[Flashback on..
Jade kecil berusia 7 tahun sedang bermain dengan kuda poni pemberian dari Derec. Kuda itu bukan kuda boneka atau mainan, itu adalah kuda poni asli yang hidup. Derec berkata bahwa Jade masih sangat kecil, jadi dia membelikan Jade kuda kecil dan berkata jika Jade sudah besar nanti dirinya akan membelikan kuda yang besar.
"Papa, mama.. lihat, Jade berhasil naik ke atas kuda ini." Teriak Jade kecil dengan sangat senang.
"Sayang, pegangan yang kuat, mama ngeri melihatnya." Ujar Dailyn, ibu kandung Jade.
Saat Jade berusia 7 tahun, Dailyn masih sangat sehat. Dan saat itu Malina belum hadir di tengah - tengah keluarga bahagia itu. Derec masih hanya memperdulikan istri dan anaknya saja, bahkan ketika Jade tergores sedikit saja Derec akan sangat marah dan memarahi pelayan atau pengasuh yang menjaga Jade kecil.
Jade kecil benar - benar seperti namanya, dia di perlakukan dengan sangat hati - hati seperti Giok langka yang tak ternilai harganya, apapun akan Derec lakukan untuk melindungi putri kesayangannya itu.
"Sayang, jika nanti kamu besar, papa akan belikan kamu kuda yang besar juga. Kita bisa berkuda bersama nanti." Ujar Derec.
"Benaran pa?? Jade akan punya kuda besar?" Ujar Jade kecil dengan antusias.
"Iya sayang, papa akan penuhi apapun yang kamu mau. Katakan saja apa yang kamu inginkan, papa akan memenuhinya." Ujar Derec.
"Jika Jade minta bintang di langit??" Ucap Jade kecil dengan mata yang lucu.
"Maka papa akan meraihnya, lalu memberikannya kepadamu. Kamu adalah anak papa tersayang yang sangaaaaat berharga, papa tidak akan membiarkan apapun dan siapapun menyakiti kamu." Ujar Derec dan mengusap kepala Jade kecil.
Jade kecil tersenyum senang lalu dia memeluk Derec dengan bahagia, di susul Dailyn yang kemudian mereka berpelukan bersama lalu kembali bercanda tawa lagi dengan riang.
Flashback off.. ]
Jade menatap luar jendela sambil mengingat kenangan manis yang sudah di rusak oleh papanya sendiri. Janji dan ucapan yang tidak sejalan dengan kenyataan di tambah luka hatinya yang kembali meranga sebab tamparan Derec.
'Ma, kenapa mama menghukum aku seperti ini? Dia bahkan memukulku, untuk apa aku harus melindunginya? Mama mencintai dia tapi dia tidak, cintanya hanya untuk perempuan ular itu saja. Bisakah aku memilih menyerah dan biarkan saja dia mati dengan penyesalan?' Batin jade.
Ucapan permohonan ibunya dan janji yang dia buat dengan ibunya sebelum ibunya meninggal membuatnya berat, Jade berjanji akan melindungi Derec dan membuat Derec sadar bahwa pilihannya salah. Tetapi Jade juga memiliki perasaan, selama bertahun tahun itu dia memendam luka di dalam hatinya dan di paksa berdamai oleh ibunya.
Butuh waktu lama bagi Jade membulatkan tekadnya untuk menahan kekecewaannya terhadap sang ayah, 5 tahun setelah kematian ibunya baru dia menyusun hatinya dan datang untuk menyelamatkan Derec seperti pesan dari ibunya.
Jade menahan air matanya, dia tentu tidak mau menangis di hadapan Dustin. Hingga akhirnya mereka sampai di penthouse dan tiba - tiba Jade memanggil Dustin yang hendak naik ke kamarnya.
"Dustin.." Panggil Jade.
"Hm?" Sahut Dustin dan berbalik badan.
"Terimakasih." Ucap Jade dengan senyum sangat manis dan tulus.
Dustin terkesima melihat senyum itu, sama sekali tidak ada ke usilan atau seperti senyum Jade yang biasanya. Senyum Jade kali ini benar - benar penuh ketulusan.
"Ehm, ya. Selamat malam." Ujar Dustin, dan Jade mengangguk.
Setelah Dustin pergi, Jade juga masuk kedalam kamarnya sendiri. Dia melemparkan dirinya di sofa lalu memejamkan matanya, sampai tiba - tiba dari sudut matanya mengalir air mata yang sejak tadi dia tahan.
