Beberapa hari kemudian, Dustin sudah pulang dari luar kota. Pagi ini dia melihat Jade yang sedang sangat fokus berlari dengan mesin treadmill nya sampai tidak menyadari kedatangan Dustin.
Jade sedang sangat frustasi karena dirinya masih belum bisa menemukan dimana ibu tirinya menyimpan surat kuasa sementara ibu tirinya sudah mulai menyiapkan surat perceraian untuk menceraikan ayahnya.
Flashback on..
["Nona, nyonya Malina sudah mulai menyiapkan surat gugatan cerai untuk tuan."] Ujar Eliot melalui pesan teks pagi ini.
["Saya masih belum menemukan surat itu, tolong anda ulur dia agar tidak lebih dulu menceraikan papa."] Balas Jade.
Jade makin tidak mengerti jalan pikiran Malina, jika Malina menceraikan Derec saat ini, bukankah Derec bisa saja menuntut balik warisannya? Jade takut Malina akan berbuat nekat kepada ayahnya.
Sambil berpikir keras, dia pun akhirnya memutuskan berolah raga agar dia lebih tenang dalam mengambil jalan. Jadi disinilah dia sekarang.
Flashback End.
'Aku harus bagaimana Tuhan, aku tidak mungkin menggunakan sumber daya Tim untuk mencari dimana surat itu berada.' Batin Jade.
Jade sampai tidak sadar bahwa dia sudah berlari melebihi batas maksimal sampai tiba - tiba Dustin mematikan mesin dan barulah Jade tersadar dan mencopot headset dari telinganya.
"Kamu mau bunuh diri? Berlari dengan kecepatan kecepatan tinggi!?" Ujar Dustin tiba - tiba.
Jade menghembuskan nafasnya yang terengah - engah, dia menyadari dirinya melamun.
"Kamu tidak apa - apa?" Tanya Dustin, menjadi sedikit khawatir.
"Aku tidak apa - apa, terimakasih." Ujar Jade.
Kini keduanya duduk di meja bar, Dustin mengambilkan air untuk Jade dan Jade menghabiskannya hingga tandas tak tersisa. Dustin merasa ada yang aneh dengan Jade, karena tidak biasanya dia seperti itu.
"Tunggu aku di sini." Ujar Jade tiba - tiba, lalu pergi ke kamarnya.
'Apa telah terjadi sesuatu?' Batin Dustin.
Jade kembali dengan sebuah map cokelat lalu dia kembali duduk di meja bar dimana Dustin dengan patuh menunggunya, lalu menyodorkan map itu pada Dustin.
"Kamu kenapa? Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" Tanya Dustin, Jade menggelengkan kepalanya.
"Apa liburmu masih kurang? Kamu bisa melanjutkan liburmu hari ini, aku belum membutuhkan bantuanmu." Ucap Dustin lagi dan Jade menyipitkan matanya.
"Kenapa hari ini aku merasa kamu lebih ramah dari biasanya?" Tanya Jade heran.
"Mencoba menjadi diriku yang baru." Sahut Dustin.
"Memangnya kamu bisa di daur ulang?" Ucap Jade dan Dustin terkekeh mendengarnya.
Kekehan Dustin berhenti ketika Jade mengeluarkan surat kontrak kerja sama mereka. Surat kontrak yang di buat setengah tahun yang lalu ketika dirinya masih menjadi Dustin yang naif.
"Tinggal menghitung minggu, kerja sama kita akan berakhir.." Ujar Jade.
Tapi entah mengapa ketika Jade mengatakan itu ada rasa tidak rela di hatinya. Raut wajah Dustin juga seketika berubah, seperti dia enggan menyudahi pernikahan bohongannya dengan Jade. Dia pun menatap Jade lamat - lamat.
"Apakah kamu sudah memikirkan alasan yang tepat untuk keluargamu? Mereka tentu akan sangat terkejut dengan kabar perpisahan kita nanti." Ujar Jade.
"Aku belum ingin mengakhiri ini semua." Ujar Dustin, Jade merasa ada kelegaan di hatinya.
Tapi meski ada sedikit rasa lega, Jade mengernyit bingung mendengar ucapan Dustin. Karena dulu Dustin yang sangat ingin segera mengakhiri semuanya, tapi kini..
"Tolong bertahanlah sebentar lagi denganku, Jade. Aku tidak tahu apa yang akan aku katakan pada mommy, dia akan sedih mendengarnya." Ujar Dustin.
Jade memikirkannya.. sejujurnya dia juga sudah terlanjur nyaman dengan keluarga Dustin, tapi mau sampai kapan?
"Lalu mau sampai kapan kita terikat dengan kerja sama ini? Kamu harus memikirkan masa depanmu, dan akupun sama.." Ujar Jade.
Sebenarnya Jade juga tidak di rugikan, dia malah bisa memiliki lebih banyak waktu lagi untuk mengurusi kasus ayahnya. Hanya saja dia juga bekerja pada Cio, dia harus membicarakan semuanya lagi dengan Cio.
"Tolong beri aku sedikit waktu lagi.. aku belum siap." Ujar Dustin dengan wajah datarnya.
"Aku harus membicarakan ini dengan Lucio." Ujar Jade, dan Dustin mengangguk.
Dustin pun sudah pergi ke perusahaannya, tapi sepanjang jalan dia hanya diam menatap jendela mobil sambil melamun. Ben yang melihat itu menjadi bertanya - tanya ada apa gerangan, karena Dustin sudah lama tidak menunjukan wajah sendu itu lagi.
"Ben, menurutmu apa yang harus aku lakukan?" Celetuk Dustin tiba - tiba.
"Lakukan apa tuan? Apakah tuan sedang ada masalah?" Tanya Ben.
"Kontrak kerja samaku dengan Jade akan segera berakhir dalam beberapa minggu.." Ujar Dustin menggantung.
"Tapi aku tidak ingin mengakhiri ini semua." Ucap Dustin lagi. Ben tersenyum mendengarnya, dia semakin yakin Dustin sudah jatuh cinta tanpa sadar dengan Jade.
"Apa alasannya tuan tidak mau mengakhiri semuanya?" Tanya Ben.
"Mommy, sangat menyukai Jade. Aku tidak mau mommy menjadi sedih." Sahut Dustin.
"Selain itu, coba tuan pikirkan dan rasakan di dalam hati tuan yang paling dalam. Hal apa yang membuat tuan enggan mengakhiri sandiwara pernikahan itu?" Tanya Ben.
Dustin terlihat memikirkannya, dan yang muncul di benaknya adalah Jade. Dia enggan berpisah dengan Jade karena Jade sudah tinggal di hatinya jauh sebelum dia sadar bahwa dirinya sudah tidak mencintai Qilin.
'Jade..' Batin Dustin.
Sementara itu di kamar Jade, dia sedang duduk di depan laptopnya dan menghubungi Cio lewat video call. Panggilan tersambung dan wajah Cio memenuhi layar laptop Jade.
"Tumben menghubungiku lebih dulu, ada apa?" Tanya Cio.
"Dustin.. tidak mau mengakhiri pernikahan sandiwara ini, dia meminta waktu lagi untuk aku bertahan di sisinya. Menurutmu apa yang harus aku lakukan?" Tanya Jade.
Cio sedikit terkejut mendengarnya, tapi Cio berpikir mungkin Dustin melakukan itu karena belum lama ini Justin mencurigai hubungan Jade dan Dustin.
"Bagaimana menurut kamu sendiri?" Tanya Cio.
"Kami seharusnya mengakhiri ini semua, karena dia juga harus mencari masa depannya, begitu juga denganku." Shut Jade.
"Tapi kak Justin belum lama ini mencurigai kalian, jika kamu dan kak Dustin berpisah tepat setelah kak Qilin melahirkan, kak Justin pasti akan semakin berasumsi bahwa hubungan kalian hanya pura - pura saja selama ini." Ujar Cio.
"Jadi maksudmu aku harus bertahan?" Tanya Jade.
"Ya, tolong bertahanlah disana beberapa bulan lagi, Jade. Aku hanya bisa mengandalkanmu, nasib semua orang ada pada keputusanmu." Ujar Cio, memberatkan semuanya pada Jade.
Jade sangat kecewa dengan Cio, Cio selalu mendorong Jade menjauh. Tapi kali ini Jade tidak ambil pusing, rasa di hatinya untuk Cio sudah terkikis karena kekecewaan yang sering Cio berikan, toh dia juga bisa memanfaatkan waktunya untuk membantu sang ayah.
"Baiklah, aku akhiri panggilan ini." Ujar Jade, lalu mematikan begitu saja panggilannya.
'Kamu selalu mendorongku menjauh darimu, aku menyerah dengan perasaan ini, Lucio. Sudah cukup aku mencintaimu, kamu terlalu jauh bagai bintang di angkasa, aku tidak bisa meraihmu.' Batin Jade.
Dulu dia sangat mengidolakan Cio dan mencintai Cio secara diam. Tapi Cio sepertinya hanya menganggapnya rekan, bahkan mungkin kakak, mengingat usianya dengan Cio lebih tua. Jade sadar dan sudah seharusnya dia mundur dari cinta konyolnya yang bertepuk sebelah tangan itu.
Jade sudah diam - diam mencintai Cio sejak kali pertama mereka bertemu, ketika Jade tidak sengaja diselamatkan Cio dari kejaran kelompok musuh. Saat itu usia Jade 22 tahun dan Cio masih sekitar 16 tahunan, konyol bukan?? Cio kemudian merekrut Jade menjadi timnya, dan saat itu sudah ada Niklaus juga di sisi Cio.
Waktu berlalu, malam harinya Dustin pulang dengan wajah suntuknya. Seharian ini dia tidak semangat di perusahaan, dia lebih banyak diam sambil menatap jendela di gedungnya. Bahkan Ben juga ikut kembali bingung menghadapi Dustin hari ini, Dustin terlihat seperti saat Qilin dan Justin menikah dulu.
Sesampainya di penthouse Dustin terkejut melihat seorang wanita dengan kaos abu - abu over size sedang duduk di ruang tengah sambil membawa buku dan minuman di tangan kanannya.
"Siapa kau!?" Ujar Dustin, dan perempuan itu menengok kebelakang.
"Oh, kamu sudah pulang?" Ujarnya, itu adalah Jade. Dustin melotot terkejut mengetahui rupanya itu adalah Jade.
"Ada apa tuan?!" Tanya Ben hendak masuk, tapi Dustin langsung melarangnya.
"Stop!! Tidak ada apa - apa, kamu pergi saja." Ujar Dustin. Ben tentu bingung, tapi dia menurut dan dia kembali keluar dan menunggu di ruangan depan.
"Hei, kamu kenapa?" Tanya Jade.
"Ka- kamu, kamu pakai dulu pakaianmu dengan lengkap." Ujar Dustin, Jade makin kebingungan.
"Lengkap?? Aku sudah berpakaian lengkap." Ujar Jade.
Dustin melirik Jade tatapannya lalu turun ke paha Jade yang ternyata Jade mengenakan celana pendek yang nyaris tidak terlihat karena besarnya kaos Jade.
"Kenapa kamu berpakaian seprti ini?" Tanya Dustin.
"Aku ingin bersantai, toh aku akan tinggal di sini entah sampai kapan." Sahut Jade.
"Maksudmu??" Tanya Dustin.
"Kita akan memperpanjang kerja sama kita, sampai... entahlah." Ujar Jade.
Tanpa aba - apa, Dustin langsung menarik Jade kedalam dekapannya. Jade tentu terkejut dengan gerakan tiba - tiba itu, sampai jantungnya berdebar - debar. Dustin merasa sangat senang mendengarnya, sampai dia tidak bisa mengendalikan dirinya.
"Terimakasih." Ujar Dustin.
"Uh, iya." Sahut Jade, karena ia sedikit tercekik oleh pelukan Dustin yang begitu kuatnya.
Ketika menyadari bahwa dirinya sedang memeluk Jade dengan erat, Dustin langsung melepaskan pelukannya dan menjadi kikuk sendiri.
"Maaf.." Ucap Dustin dengan kikuk.
Ben menahan tawa bengeknya melihat interaksi Dustin dan Jade, padahal sebelumnya Dustin sudah seperti mayat hidup saja, hanya diam melamun.
"Jade, kau pahlawanku." Gumam Ben.
...TO BE CONTINUED.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Nur Bahagia
Jade 🤗
2024-09-07
1
Sadiah Suharti
nah kan dikit lagi..🤭🤭
2023-12-15
1
Nayla arafah
nahhh lohhh Jade... cinta bertepuk sebelah tangan itu memang sangat tidak enak 🤧
2023-12-13
1