Malam semakin larut, baru menapaki satu malam saja di hotel, Cladi merasa sudah tidak betah. Rasa kantuk yang dia harapkan cepat datang, kini malah pergi entah kemana.
Suara pintu kamar mandi mulai terdengar, itu tandanya Karan akan memasuki kamar. Cladi pura-pura sudah tidur. Deru nafasnya sengaja dia atur supaya menandakan orang tidur. Perlahan ranjang itu bergoyang karena Karan sudah menaiki ranjang. Guling yang sengaja jadi pembatas dirinya dan Cladi sengaja Karan angkat, karena rasa keponya yang tinggi, Karan iseng mendekat dan sengaja menatap wajah Cladi yang pulas.
"Kenapa kamu mau dijodohkan sama aku, bukannya menolak saat itu juga? Aku tahu, kamu tidak menolak karena sesungguhnya kamu suka sama aku, kan? Dan aku tahu, sepertinya ini adalah cara kamu. Dengan menikahi aku, kamu sebetulnya sedang menutupi status kamu yang sebenarnya. Aku tahu kamu bukan gadis polos, pastinya kamu pernah merasakan nikmatnya surga dunia bersama kekasih kamu." Ujaran Karan terdengar jelas meskipun hanya berguman. Cladi yang sebenarnya tidak tidur sangat geram mendengar ucapan Karan yang dianggap merendahkannya. Ingin rasanya dia bangkit lalu menampar mulut Karan yang lemes. Tapi, Cladi harus menahan diri, dia harus pura-pura tidur supaya Karan tidak tahu bahwa dia berpura-pura.
"Keterlaluan Mas Karan, menganggap aku perempuan yang tidak pandai menjaga kehormatan. Enak saja, emangnya dia tahu pergaulan aku seperti apa dan gaya pacaran aku gimana. Main tuduh sembarangan. Huhhhh, jangan pikir aku mau disentuh oleh lelaki bekas orang, terlebih bekas Kakakku." Cladi membalas tudingan Karan di dalam hati saja. Dia kesal dan marah dengan tudingan Karan.
"Lebih baik aku kejutkan saja Mas Karan biar dia jantungan," siasat Cladi merencanakan sesuatu.
Tiba-tiba tanpa Karan duga, Cladi bergeliat dan berbalik arah dengan menyampingkan tubuhnya ke arah Karan, lalu memeluk tubuh Karan yang diduga Cladi bantal guling yang tadi dia letakkan di tengah-tengah ranjang sebagai pembatas. Seketika Cladi terkejut, saat merasakan guling yang dipeluknya terasa berbeda, keras, kenyal dan teksturnya berbeda dengan guling yang empuk dan lembut. Cladi tidak menduga bahwa Karan tadi saat mengata-ngatainya memindahkan guling pembatas itu.
Mau membatalkan tidur pura-puranya, Cladi pasti sangat malu. Tapi jika dia meneruskan tidur pura-puranya, Cladi sejujurnya merasa tidak enak dengan benda yang dipeluknya yang ternyata Karan.
"Ya ampun, niat mau mengejutkan Mas Karan malah aku sendiri kena batunya. Duhhhh, bagaimana ini? Syukur-syukur Mas Karan langsung melepaskan pelukanku. Iya, biarin saja biar Mas Karan yang beraksi, semoga saja Mas Karan yang duluan melepaskan pelukan tanganku." Lagi-lagi Cladi berbicara di dalam hatinya berharap Karan melepaskan duluan pelukannya.
Sontak Karan dobel terkejut, sebab selain merasa ketahuan sedang mengata-ngatai Cladi, yang lebih terkejut bagi Karan, ternyata Cladi malah memeluknya. Sejenak Karan membiarkan tubuhnya dipeluk oleh Cladi karena menduga Cladi benar-benar tidur. Dalam hati Karan ingin juga menikmati wajah perempuan yang kini dianggapnya menyebalkan, karena tidak menolak rencana perjodohan kedua orang tuanya.
"Ya Tuhan, si Cladi ini benar-benar tidur apa tidak sih? Tapi sepertinya tidur. Dia pikir aku ini bantal guling, dipeluk-peluk begini? Bagaimana nih, biarkan atau lepas secara paksa? Tapi kalau dilepas, sayang banget, posisinya sedang enak banget nih. Untungnya si Cladi ini cantik," gumannya masih juga kedengaran Cladi. Cladi semakin kesal dengan apa yang diucapkan Karan barusan, Cladi menduga Karan mulai curi kesempatan. Sejenak Cladi bertahan dengan posisi seperti itu. Nanti lima menit kemudian dia bakal merubah posisi dengan membelakangi Karan.