"Snif.. Snif.." Jade hanya menangis tanpa suara.
Sementara itu di kamar Dustin, dia sedang membuka kemejanya dan hendak membersihkan dirinya, tapi dari sudut bibirnya dia terukir sunggingan kecil.
"Ekhem! Astaga apa yang aku pikirkan." Gumam Dustin sendiri.
Dustin masih teringat dengan senyum manis Jade tadi, dan itu membuat dirinya jadi tersenyum - senyum sendiri.
Keesokan harinya..
Dustin sudah bangun di pagi - pagi buta dan saat ini dia sedang berlari menggunakan mesin treadmill dan berlari dengan kecepatan sedang. Keringatnya sudah membasahi seluruh tubuhnya hingga pakaiannya pun basah kuyup, bisa di tebak Dustin sudah lama berada di sana.
'Sialan, kenapa jadi begini.' Batin Dustin.
Dia mengalami insomnia atau kesulitan tidur semalam, karena dia masih saja membayangkan senyum Jade. Akhirnya dari pada dia stres di kamar, dia memutuskan untuk berolah raga agar pikirannya lebih reelax, tapi nyatanya tidak.
Tiba - tiba Jade membuka pintu dan terkejut karena ada Dustin yang sedang berolah raga, dia pun mengurungkan niatnya untuk berolah raga dan hendak kembali keluar, sampai tiba - tiba Dustin memanggilnya.
"Jade." Panggil Dustin.
"Ya." Sahut Jade di ambang pintu.
"Kenapa keluar lagi? Masuk saja. Aku tidak keberatan kita berolah raga bersama." Ujar Dustin.
Jade sedikit terkejut mendengarnya, padahal biasanya Dustin tidak mau berolah raga bersama.
"Kamu serius?" Tanya Jade bingung.
"Iya, ayo." Ajak Dustin.
Meski bingung, akhirnya Jade mengangguk dan masuk kedalam lalu menyalakan mesin treadmill miliknya. Jade memulai pemanasannya lebih dulu lalu kemudian dia mulai berlari, keduanya berolah raga di ruangan yang sama.
Dustin yang semakin merasa canggung sendiri akhirnya memutuskan bertanya pada Jade.
"Boleh aku bertanya?" Tanya Dustin.
"Silahkan, kenapa kamu seperti orang yang gugup begitu?" Ujar Jade.
"Aku? Mana ada aku gugup." Ujar Dustin, dan malah makin terlihat salah tingkah.
"Ya - ya, kamu mau tanya apa?" Ucap Jade akhirnya.
"Di timmu, apa saja yang kamu kerjakan?" Tanya Dustin.
"Mmmm... Banyak, kadang aku harus seperti sekarang ini, berpura - pura menjadi pasangan seseorang, bedanya mereka adalah musuh." Sahut Jade.
"Jadi kamu mendekati mereka? Setelah itu?" Tanya Dustin lagi.
"Eksekusi." Ucap Jade dengan tatapan mata yang begitu tenang.
Dustin terkajut, itu sama seperti Jade menjadi mata - mata, bedanya Jade bermain lebih beresiko karena dia berada sangat dekat dengan target. Dia lebih tidak menyangka seorang gadis bisa mengeksekusi seseorang tanpa takut dirinya menjadi incaran.
" Ting!!" Bunyi ponsel Jade, Jade melihat pesan yang masuk itu yang ternyata dari Rima, pelayan di rumah ayahnya yang dia mintai bantuan untuk menjadi mata - mata.
'Wanita ini, dia sudah mulai menunjukan taringnya.' Batin Jade, dia langsung mematikan mesin.
"Dustin, apakah dalam beberapa jam kedepan kamu membutuhkan aku?" Tanya Jade.
"Ada apa?" Tanya Dustin.
"Maaf, aku ada urusan dan harus pergi." Ujar Jade.
"Pergilah, aku belum membutuhkanmu." Ujar Dustin.
"Terimakasih." Ujar Jade menggenggam tangan Dustin, lalu dia berlari keluar dari ruangan itu berpapasan dengan Ben.
Ben tersenyum - senyum melihatnya, karena sejak tadi dirinya mengabadikan momen - momen kebersamaan Jade dengan Dustin.
"Kenapa Jade seperti terburu - buru sekali, tuan?" Tanya Ben.
