Sore ini Cladi sudah rapi dan wangi, tentu saja cantik. Dia berencana akan pergi menengok kakak kandung Syamsir mantan kekasihnya yang dirawat di RS karena sakit. Hubungan kakaknya dengan Cladi masih baik, meskipun Cladi tidak bersama lagi dengan adiknya. Selama Cladi berhubungan dengan Syamsir, Zweta kakak perempuannya Syamsir begitu dekat dan akrab dengan Cladi.
Dan untungnya, setelah Zweta mengetahui Cladi sudah menikah karena dijodohkan, meski kecewa, Zweta tidak lantas memutuskan silaturahmi. Zweta masih sering berkomunikasi dengan Cladi meskipun tidak seintens sebelumnya.
Karan yang sejak tadi memperhatikan Cladi heran dengan Cladi yang sedang berdandan. Seperti mau malam mingguan, pikirnya.
"Kamu mau kemana sudah rapi?" sapa Karan penasaran dengan sedikit mengangkat keningnya. Cladi menoleh sesaat seraya memoleskan lipstik di bibirnya.
"Aku mau nengok orang sakit Mas. Aku pergi dulu. Bilang sama anak-anak jika mereka sudah bangun dan cari aku, aku ada urusan sebentar," ujarnya seraya bergegas meninggalkan kamar dan Karan yang bengong serta tidak terima Cladi pergi, karena nanti malam dia dan Cladi terlanjur janji makan malam berdua dalam rangka bayar hutang budi Cladi yang kedua.
"Bukankah kamu ada janji sama aku nanti malam? Kamu jangan telat lho. Hutang kamu harus kamu bayar," ujar Karan mengingatkan.
Cladi menoleh sejenak dengan muka yang kesal. "Aku tidak lupa kali, Mas. Kamu tenang saja. Aku hanya nengok orang sakit saja, kok," sahutnya seraya bergegas pergi dan keluar. Suara motor terdengar halus dan segera pergi. Sejenak Karan termenung kesal dengan kepergian Cladi yang akan menengok orang sakit.
"Aku harus mengikutinya, sebenarnya dia pergi kemana, mencurigakan saja?" Karan bangkit lalu berlari melewati tangga dan keluar dengan maksud menyusul Cladi. Karan menyalakan motornya untuk membuntuti Cladi, karena jika pakai mobil, dia khawatir akan lama dan terjebak macet, sebab Sabtu sore menjelang malam minggu sering terjadi kemacetan di kota Jakarta yang crowded ini.
**
"Halo Mas, aku sudah di depan RS Harapan Kita. Di ruangan mana Mbak Zweta dirawat?" tanya Cladi dalam sambungan telpon. Saat ini Cladi sudah tiba di depan RS Harapan Kita di mana kakaknya Syamsir dirawat.
"Kamu langsung masuk ke hotel Javana saja, nanti di lobi hotel aku jemput kamu. Kakak aku kebetulan sudah keluar dari rumah sakit," berita Syamsir membuat kening Cladi berkerut.
"Kenapa di hotel, Mbak Zweta tidak dibawa pulang ke rumah orang tua Mas Syamsir?" Cladi heran.
"Tidak, Cla. Kebetulan anak dan suami Mbak Zweta sejak hari pertama kakakku dirawat, mereka nginap di hotel Javana, mereka bawa anak kecil yang tidak mungkin dibawa masuk ke dalam RS. Nanti sore mereka baru pulang ke Surabaya," terang Syamsir masih dalam sambungan telpon.
"Ohhh, ok. Kalau gitu aku langsung ke hotel Javana saja. Mas Syamsir keluar saja dari hotel jangan nunggu di lobi," pinta Cladi yang disetujui Syamsir.
"Ok. Kalau sudah masuk pintu hotel, kamu kasih tahu, ya."
Cladi segera menyalakan kembali motornya dan memutar balik. Dia mengarahkan motornya menuju hotel Javana yang jaraknya hanya dua ratus meter dari RS Harapan Kita. Motor Cladi sudah depan pintu hotel Javana, Cladi segera menghubungi Syamsir.
Sementara itu di sebrang jalan dari arah hotel Javana, rupanya Karan berhasil mengikuti Cladi. Karan penasaran, kenapa Cladi mengarahkan motornya ke arah hotel Javana dan memasukinya. Sejauh ini Karan masih positif thinking. Tapi ketika matanya mengarah ke dalam hotel, tiba-tiba ada sosok yang dikenalinya. Seorang lelaki seumurannya yang tidak lain adalah Syamsir muncul menyambut Cladi. Mereka saling tersenyum lalu memasuki lobi hotel.
Dengan cepat Karan memasukkan motornya ke dalam halaman hotel. Karan berbicara sejenak pada seorang Resepsionis dengan alasan mau memberikan kartu ATM pada pengunjung yang baru saja masuk ke dalam hotel karena ATMnya ketinggalan. Diberikan alasan seperti itu, Resepsionis hotel percaya dan membiarkan Karan menyusul Cladi.
Cladi memasuki sebuah kamar hotel dengan nomer 16. Di belakangnya Syamsir membuka kamar hotel itu dengan santainya, lalu mereka masuk ke dalamnya. Dan apa yang terjadi di dalamnya tidak ada yang tahu. Hanya Cladi, Syamsir dan Tuhanlah yang tahu.
Namun beda dengan Karan, dia langsung menyimpulkan bahwa Cladi dan Syamsir sedang melakukan perbuatan mesum di dalamnya.
"Sialan si Cladi, moralnya sudah bejat. Ngaku masih ori dan pacarannya tidak bebas, tapi kenyataannya jelas munafik. Sudah terlanjur bablas, ya bablas saja. Ngaku perawan tapi sudah bolong. Dia sengaja menerima perjodohan ini dengan tujuan menutupi kebobrokannya. Aku tahu, jika suatu saat aku atau dia yang meminta cerai dan menikah lagi, dia ada alasan pada suaminya dia bukan perawan karena sudah janda. Perawan rasa janda yang sudah sangat basi," umpat Karan kesal sekesal-kesalnya melihat Cladi masuk ke dalam kamar hotel dengan Syamsir tanpa rasa canggung.
Jam lima sore Cladi sudah kembali dengan sambutan dingin dari Karan. Karan sama sekali tidak menyapa Cladi. Mendapati sikap Karan seperti itu sudah tidak masalah buat Cladi. Cladi langsung masuk kamar setelah salamnya tanpa jawaban apapun.
"Mama Cladi, Mama dari mana?" Kedua anak sambungnya langsung menyerobot masuk ke dalam kamar dan menghampiri Cladi yang baru saja mendudukkan tubuhnya di sofa kamar itu.
"Mama ada urusan sejenak tadi di luar. Kalian sudah makan?" tanya Cladi perhatian.
"Sudah, kami makan bertiga dengan Papa," jawab Kappa.
"Sekarang Kakak sama Ade kembali ke kamar, ya. Mama Cladi mau mandi, nanti malam mama Cladi ada janji sama Papa," ujar Cladi seraya menatap keduanya.
"Mama Cladi sama Papa mau memberi kami adik, ya? Asikkk, kata Nenek nanti malam Papa dan Mama Cladi akan memberi kami adik." Khalia berjingkrak dengan girangnya di depan Cladi. Bersama dengan itu tiba-tiba Mama Kori, mertuanya Cladi datang dengan maksud menjemput kedua anak sambungnya nginap di rumah mereka. Sejenak Cladi bingung, sebab sebelumnya Kappa dan Khalia tidak cerita akan menginap di rumah neneknya.
"Nenekk! Nenek sudah datang," teriak Khalia dan Kappa seraya berlari dari kamar Karan dan Cladi. Cladi segera keluar kamar menyambut mertuanya.
"Mama," serunya sembari mencium lengan Bu Kori. Bu Kori tersenyum menerima uluran tangan Cladi.
"Sayang, kamu sedang bersiap-siap dengan Karan nanti malam, ya?" tanya Bu Kori seperti sudah tahu bahwa Cladi dan Karan ada janji. Cladi hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Mama mertuanya.
"Mama datang kemari hanya ingin menjemput mereka berdua. Kalian jangan khawatir dengan mereka, mereka senang sekali karena mau menginap di rumah Mama," ujar Bu Kori seraya berpamitan kembali pada Cladi dan membawa cucunya ke rumahnya.
"Semoga kalian segera memberikan adik buat mereka berdua. Sukses, ya, Sayang," ujar Bu Kori sebelum pergi dari kediaman Karan dan membawa kedua cucunya. Cladi bengong tidak paham dengan yang dibicarakan Mama mertuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Emily
wah thour..bab ini ketawa aja liat Karan yg gondok
2024-04-26
1
Nasir
Semangat up.... smg karya ini bisa dilirik pembaca yg bejubel....
2024-01-05
2