakan soal nilai kamu " Alvaro berjalan lebih dulu meninggalkan ketiganya

Ayu dan Rio menatap kearah Revana, sedangkan gadis itu juga bingung dengan Alvaro.

" Gue pergi dulu yah, kalian tunggu sini aja byee " Revana dengan cepat mengejar Alvaro sang dosen.

Begitu sampai didepan ruangan Alvaro, Revana mencoba menenangkan dirinya agar tidak tersulut emosi.

" Permisi " Revana membuka pintu ruangan Alvaro

Saat Revana masuk ia melihat Alvaro yang tengah berdiri sambil bersandar di ujung meja, kedua tangannya ia lipat didepan dadanya.

" Ada apa Pak? " tanya Revana dengan polos

" Kenapa kamu ga balas pesan saya? " tanya Alvaro tanpa basa basi

" Hem ya saya kan ga megang HP Pak, emang mau ngapain Pak? saya kan lagi sama temen temen saya " jawab Revana sambil menatap ke lain arah

" Kenapa? kamu gugup berduaan sama saya di ruangan ? "

Revana langsung menatap kearah Alvaro, laki laki itu tengah menatap Revana dengan tatapan yang sulit Revana gambarkan.

" Engga, biasa aja. Bapa manggil saya kesini itu ada apa? " Revana kembali bertanya kepada Alvaro

Alvaro mengeluarkan secarik kertas kepada Revana, Revana pun mengambil kertas tersebut dan membacanya.

" Nilai kamu itu masih banyak kurang, sekarang kamu masih asik asikan main. Perbaiki nilai kamu mulai sekarang, kamu sebentar lagi skripsi Revana " ucap Alvaro dengan tegas

" Ini mah karena dosen sebelum nya emang pelit nilai Pak, bukan nilai saya aja yang kurang temen temen yang lain juga. Harusnya nih harusnya, bapa jangan nuntut saya aja yang lain juga dong " Revana mencoba membela dirinya didepan Alvaro

" Kamu itu kan pacar saya, jadi yah sudah wajar kalau saya perhatian sana kamu Revana. Kamu emang mau kalau saya perhatian ke orang lain? apa kamu ga cemburu? " Alvaro berbalik membela dirinya

" Yaa kan sekedar mahasiswa dan dosen, kecuali bapa emang ada perasaan sama semuanya. lagian saya juga yakin, bapa tuh ga ada perasaan apa apa kan sama saya? saya curiga nih sama bapa lama lama, jangan jangan bapa punya rencana lain yah " Revana menatap sinis kearah Alvaro

" Emang wajah saya terlihat seperti itu? " Alvaro duduk di kursinya

" Wajah itu bisa menipu Pak, banyak tuh cowo ganteng tapi aslinya tukang selingkuh, mainin cewe, ah sudahlah " ucap Revana

" Berarti saya ganteng gitu? "

Revana membulatkan matanya ketika mendengar ucapan Alvaro, terlebih ia juga merasa salah sudah berbicara seperti itu kepada Alvaro.

" Ya kata anak anak sih gitu, kalau kata saya biasa aja " Jawab Revana seolah tak perduli

Alvaro hanya tertawa mendengar jawaban Revana, sedangkan Revana ia justru merasa gugup saat ini.

" Kamu mau kemana setelah ini? " tanya Alvaro kembali

" Mau nongkrong aja di kampus kayak biasa sih " jawab Revana

" Kamu gamau ngucapin makasih ke saya? "

" Makasih untuk apa pak? emang bapa ngasih apa ke saya? "

" Saya sudah jujur kalau saya punya pacar, harusnya kamu senang bukan? "

Revana hanya diam menahan senyumnya, entah ia sendiri tak percaya jika Alvaro akan berkata jujur.

" Udah ah saya mau ketempat temen saya, bapa mau pulang kan? " ucap Revana mengalihkan pembicaraan

" Saya tunggu kamu di parkiran, kalau kamu sudah pulang langsung ke mobil saya. Kamu boleh kembali ke teman teman kamu " jawab Alvaro dan Revana mengangguk

Revana keluar dari ruangan Alvaro, senyum yang ia tahan sejak tadi kini dengan bebas bisa ia keluarkan.

" Ternyata pacaran sama yang lebih tua seru juga " gumam Revana yang kemudian langsung pergi kembali ke teman temannya.

Begitu Revana sampai ditaman disana masih ada Ayu dan Rio yang masih berbicara, Revana pun menghampiri keduanya.

" Cihuyy gue kembali " ucap Revana dengan gembira

" Lama banget sih lo, kenapa lo dipanggil? " tanya Ayu penasaran

" Nih dia ngasih gue nilai nilai gue yang kemarin, katanya nilai gue jelek jelek " Revana memberikan selembar kertas itu kepada Ayu

Ayu dan Rio melihatnya bersamaan, setelah itu Ayu mengembalikan kepada Revana.

" Lo doang? padahal kan satu kelas juga emang nilainya jelek sama dosen sebelumnya " ucap Ayu dengan bingung

" Mana gue tau, mungkin Pak Varo naksir sama gue " ucap Revana yang membuat Ayu tertawa

" Hahahaha Revana lo jangan mimpi lah, sekelas pak Alvaro tuh ga mungkin naksir sama kita. Kalaupun Iyah, paling cuma buat dimainin coba coba " ucap Revana yang mendapat anggukan dari Rio

" Lagian Pak Varo tuh udah punya pacar Revana, udah jangan berkhayal. Emang lo mau sama yang tua? yang tua tuh banyak ngatur, dan pasti maunya nikah bukan pacaran " timpal Rio

" Ya yaudah sih kan gue juga asal, lagian bukan gue doang kan yang berharap jadi pacar pak Varo. lo juga kan yu? ngaku lo " ucap Revana

" Hehe iya sih, ya tapi gue sih ga apa apa kalau jadi yang kedua "

Revana yang mendengar langsung menoyor kepala Ayu

" Geblek, udah yuk pulang udah mau ujan nih " kata Revana dan keduanya mengangguk setuju

Revana berjalan menuju parkir mobil, dan benar saja Alvaro menunggu Revana didalam mobilnya.

Setelah melihat sekitar Revana langsung membuka pintu mobil Alvaro, Alvaro yang tengah memainkan ponselnya terkejut.

" Saya fikir akan lama " ucap Alvaro masih tetap fokus menatap layar ponselnya

" Engga, mau ujan lagian kasian bapa nungguin saya lama lama " ucap Revana sambil melirik ponsel Alvaro

" Saya fikir bapa ga suka main game, ternyata suka toh sekali kali mainlah bareng pak " ucap Revana

" Kamu juga main ini? yaudah nih kamu mainin, saya nyetir mobil " Alvaro memberikan ponselnya

Revana pun langsung melanjutkan permainan tersebut, sedangkan Alvaro mulai mengemudikan mobilnya.

Revana fokus dengan gamenya, Alvaro yang tengah menyetir sesekali melirik kearah Revana.

" Naahh menang kan, tuh liat sama saya ga mati pak " ucap Revana dengan gembira

" Iyah Iyah, pacar saya hebat " Alvaro mengelus kepala Revana

Revana yang mendapatkan perlakuan seperti itu merasa jantungnya berdebar dengan kencang, ia merasa sekarang wajahnya merah karena ulah Alvaro.

Namun entah mengapa Revana teringat kata kata Ayu dan Rio, apakah Alvaro memang hanya berniat bermain main dengan Revana.

" Pak " panggil Revana pelan

" Ya kenapa ? " saut Alvaro

" Hmm gajadi deh pak "

" Loh kenapa? ngomong aja, biar jelas kalau emang kamu ada pertanyaan "

" Sebenernya bapa pacaran sama saya karena mau main main sama saya yah pak? karena saya ini masih mahasiswa yang pemikirannya belum dewasa, jadi bapa mau jadiin saya pacar " tanya Revana dengan ragu

" Engga, saya ga sejahat itu Revana. Ya memang kamu belum dewasa, tapi saya ga pernah berniat buat mainin atau nyakitin kamu " jawab Alvaro dengan tegas

Mobil Alvaro berhenti di sebuah tempat makan bakso, Alvaro mengajak Revana untuk turun.

Selesai memesan keduanya duduk bersama sambil menunggu pesanan mereka.

" Re dengerin saya, jangan menciptakan pikiran negatif kedalam hubungan kamu. karena, pikiran negatif itu awal dari rusaknya sebuah hubungan " ucap Alvaro dengan serius

" Hm Iyah Pak " Revana mengangguk

Begitu pesanan mereka datang keduanya pun makan bersama, selesai itu Alvaro kembali mengantar Revana untuk pulang.

Saat perjalanan menuju rumah Revana hujan turun dengan deras, kondisi jalan pun mulai tertutupi genangan air bahkan jalanan pun sedikit mulai mengalami kemacetan.

" Pak kayaknya nanti saya gausah di anter sampai rumah, kasian bapa harus macet macetan kayak gini " ucap Revana merasa tidak enak

" Engga apa apa Revana, udah kamu tenang aja yah " ucap Alvaro dan Revana pun diam

Setelah melewati kemacetan akhirnya merekapun sampai dirumah Revana.

" Bapa mampir dulu aja, hujan pak nanti biar saya bikinin teh hangat " ucap Revana merasa tidak enak

" Oke boleh, sekalian saya istirahat sejenak " ucap Alvaro mengiyakan

Alvaro mengambil payung dari dalam dashboard nya, ia lebih dulu keluar dari mobil dan barulah di susul oleh Revana.

Keduanya berjalan dengan payung yang sama, begitu sampai di teras Revana dengan cepat membuka pintu rumahnya.

" Ayo pak masuk " ucap Revana dan Alvaro pun masuk kedalam

Alvaro duduk di lantai yang beralas karpet cukup tebal, Revana keluar dari kamar dengan membawa handuk kecil untuk Alvaro.

" Ini pak dipakai, biar sedikit kering " kata Revana dan Alvaro tersenyum

Revana kembali pergi untuk membuat teh, setelah jadi ia pun membawa teh tersebut untuk Alvaro.

" Ini diminum dulu pak, mumpung hangat " kata Revana dan Alvaro langsung meneguk teh tersebut

Alvaro melihat sebuah foto yang terpajang di dinding, foto itu bisa Alvaro tebak Revana dan kedua orangtuanya.

" Mamah sama Papah kamu dimana? " tanya Alvaro

" Mereka udah ga ada pak " jawab Revana sambil menatap foto tersebut

Alvaro diam tak bertanya apapun kembali, ia melihat kearah luar jendela hujan yang masih turun dengan deras.

" Makasih ya pak " ucap Revana

" Makasih untuk apa? anterin kamu pulang? "

" Iyah, sama makasih bapa udah jujur kalau bapa punya pacar "ucap Revana pelan namun ucapan itu berhasil membuat Alvaro senang

Petir terdengar dengan kencang, Revana yang takut reflek langsung memeluk Alvaro.

Alvaro yang terkejut karena pelukan Revana hanya bisa diam, sedangkan Revana perlahan melepaskan pelukan dari Alvaro.

" Maaf " ucap Revana pelan

Keduanya saling bertatapan satu sama lain, perlahan Alvaro mendekatkan wajahnya kearah Revana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!