"Silahkan kamu berteriak apa saja di dalam ruangan ini, orang-orang di luar ruangan ini tidak akan mungkin mendengar, sebab ruangan ini kedap suara," jelas Karan seraya meraih pinggang Cladi dari belakang. Tiba-tiba sebuah musik romantis diperdengarkan membuat suasana hati tegang berubah kayak air mengalir tenang.
Karan sengaja menyetel musik romantis untuk memancing emosi Cladi supaya kembali stabil. Cladi menjauh dari Karan, lalu dia duduk di sofa ruangan itu. Sejenak Cladi menatap sekilas seisi ruangan itu. Dia akui ruangan Karan ini cukup bagus dan indah serta luas. Selain ruangan ini, ada juga sebuah ruangan yang merupakan kamar pribadi Karan untuk istirahat jika Karan lelah di kantor.
"Sayang, nikmatilah ruangan ini sesuka hatimu. Ini juga semua akan menjadi milikmu." Karan menghampiri Cladi, lalu duduk di sampingnya. "Aku sedang memesan minuman buat kita, kamu mau pesan apa, Cla?" tanya Karan.
Cladi diam, dia semakin geram saja pada Karan dengan perlakuan Karan yang sewenang-wenang ini.
"Ayolah pesan apa, coklat susu, kopi latte, capucino, mocca, luwak, atau lemon tea supaya kamu tidak tegang?" cecar Karan. Cladi diam tidak bersuara, dia terlanjur kesal.
"Aku minta maaf atas perlakuan aku terhadapmu hari itu. Aku hanya ingin membuktikan kalau kamu memang benar-benar masih perawan. Dan, ternyata ...." Karan tiba-tiba bersimpuh di kaki Cladi seraya kepala mendongak memohon maaf pada Cladi. Sembari tangan kirinya meraih sesuatu benda mirip kotak perhiasan. Dan benar saja itu memang perhiasan, kalung lebih tepatnya.
"Sekali lagi aku minta maaf. Sebagai permohonan maafku, terimalah kalung ini," mohon Karan seraya berdiri dan dengan cepat sudah berada di belakang tubuh Cladi. Karan hendak memasangkan kalung itu di leher Cladi, tapi Cladi segera berdiri menghindar.
"Jangan menolak, terimalah ini. Aku tidak mau lagi diantara kita diam-diaman begini. Sebab kita sudah suami istri, dan dosa hukumnya jika suami istri saling diam-diaman lebih dari tiga hari," ungkapnya seraya menatap Cladi yang menatap lantai mengalihkan tatapan mata Karan.
Alunan musik romantis masih diperdengarkan, ini justru lebih romantis. Biasanya musik ini akan menggugah dua pasangan berdansa dan saling menumpahkan kasih sayang lewat berdansa.
Tanpa ingin menunda, Karan segera memasangkan kalung itu di leher Cladi. Tapi Cladi menolak dan menjauh. Karan mengejar Cladi yang justru kini berada tepat di depan pintu kamar pribadi Karan. Karan tersenyum, ini kesempatan dia untuk membawa Cladi masuk ke kamar pribadinya.
Karan menyeret tubuh Cladi ke dalam kamar yang pintunya secara bersamaan terbuka.
"Masuklah, lebih baik di dalam kamar ini aku pasangkan kalung ini di leher kamu. Mungkin kamu butuh ruangan yang lebih romantis," ujar Karan membuat Cladi kesal. Sementara mereka kini sudah berada di dalam kamar Karan yang tidak kalah bagusnya. Cladi sempat berdecak kagum dengan keadaan kamar pribadi Karan, selain wangi, tata letak properti dalam ruangannya pun sesuai dan pas. Entah kenapa suasana dalam kamar Karan ini tiba-tiba saja membuat hati Cladi melankolis. Dia membayangkan kamar ini pasti pernah ditempati Karan dan Kakaknya Diara.
Tiba-tiba tanpa Cladi duga, Karan sudah menangkap pinggang Cladi dan mereka kini duduk sejajar di bibir ranjang. Bahkan ranjangnya saja saat diduduki terasa sangat nyaman dan romantis. Gara-gara musik romantis itu, Cladi mulai terbuai suasana.
"Ayoah Cla, ijinkan aku memakaikan kalung ini di lehermu. Aku ingin meminta maaf atas kesalahanku padamu waktu itu. Aku menyesal telah menuduh kamu tidak benar. Dan rupanya akulah orang yang beruntung dan yang pertama menyentuhmu. Aku sangat menyesal, menyentuhmu untuk pertama kali tapi dengan cara yang salah, aku sungguh-sungguh menyesal," tutur Karan sungguh-sungguh, lalu kini Karan berhasil menyandarkan kepala Cladi di bahunya seraya diusapnya penuh kasih sayang.
Sepertinya Cladi mulai terbuai, tanpa pemberontakan Cladi mulai membiarkan tangan Karan melingkar di pinggangnya, kemudian tangan yang satunya Karan usap-usap di bahu Cladi.
"Aku minta maaf," ulang Karan untuk kesekian kali. Lalu kini Karan mulai meremat jemari Cladi lalu membawa Cladi berdiri, Cladi patuh tanpa pemberontakan. Kini Cladi dan Karan berdiri berhadapan, saling melempar tatap. Namun dengan cepat Cladi mengalihkan tatapan mata ke arah lain.
"Jangan menatap ke arah lain, tatap mataku." Karan meraih dagu Cladi dan mengarahkan tatapannya ke arah matanya. Mereka bertatapan, Karan terkagum-kagum ketika melihat ke dalam mata Cladi yang begitu teduh. Ingin rasanya Karan mengecup mata itu.
"Tahu tidak Cla, bahwa kamulah perempuan pertama yang masuk ke dalam kamar pribadi aku ini," ungkap Karan jujur.
"Apa?" Kening Cladi mengkerut penasaran dengan apa yang Karan ucapkan barusan, ingin rasanya Karan mengulang lagi ucapannya barusan.
"Kamu perempuan pertama yang masuk ke dalam kamar pribadi aku. Kakakmu bahkan hanya sekali menyambangi showroom ini, tapi tidak pernah masuk ke dalam kamar ini," ungkap Karan. Cladi sedikit terhenyak, dia tidak mempercayai ucapan Karan barusan. Tapi, beberapa saat kemudian dia bisa mempercayai ucapan Karan. Diara, kakaknya memang jarang keluar rumah kecuali urusan kantor.
Dan sepertinya ke kantor Karan saja sangat jarang karena sakit asma yang dideritanya. Diara tidak boleh lama-lama di luaran karena cuaca alam terbuka sangat mempengaruhi kondisi kesehatannya. Kadang asmanya sering kambuh jika berada di luar ruangan terlalu lama.
Karan kini sudah menempatkan tangannya di pinggang Cladi, sementara tangan Cladi sudah berada di pinggang Karan, lalu tangan kanan berada di leher Karan. Mereka seakan siap untuk berdansa. Namun sebelum berdansa, Karan dengan cepat memakaikan kalung di leher Cladi tanpa perlawanan. Sangat cantik.
Karan meraih pinggang Cladi kembali, kini keduanya mulai berdansa. Cladi memang tidak pandai berdansa. Namun Karan berusaha mengarahkannya. Berulang kali kaki Cladi menginjak kaki Karan. Dan akhirnya Karan menghentikan dansanya, dia berhenti dengan menempatkan kedua tangannya di pinggang Cladi. Terlihat keduanya semakin erat tidak berjarak. Sementara tangan Cladi hanya menahan bahu Karan karena tangan kekar Karan sudah melilit erat di pinggangnya.
Musik yang diperdengarkan semakin romantis membawa suasana menjadi semakin bergairah.
"Mas Karan," ucap Cladi berusaha melepaskan tangan Karan yang melilit erat pinggangnya, sementara Cladi sudah merasakan ada sesuatu yang menyentuhnya. Karan tidak melonggarkan lilitan tangannya karena dia tidak mau hal tempo hari terulang kembali sebelum Cladi benar-benar bisa diluluhkannya.
"Biarkan saja," mohon Karan seraya salah satu tangannya meraih tengkuk Cladi, Cladi tidak bisa menghindar ketika bibir Karan berhasil menyatukan dengan bibirnya.
Alunan musik itu membuai keduanya seakan tidak bisa dilepaskan.
"Cla?" Karan bertanya sendu pada Cladi. Sementara Cladi membalas dengan sebuah anggukan.
Musik itu seakan mendorong keduanya larut dalam romantisme, saling memberi dan menerima menumpahkan sebuah gejolak rasa yang sama. Seketika rasa kesal dan marah Cladi kini luruh dalam meleburnya satu rasa dalam dua nyawa.
Tidak ada jarak lagi pada keduanya, malah kini mereka saling menatap sendu menginginkan rasa yang bagai di awang-awang itu direngkuh.
"Mas Karan." Cladi sedikit meringis menahan sebuah rasa yang sama saat pertama kali Karan menyatukannya, tapi kali ini diantaranya tidak ada paksaan satu sama lain.
"Sayang." Pagutan itu kemudian berdecap, menyatu seiring tubuh keduanya semakin intim tanpa jarak sama sekali, masih diiringi musik romantis membuai keduanya semakin khusu menikmati bulan madu yang sesungguhnya.
Selamat berbulan madu di siang bolong.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Jeankoeh Tuuk
kenapa cla jadi diem tanpa membalas dendam ke karan
2024-04-13
1