Belum sampai lima menit waktu yang akan direncanakan Cladi, tiba-tiba Karan mencium bibir Cladi, dengan tenangnya Karan menempel bibirnya dengan bibir Cladi merasakan sentuhan itu beberapa detik, lalu dilepaskan perlahan. Karan kini menatap seluruh wajah Cladi intens.
"Ya ampun, bibir Cladi begitu menggoda. Tipis, imut dan manis. Benar-benar hembusannya membuat aku ingin berlama-lama di sana," ujar Karan setelah dia berhasil mengecup bibir Cladi yang sempat membuat dia gemas.
Cladi terhenyak, rupanya Karan benar-benar curi-curi kesempatan darinya. Jantung Cladi seketika berdegup kencang. Karan santai saja, dia bahkan malah ikut terbuai dan tertidur setelah merasakan sentuhan bibir menggemaskan Cladi.
Cladi ingin melepaskan pelukan itu, perlahan dia berusaha melepaskan tapi fokus dengan siasat awalnya yakni pura-pura tidur. Cladi berharap Karan menduga bahwa Cladi tidurnya tidak bisa diam. Cladi dengan cepat sudah merubah posisi tidurnya membelakangi Karan yang sudah terdengar tidur dengan nafas yang beraturan.
"Ya ampun, kenapa jantung ini tiba-tiba berdegup sangat kencang setelah tadi Mas Karan berhasil menyentuh bibirku? Huhhh, dasar laki-laki mesum, Mas Karan pasti sengaja ingin menyentuhku setelah tadi menudingku bahwa aku tidak bisa menjaga kehormatan. Awas saja, nanti akan ku balas kelancangannya," gerutu Cladi di dalam hati.
Pagi menjelang, Karan dan Cladi sudah mandi dan bersiap menuju resto di hotel mereka menginap. Karan tidak banyak bicara, dia hanya sesekali memperhatikan Cladi. Baik Karan maupun Cladi pura-pura tidak tahu dengan apa yang terjadi semalam dengan tragedi pelukan Cladi pada Karan yang diduga bantal guling. Mereka sama-sama tidak ingin mendapat malu, dan sepertinya mereka kompakan menutup rapat apa yang terjadi semalam.
Dengan baju terusan selututnya, dandanan Cladi semakin terlihat fresh dan cantik, terlebih Cladi memang masih muda. Karan akui, Cladi memang lebih muda darinya tujuh tahun, jadi pantas saja dia masih kelihatan muda juga. Karan yang sudah berusia 30 tahun, tahun ini, tidak mau kalah. Dia berdandan dengan ala anak muda, menyeimbangkan dengan usia Cladi.
"Ayolah, jangan di dempul lagi muka kamu yang pas-pasan itu meskipun didempul tebal juga, hasilnya juga pasti pas-pasan," ejek Karan kesal saat melihat Cladi yang masih menatap cermin membenarkan kembali bajunya.
Cladi kesal dengan ejekan Karan, bukannya tadi malam dia mendengar sendiri bahwa Karan sempat memujinya cantik, dasar munafik. Cladi hanya bisa geram di dalam hati dengan Karan yang bicaranya mirip bunglon bisa berubah-rubah.
Cladi menghampiri Karan tanpa bicara, dia terlanjur kesal. Lalu dia membuka pintu hotel duluan tanpa menunggu Karan.
"Cla, kamu mau kemana?" teriak Karan karena merasa diabaikan.
Cladi menoleh kesal, bukankah tadi Karan sendiri yang bilang cepat?
"Aku mau sarapan ke resto. Kalau Mas Karan tidak akan sarapan, ya tidak apa-apa," ujarnya seraya berbalik dan berjalan meninggalkan Karan yang bengong. Setelah sadar Karan segera mengikuti Cladi tidak lupa mengunci kamar hotel.
"Dasar perempuan menyebalkan," gerutu Karan balik kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Anita Jenius
3 like mendarat buatmu thor. semangat ya.
2024-04-14
2
auliasiamatir
yeeeee munafik, katanya gak audi di sentuh taunya betah di peluk
2024-01-06
2
auliasiamatir
karan mikir nya negatif aja,
2024-01-06
2