Terpaksa Menikahi Kakak Ipar
Cladi berlari kecil menuju parkiran Mall Sejahtera tempatnya bekerja. Dia harus segera tiba di rumah karena kehadirannya ditunggu keluarga besar. Sebetulnya Cladi malas dan tidak mau menghadiri pertemuan dadakan itu. Pasalnya, pertemuan itu adalah sebuah perjodohan yang dirancang oleh kedua orang tuanya juga kedua mertua almarhumah kakaknya, yakni Diara, yang meninggal dua bulan lalu akibat sakit asma akut yang dideritanya.
Mati-matian Cladi menolak perjodohan itu dari sebulan yang lalu. Namun, kedua keluarga yang sudah besanan itu setuju menjodohkan anak lelaki mereka dengan adik dari almarhumah istrinya, yaitu Cladi.
"Bu, please, jangan jodohkan Cla dengan Mas Karan, Cla tidak siap bersuami bekas Kak Diara. Lagipula kami sudah sangat dekat bagaikan adik dan kakak, kenapa kini hubungan kami malah diperkeruh dengan acara perjodohan? Cla sudah nyaman dengan keadaan begini, dia tetap jadi Kakak ipar Cla meski Kak Diara sudah tiada. Lagipula kedua anak Mas Karan dekat sama Cla. Jadi, mereka Kappa maupun Khalia tidak akan kekurangan kasih sayang, sebab masih ada Cla yang tetap menyayangi mereka," protes Cladi suatu hari, menolak keras acara perjodohan dirinya dengan suami dari almarhumah kakaknya.
"Iya, maka dari itu, supaya Kappa dan Khalia tidak kehilangan figur ibu, kamu secepatnya harus menikah dengan Mas Karan kakak iparmu. Ibu yakin Mas Karan akan mencintai kamu seperti dia mencintai almarhumah Diara, Kakakmu," bujuk Bu Diana dengan wajah yang memohon.
"Mencintai apanya? Orang Mas Karan sejak Kak Diara meninggal berubah dingin dan jutek. Aku tidak mau menikah dengan lelaki angkuh seperti itu," tolak Cladi berharap penolakannya dikabulkan.
"Tidak. Mas Karan sebenarnya bersikap seperti itu karena dia membatasi diri dari perempuan lain yang mencoba mendekatinya. Terlebih Mas Karan baru beberapa bulan ditinggal pergi oleh kakakmu, jadi wajar saja dia bersikap demikian," ucap Pak Dani membela Karan. Cladi merengut tidak setuju dengan ucapan Bapaknya.
"Pokoknya mau tidak mau kamu harus mau kami jodohkan dengan Mas Karan, supaya kedua keponakan kamu tidak kehilangan sosok ibu. Kalau kamu menolak, memangnya kamu mau Kappa sama Khalia mendapatkan ibu tiri yang kejam? Jarang sekali ibu tiri yang bisa menerima anak dari suaminya, rata-rata mereka hanya mencintai ayahnya saja." Bu Diana masih tidak menyerah membujuk Cladi anak bungsunya yang kini sudah kehilangan saudara perempuan untuk dijodohkan dengan suami dari almarhumah kakaknya.
"Tapi tidak semua ibu tiri jahat kok Bu, ada juga yang baik, contohnya artis Ashante. Dia sayang banget sama anak sambungnya," tukas Cladi memberi alasan sebagai bentuk penolakannya.
"Iya. Memang tidak semua. Contohnya kamu, jika menjadi istri Mas Karan, ibu yakin kamu juga bakal jadi ibu sambung yang baik dan sayang pada Kappa dan Khalia," ujarnya malah ambil contoh pada Cladi sendiri. Cladi semakin merengut mendapat respon begitu dari ibunya yang kekeuh memaksa dirinya untuk mau dijodohkan dengan suami dari almarhumah kakaknya itu.
Sementara itu di kediaman besannya Bu Diana dan Pak Dani, Karan yang baru pulang dari kantornya, dibuat kesal dengan desakan kedua orang tuanya yang memintanya menikah lagi tapi dengan adik dari almarhumah istrinya, Diara.
"Ma, Pa, bahkan aku belum sebulan ditinggal pergi oleh istriku, tapi kenapa kalian kekeuh ingin menjodohkan aku dengan adik dari almarhumah istri aku? Aku tidak segampang itu melupakan cinta aku sama Diara. Jadi, aku mohon jangan jodohkan aku dengan gadis lain yang sama sekali tidak aku cintai." Sama halnya Cladi, Karan juga menolak rencana perjodohan dari kedua orang tuanya ini.
"Papa mohon jangan tolak permintaan kami ini, ini semua demi kebaikan kedua anakmu yang masih butuh figur seorang ibu. Lagipula adiknya almarhumah istrimu juga baik dan cantik serta sopan, terlebih dia juga dekat dan sayang sama kedua anakmu," bujuk Pak Kelana dengan harapan anaknya mau dijodohkan dengan adik dari almarhumah istrinya.
"Justru itu, Pa. Cladi sangat dekat dan sayang sama kedua anakku, jadi jangan biarkan kedekatan dan kasih sayang Cladi dirusak dengan acara perjodohan ini. Semua itu tidak mungkin kami lakukan, lagipula aku belum bisa melupakan Diara," tukas Karan menolak keras permintaan kedua orang tuanya.
"Kami tidak merusak kedekatan dan kasih sayang Cladi dengan perjodohan ini, justru dengan kalian dijodohkan dan menikah, hubungan kalian akan lebih rekat dan erat. Kappa dan Khalia tidak akan kehilangan figur ibu dalam hidupnya." Bu Kori ikut menimpali berharap Karan anaknya bersedia menerima perjodohan ini.
Sebulan kemudian, tepat dua bulan meninggal almarhumah istrinya, rencana perjodohan itu rupanya terus dijalankan, bahkan hari ini Karan diagendakan oleh kedua orang tuanya untuk datang ke rumah mertuanya untuk melamar Cladi. Padahal Karan belum menyetujuinya dan tidak melakukan persiapan apapun terlebih dahulu.
"Sudah jangan khawatir, kami sudah menyiapkan segalanya. Baju batikmu serta hantaran barang bawaan untuk melamar Cladi sudah kami persiapkan. Kamu tinggal bersiap saja." Ditodong seperti itu, Karan tidak bisa berkata apa-apa. Lagipula kedua anaknya, Kappa dan Khalia sepertinya setuju dengan rencana perjodohan yang kakek dan neneknya rencanakan.
"Ayo, Papa bersiaplah. Kami sudah cantik dan tampan menunggu Papa," ujar mereka berdua memamerkan diri.
Rombongan keluarga dari pihak keluarga laki-laki sudah siap dan satu persatu mobil rombongan yang akan melamar Cladi sudah mulai bergerak melajukan mobilnya menuju rumah orang tua Cladi.
**
Sementara di kediaman orang tua Cladi, Cladi yang baru pulang dari bekerja, langsung ditodong dengan berbagai persiapan yang harus dia lakukan sekarang juga, sebab rombongan keluarga laki-laki sudah dalam perjalanan menuju rumah mereka.
"Kamu segera bersiap, mandi dan berdandan yang cantik," ujar Bu Diana pada Cladi yang masih terlihat ngos-ngosan pulang dari bekerja. Dengan terpaksa Cladi mengikuti perintah kedua orang tuanya. Dengan bantuan sepupunya yang pandai merias, Cladi dirias dengan dandanan yang sangat cantik. Riasannya natural tidak tebal, dipadupadankan dengan kebaya warna hijau daun yang pas dan cocok dengan kulit kuning langsat milik Cladi.
"Cantik banget anak Ibu dan Bapak. Sekarang kamu bisa menunggu kehadiran calon mertuamu dan calon suamimu di sini dengan tenang. Ibu dan Bapak ke belakang dulu memeriksa hidangan yang akan dihidangkan nanti," ujar Bu Diana sumringah melihat anak gadisnya sudah cantik menunggu kehadiran keluarga laki-laki.
"Assalamualaikum." Suara salam terdengar saling berbarengan menandakan rombongan itu tidak hanya satu mobil. Sementara Cladi semakin gusar ketika rombongan itu mulai disambut dan memasuki rumah kedua orang tuanya.
"Waalaikumsalam. Silahkan masuk, besan." Suara sang ibu yang menyambut kedatangan tamunya membuat hati Cladi semakin deg-degan. Cladi mendadak berkeringat dan tegang saat namanya disebut dan diminta untuk segera menemui calon mertua maupun calon suaminya.
"Kamu jangan tegang, Cla," hibur Candy sepupunya yang sukses menjadi MUA buat Cladi hari ini.
Dengan langkah yang perlahan dan ragu, Cladi keluar kamar dan memperlihatkan dirinya dibantu Candy dan saudaranya yang lain menuju ruang tamu. Ketika kakinya sudah di muka pintu ruang tamu, mata Cladi dan Karan saling bertemu. Cladi langsung menunduk saat mata Karan seakan menatapnya tajam penuh kemarahan. Apakah perjodohan ini akan dilanjutkan dengan sebuah lamaran? Dan apakah Cladi akan menerima lamaran Karan, pria dingin yang berubah judes dan menyebalkan? Nantikan episode selajutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Fadhil
tooor lunaknya hati karan kasian cludy
2024-04-27
1
Anita Jenius
Salam kenal kak..
2024-04-14
2
LISA
Aq mampir Kak
2024-02-10
1