"Entah, dia bilang ada urusan." Ujar Dustin singkat, tapi Ben bisa melihat wajah Dustin sedikit kesal.
"Apa Jade di sini sudah punya pacar, ya?" Ujar Ben sengaja memanas manasi Dustin.
"Berisik! keluar kau." Ujar Dustin dan Ben pun keluar dari ruang gym sambil menahan senyum. Dustin yang kesal semakin menambah kecepatannya saja.
Jade keluar dari kamarnya dan langsung berlari keluar, dia membuka ponselnya dan mencari titik lokasi dimana ibu tirinya berada.
[Flashback on..
"Bibi, maukah bibi membantuku. Aku merasa papa dalam bahaya." Ujar Jade pada pelayannya yang bernama Rima.
"Apa yang bisa bibi lakukan, non?" Tanya Rima.
"Tolong perhatikan gerak - gerik mama, aku merasa ada yang tidak beres dengannya." Ujar Jade.
"Baik non." Tanpa pikir panjang Rima langsung mengiyakan ucapan Jade.
"Lalu ini, tolong pasang ini di sesuatu yang selalu dia bawa dan pakai yang tidak di sadarinya." Ujar Jade, memberikan seperti alat pelacak.
"Baik non, bibi juga tidak menyukai nyonya, dia tidak seperti nyonya Dailyn yang baik hati." Ujar Rima, membandingkan Malina dengan ibu kandung Jade.
"Terimakasih bibi selalu menyukai ibuku, dia juga pasti bahagia di surga." Ujar Jade dan Rima langsung menutup mulutnya terkejut.
"Ibuku sudah meninggal, bi. Dia meninggal oleh racun yang di berikan oleh ibu tiriku. Dan aku yakin dia akan melakukan hal serupa pada papa setelah dia mendapatkan harta papa." Ujar Jade.
Rima menangis dan mengusap - usap tangan Jade, dia tidak menyangka nyonya yang sangat dia kagumi telah tiada.
"Tolong lakukan sebisa bibi." Ujar Jade, dan Rima mengangguk.
Flashback off..]
Jade sudah tiba di lokasi dimana ibu tirinya berada saat ini. Tempat itu adalah restoran di sebuah hotel berbintang, tapi di luar kota. Mungkin Malina juga berjaga - jaga agar dirinya tidak ketahuan.
Jade melihat ibu tirinya itu menemui seorang pria yang berbeda dari yang kemarin dia temui, tapi gerak - gerik pria ini begitu mencurigakan. Jade mengikuti kemana mereka pergi dan mereka duduk di meja restoran, Jade pun ikut duduk di meja sebelah.
Jangan pikir Jade menggunakan wajah aslinya untuk menjadi mata - mata, dia memiliki puluhan wajah replika atau topeng wajah palsu yang terbuat dari silikon. Dia memakai itu untuk menjadi mata - mata selama ini, dia tidak akan ketahuan karena topeng wajah itu nyaris sempurna seperti wajah orang sungguhan.
"Anda membawa obatnya?" Tanya Malina.
Jade langsung merekam pembicaraan keduanya dengan bolpen yang ada di tangannya dan berpura - pura seolah sedang menulis di buku yang dia bawa.
"Nyonya, saya semakin sulit membuat ini, bahannya sangat langka." Ujar pria itu.
"Aku akan bayar mahal, kau tidak perlu khawatir. Ini sudah berjalan lancar kenapa tiba - tiba ada kendala? Derec sudah meminum racun ini selama dua tahun belakangan, jangan buat rencanaku gagal." Ujar Malina.
Jade terkejut mendengar bahwa ayahnya itu sudah meminum racun selama dua tahun. Dia mungkin akan sangat terlambat jika saja dia mengundur lagi kedatangannya ke tanah air.
"Racun itu bekerja sangat lambat, jika perlu kamu harus menambahkan lagi dosisnya, semakin cepat dia mati, itu semakin bagus." Ujar Malina lagi.
Jade mengepalkan tangannya mendengar itu, dia kecewa dengan ayahnya tapi mendengar bahwa satu lagi anggota keluarganya akan di habisi oleh perempuan ular, Jade menjadi emosi.
'Sekali ini saja, aku akan mencoba melindungimu lagi, papa. Jika kamu tetap keras kepala, maka aku juga akan menyerah mencoba melindungimu.' Batin Jade.
TO BE CONTINUED..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments