Pertengkaran itu masih berlanjut, terlebih apa yang dikatakan Karan barusan sangat menyakiti ulu hati Cladi. Mandu junub selain untuk yang habis nifas atau selesai haid, diwajibkan bagi yang sudah melakukan hubungan suami istri, sementara dirinya bukan melakukan mandu junub. Jangankan hubungan suami istri, haid saja baru beres dua hari yang lalu.
Mata Cladi menatap tajam ke arah Karan, dia paham maksud Karan. Tapi jelas ucapan Karan merupakan fitnah yang kejam baginya.
"Apa maksud Mas Karan, mandi junub bekas percintaan tadi sore? Siapa yang dimaksud Mas Karan, aku? Jangan gegabah menuduh aku sekotor itu Mas, ucapan kamu itu sungguh menyakiti perasaanku. Kamu telah menfitnah aku dengan kejam. Mulut kamu itu sangat kotor dan tidak pantas menuduh aku perempuan yang selalu menjaga kehormatan dari laki-laki manapun. Tapi kamu dengan tega mengatakan aku sehina itu, kamu keterlaluan," kecam Cladi dengan muka yang penuh amarah.
Bibir Karan mencebik mendengar sangkalan Cladi barusan semarah itu, dia sama sekali tidak percaya dengan semua yang diucapkan Cladi. Penemuannya tadi saat Cladi masuk kamar hotel Javana, membuat Karan yakin bahwa Cladi tidak sepolos yang diduga. Omongannya hanya bullshit belaka dan Karan sama sekali tidak percaya.
"Sudahlah tidak perlu menyangkal di depan aku, sebab itu tidak penting. Yang jelas apa yang kamu lakukan tadi sore jelas menunjukkan seperti apa kamu sebenarnya, meskipun menyangkal."
"Tadi sore, tadi sore. Jelaskan apa yang Mas Karan temukan tadi sore? Dan jangan sekali-kali fitnah, sebab itu sangat menyakiti aku," sergah Cladi masih bingung dengan apa yang dituduhkan Karan kepadanya dan kaitannya dengan tadi sore, dia sungguh tidak paham.
"Kamu mau lihat apa yang aku temukan tadi sore? Coba lihat ini, seorang perempuan sudah bersuami, ijinnya mau menjenguk orang sakit, tapi justru belok ke hotel dan cek in di sana bersama kekasihnya. Apakah masih bisa disebutkan kalau dia adalah perempuan yang bisa menjaga harga diri, sementara harga dirinya telah dia gadaikan pada lelaki lain yang bukan suaminya di sebuah hotel?" tandas Karan telak, membuat semua sendi-sendi tubuh Cladi menegang dan mengeras, dia benar-benar emosi dengan tudingan Karan barusan.
Cladi menatap Karan dengan mata yang melotot, penemuan Karan tadi tentang dirinya yang masuk ke sebuah hotel rupanya sudah membuat Karan salah duga. Tapi Cladi terlanjur sakit hati dan kecewa dengan tuduhan Karan yang menduganya telah melakukan hal mesum di hotel itu.
"Masih mau menyangkal? Bahkan diri kamu sekarang sudah tidak ada harga dirinya, memberikan kehormatan kamu pada lelaki yang jelas-jelas bukan haknya." Selesai Karan berbicara seperti itu, tamparan keras di pipi Karan sudah tidak terelakkan lagi. Karan pun tidak bisa menghindar, gerakan Cladi sungguh tidak terduga. Karan meringis kesakitan.
"Jangan tuduh aku sehina dan sekejam itu Karan Pratama! Perlu Anda tahu bahwa sampai sekarang aku ini masih perawan dan masih bisa menjaga kehormatanku dari lelaki manapun. Jadi, jangan seenak jidat Anda mengatakan aku bukan perawan, kedatanganku ke hotel itu untuk menjenguk orang sakit," pekik Cladi dengan mata berkaca-kaca, Karan benar-benar membuat pertahanan air matanya goyah.
Sementara itu, Karan masih mengusap-usap pipinya yang masih sakit akibat tamparan kuat Cladi, tidak serta merta percaya apa yang Cladi akui barusan, dirinya justru meyakini Cladi kini sedang mencari cara untuk menutupi aibnya dengan berdalih menjenguk orang sakit di hotel itu.
"Mana ada di hotel menjenguk orang sakit. Sudah jelas kamu melakukan perbuatan mesum, masih saja menyangkal," tudingnya masih dengan posisi tangan mengusap pipi yang panas. Ucapan Karan semakin membuat Cladi dikuasai puncak amarah.
