Malina masuk ke dalam mobilnya, lalu dia menyodorkan amplop cokelat berisi uang untuk supir yang mengantarnya sebagai uang tutup mulut. Supir itu tentu saja senang karena dia selalu mendapat uang ekstra secara cuma - cuma dari majikan perempuannya itu.
Malina mengaktifkan ponselnya dan muncul notifikasi pesan dan panggilan dari Logan sampai ratusan.
"Apakah terjadi sesuatu?" Gumam Malina, lalu menghubungi kembali Logan.
"Halo." Ucap Malina.
"Mama kemana?! Aku menghubungi mama sedari siang kenapa susah sekali?! Mama tahu tidak, kita sudah ketahuan!" Ucap Logan penuh kemarahan di seberang sana.
"Apanya yang ketahuan??" Tanya Malina.
"Jade, dia sudah tahu ayahnya kita racuni. Pelayan tua itu diam - diam menjadi mata - mata Jade selama ini." Ujar Logan.
"Apa!?? Tunggu mama, mama sedang dalam perjalanan pulang, kita bahas nanti saja." Ujar Malina.
Malina marah sekaligus panik sekarang, dia jadi curiga jangan - jangan Derec juga sudah mengetahui dirinya di racuni.
"Sialan." Gumam Malina.
Sementara itu, pria selingkuhan Malina sudah menggunakan pakaian rapi dan keluar dari hotel. Tapi baru saja dia berdiri di lobby menunggu taksi yang akan menjemputnya, sebuah mobil van hitam besar berhenti di hadapannya dan keluar empat orang berpakaian serba hitam.
"Erwin??" Tanya seorang dari empat pria itu.
"Ya? Kalian orang suruhan siapa?" Tanya Selingkuhan Malina yang bernama Erwin itu.
"Kami hanya di tugaskan menjemput." Ujar pria tadi.
"Oke." Sahut Erwin dan masuk sendiri ke dalam mobil Van hitam itu.
Ke empat pria tadi heran dan saling pandang, mereka hendak menculik Erwin tetapi rupanya Erwin sendiri yang masuk kedalam mobil, mereka tidak perlu bersusah payah.
"Tunggu apa lagi? Ayo jalan, nanti nyonya kalian marah." Ujar Erwin. Ke empat pria itu pun hanya tersenyum dingin lalu masuk kedalam mobil.
Erwin tidak tahu bahwa mobil itu bukan mobil milik wanita kaya yang selalu mencarinya, itu adalah mobil anak buah Dustin. Anak buah Dustin tidak perlu bersusah payah menculik Erwin, karena target telah masuk sendiri kedalam jebakan. Memang adalah pria dungu yang hanya memikirkan selangkangan..
Erwin baru menyadari bahwa jalan yang mereka lalui bukan jalan menuju rumah wanita kaya, itu jalan menuju gang sepi. Dia pun melirik kesana kemari dengan panik dan menepuk salah satu pria yang duduk di kanan dan kirinya.
"Hoy! Ini bukan jalan menuju rumah nyonya kalian, kalian siapa?!" Tanya Erwin dengan panik.
"Duduk saja yang benar! Jangan membuat onar." Ujar anak buah Dustin.
"Kalian menculikku?? Turunkan aku di sini atau aku teriak." Ancam Erwin. Tapi nyali Erwin langsung hilang ketika dia melihat salah satu pria itu menodongkan senjata.
"Sebaiknya kau jangan macam - macam dan tetap diam, atau peluru di dalam sini menembus kepalamu." Ujar anak buah Dustin.
Erwin pun pias, mimpi apa dia semalam.. sampai di culik. Mobil berhenti di jalanan sepi, Erwin langsung di seret keluar dan di tepatkan di ujung tebing.
"Ja- jangan bunuh saya, saya tidak menyinggung siapapun." Ujar Erwin ketakutan.
"Maka katakan pada kami, dimana kau menyimpan surat ahli waris Derec Fernandez yang di berikan kepada Malina." Ujar anak buah Dustin sambil menodongkan senjatanya.
"Aku tidak tahu, aku tidak tahu apapun." Ujar Erwin.
"PRAK!!"
Anak buah Dustin memukul kepala Erwin dengan gagang pistol hingga pelipisnya berdarah dan Erwin pun kesakitan.
"Arrgh!!" Erwin mengerang kesakitan.
"Pilih mana? Peluru pistol ini menembus kepalamu, atau katakan baik - baik dimana surat itu." Ancam anak buah Dustin.
"Aku tidak tahu, sungguh." Kukuh Erwin, sampai..
"DOR!!" Erwin langsung pias, ia pikir pria tadi hanya menggertak dengan senjata api palsu, ternyata itu sungguh memiliki peluru.
"Aku beri tahu! Aku beri tahu! Itu ada di rumahku, sungguh." Ujar Erwin akhirnya kalah sampai tubuhnya gemetar.
Anak buah Dustin pun menarik kembali Erwin dan masuk kembali ke mobil, mereka menuju rumah Erwin. Tanpa Erwin beri tahu jalannya mereka sudah tahu dan kini mereka sampai di rumah Erwin yang tak seberapa besarnya.
Erwin menunjukan surat itu dan anak buah Dustin memeriksa keasliannya, setelah terkonfirmasi bahwa itu adalah surat yang mereka cari, anak buah Dustin pun langsung pergi dari rumah Erwin.
"Ayo pergi." Ujar anak buah Dustin pada rekannya.
"Tidak! hartaku.." Ujar Erwin.
"BUGH!! BUGH!! BUGH!!" Anak buah Dustin memberi Erwin beberapa bogeman sebelum pergi.
"Gig*lo saja banyak tingkah." Ejek anak buah Dustin.
Erwin telungkup di lantai karena perutnya di jadikan samsak tinju oleh anak buah Dustin, dia hanya bisa menyengir kesakitan sementara anak buah Dustin langsung pergi dari sana karena waktu mereka tidak banyak.
Setelah anak buah Dustin pergi, selingkuhan ibu tiri Jade itu langsung menelepon ibu tiri Jade..
"Sayang, surat itu di bawa pergi orang. Ada beberapa pria berpakaian hitam yang menangkapku dan memukuliku." Ujar Erwin, dengan suara panik dan merengek.
"Apa!! Dasar bodoh, surat saja kamu tidak bisa menjaganya! Tidak berguna!" Teriak Malina dari seberang sana.
"Mereka banyak dan aku sendirian, bagaimana bisa aku melawan mereka, mereka bahkan memukuliku, wajah tampanku juga berdarah." Ujar Erwin.
"Masih sempat kau mengkhawatirkan wajahmu itu, sialan!" Teriak Malina lalu panggilan itu di akhiri.
Malina jatuh ke lantai dengan lemas, harta di depan matanya di bawa orang. Tanpa surat itu dia tidaka akan bisa menunjukan kepemilikannya apabila Derec meninggal nanti.
"Aaaarrrggghhhh!!!" Teriak Malina frustasi.
"Kenapa bisa jadi begini, siapa yang mengambilnya. Apakah Derec menyuruh orang untuk mengambil surat itu lagi dariku?" Gumam Malina kesetanan sendirian.
Berpindah ke sisi Dustin. Dustin baru saja pulang dan ketika ia masuk kedalam, ia mendengar Jade sedang bertelepon dengan sangat serius.
"Bibi, aku sangat meminta maaf dan berterimakasih pada bibi. Aku akan pastikan bibi mendapatkan tempat tinggal yang terbaik untuk bibi menjalani masa tua bibi, aku akan kirimkan uang sekarang untuk bibi." Ujar Jade.
"Untuk sementara, bibi tinggallah dulu di penginapan, aku akan menemui bibi besok." Timpal Jade lagi, lalu panggilan di akhiri.
Jade mendapat panggilan dari Rima bahwa Rima telah di pecat oleh Logan sore tadi, kini Rima sudah tidak berada di dalam rumah itu lagi. Jade memejamkan matanya, dia kesal dengan ketidak berdayaan nya. Lagi - lagi orang yang baik selalu tersakiti.
"Aku harus bagaimana?" Gumam Jade. Ia berbalik badan dan terkejut karena melihat Dustin sudah berdiri di belakangnya.
"Apakah terjadi sesuatu?" Tanya Dustin dan Jade mengangguk.
"Pelayan di rumah papaku yang dulu mengasuhku saat aku kecil aku mintai bantuan untuk menjadi mata - mata dan mengamati apapun pergerakan ibu tiriku, sekarang dia ketahuan dan kehilangan pekerjaannya." Ucap Jade dengan sedih.
Dustin tidak menyangka bahwa Jade memiliki hati yang lembut juga, dia selalu mengira bahwa Jade hanya gadis keras kepala dan bar - bar.
"Sekarang aku tidak bisa memata - matai kegiatan di rumah itu lagi." Gumam Jade.
Dustin tersenyum dan menepuk pelan kepala Jade yang hanya setinggi pundaknya itu.
"Tidak apa - apa, jangan terlalu khawatir. Ibu tirimu tidak akan berani melakukan apapun pada papamu, tanpa ini." Ujar Dustin dan menunjukan map cokelat pada Jade.
"Apa ini?" Tanya Jade heran.
"Yang kamu cari, bukalah." Ujar Dustin.
Jade membuka map itu dan ia melotot terkejut, itu adalah surat kuasa ahli waris milik Derec yang dia cari - cari.
"Bagaimana bisa ini.." Ucap Jade menggantung dengan terkejut. Dustin hanya menunjukan senyumnya dan mengerlingkan sebelah matanya.
"Bagiamana? Apakah aku cukup bisa di andalkan sebagai suami?" Ucap Dustin, Jade yang mendengar itu kamudian tersenyum.
"Sangat bisa, terimakasih Dustin." Ucap Jade dan langsung spontan memeluk Dustin dengan erat. Dustin terkejut dengan respon Jade, tapi kemudian dia tersenyum dan membalas pelukan Jade.
...TO BE CONTINUED.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Nayla arafah
gak sabarrrr ihhh nunggu klanjutan ceritanya thor
semangaattt🥳🥳
2023-12-19
1
Sadiah Suharti
🥰🥰🥰
2023-12-18
2