"Keterlaluan, apa yang aku lakukan di sana kini sudah tidak penting. Terserah Mas Karan mau percaya atau tidak, yang jelas apa yang Mas Karan tuduhkan sama sekali tidak benar. Dan perlu Mas Karan ketahui, aku ini bukan perempuan murahan. Pacaran aku dengan kekasihku tidak bablas dan masih batas wajar, dan yang jelas aku masih PERAWAN." Cladi menjeda sejenak ucapannya untuk mengatur nafas.
"Keperawanan aku hanya akan aku berikan pada suamiku kelak, tapi bukan pada Mas Karan. Jangan harap aku mau disentuh oleh Mas Karan meskipun status kita adalah suami istri. Aku tidak mau menmberikan keperawanan aku pada laki-laki bekas seperti Mas Karan," tandas Cladi penuh penekanan dengan wajah yang tegas dan berang.
Karan mendengus, dia sama sekali tidak percaya dengan apa yang Cladi ucapkan. Dan lagi-lagi Cladi membuatnya kesal dengan mengatakan dia laki-laki bekas. Padahal dia bukan bekas perempuan tidak benar.
"Jelas saja kamu tidak akan memberikannya padaku, sebab keperawanan kamu sudah kamu berikan pada kekasihmu itu."
Bak petir yang berkali-kali menghantam, kesedihan dan kemarahan Cladi sudah di ubun-ubun tidak bisa dia tahan lagi. Tangan Cladi melayang menuju wajah Karan. Namun kali ini Karan menyadarinya, dia sigap menangkap lengan Cladi dan mengcungkannya ke atas, sementara Cladi menepis-nepis tangannya berusaha melepaskan dari cengkraman Karan. Namun sayang cengkraman itu sangat kuat.
"Jangan tuding aki sehina itu. Aku ini masih perawan. Lepaskan tanganku, aku tidak mau disentuh lelaki bekas sepertimu." Cladi menjerit sangat dekat di wajah Karan sehingga hembusan nafasnya menyapu wajah Karan. Kemarahan Cladi tergambar jelas, dengan berteriak dia masih saja berani menutupi keburukannya di depan Karan.
"Dengar ya, Tuan Karan Pratama. Aku tekankan bahwa aku masih perawan, dan yang berhak menyentuhku hanyalah laki-laki yang aku cintai dan itu adalah hanya kekasihku. Walaupun kita adalah suami istri tapi aku tidak sudi keperawananku disentuh oleh laki-laki yang sudah bekas seperti Anda," tegas Cladi dengan menggebu-gebu.
Ucapan Cladi barusan bagi Karan bagaikan ombak tsunami yang menghantam dahsyat, berulang kali Cladi mengatainya laki-laki bekas, sementara dia hanya bekas kakaknya bukan bekas perempuan lain atau perempuan nakal penjaja cinta. Selama ditinggal istrinya untuk selamanya, Karan mampu menjaga dirinya dari menahan hasrat liar, dan intinya Karan bukan merupakan lelaki yang sering mengumbar nafsu di mana saja.
Karan semakin kuat mencnegkram lengan Cladi, tubuhnya dengan tubuh Cladi yang tiada berjarak, tiba-tiba menimbbulkan hawa panasdan hasrat liar yang selama ini dia tahan. Dengan sedikit kasar Karan tiba-tiba meraih pinggang Cladi, menangkapnya lalu dia bawa ke atas ranjang.
Hasrat di dalam dirinya yang selama ini dia tahan, kini tiba-tiba muncul dan sepertinya sulit untung dipertahankan, terlebih Karan terpatik emosinya tiap kali Cladi menyebutnya laki-laki bekas.
"Baiklah, akan kusentuh dulu keperawanan kamu jika memang kamu benar-benar masih perawan. Aku tidak mau kekasihmu yang menyentuh duluan.Kalau benar kamu masih perawan, biarkan kekasihmu mendapatkan kamu bekas aku," tandas Karan seraya merangsek mempreteli handuk yang melekat di tubuh Cladi. Cladi berontakpun sama sekali tidak dia gubris.
Mas Karan lepaskan. Aku tidak sudi disentuh olehmu. Lepaskannnn ... Euummm ...." Suara Cladi menghilang seiring berhasil dibungkamnya oleh bibir Karan dengan ganas.
Cladi meronta-ronta, tapi percuma. Sebab sesuatu yang tidak pernah dia rasakan selama hidupnya, kini terlanjur menjamahnya dan merusaknya dengan kasar, sehingga lengkingan jeritan itu keluar begitu saja dari mulut Cladi.
Sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan Cladi, apakah lembah kesuciannya kini sudah tidak perawan lagi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments