Saat aku memasuki lorong pasar. Terlihat sudah mulai sepi pengunjung. Karena ini memang sudah siang. Aku berjalan menuju ke penjual lauk dan sayuran. Kalo untuk bumbu biasanya ibu yang belanja.
Ku pilih ikan lele yang masih segar. Dan beberapa lauk lainnya. Kalo untuk sayuran di jam siang begini sudah tidak ada pilihan lagi. Karena sudah di borong pedagang sayur di pagi hari yang berjualan di rumah.
Semua yang ku cari sudah dapat. Hari pun sudah semakin siang, Aku putuskan untuk segera pulang. Takutnya ibu mertua akan ngomel panjang lebar kayak petasan rentengan yang gak ada habisnya.
Cuaca cukup panas serasa membakar kulit ku. Aku menuju ke parkiran di mana tadi aku menyimpan motor. Usai membayar parkir. Aku langsung pulang.
Angin sepoi-sepoi yang menemaniku selama perjalanan, membuat teriknya panas matahari tidak terlalu terasa membakar kulitku. Ku melajukan motor Ku meliuk-liuk di jalanan dengan kecepatan sedang. Lalu lalang kendaraan sudah mulai terlihat macet. Untungnya aku pakai motor jadi bisa nyalip-nyalip.
Menempuh perjalanan sekitar 30 menit cukup melelahkan untukku yang sedang hamil besar. Sampai di rumah, ternyata mertua Ku sedang duduk di teras samping tempat biasa aku memarkirkan motor.
"Dari mana saja kamu Ning, keluyuran terus. Kamu gak lihat apa di rumah masih banyak kerjaan. Itu cucian baju sudah numpuk di kamar mandi belum kamu cuci. Lantai juga tidak kamu pel". Teriak teriak mertua Ku.
" Maaf bu aku tadi kontrol kandungan di klinik, aku mau pamit ibu gak ada ". Apa yang aku khawatirkan dari tadi ternyata terjadi juga. Mertua Ku pasti bakalan ngomel. Sebenarnya mertua ku tidaklah sekejam dan sejahat seperti ibu mertua di kota-kota yang suka menindas dengan k*k*r*s*n dan suka julid. Hanya saja ibu mertua ku itu, pikirannya rada kolotnya luar biasa.
" Alah ngapain pake kontrol ke klinik segala. Lagian di Desa ini juga kan banyak bidan kandungan. Orang-orang yang hamil di sini juga cukup periksa di bidang desa. Paling itu alasan kamu aja pengen keluyuran".
"Tapi yang nyuruh aku periksa ke klinik itu bidan Desa di sini kok bu. Untuk ngecek posisi bayinya bisa lahiran normal atau gak"?
" Itu di tas bawa apa kamu? Kata kamu gak punya duit, tapi itu kenapa kamu bisa belanja kamu bohong ya sama saya. Ternyata kamu benar-benar menggerogoti uangnya Bayu ya!!! Dasar menantu miskin gak tau diri kamu". Mertua Ku mencak-mencak.
"Ada apa sih ini ribut-ribut"? tanya bapak yang baru keluar dan mau pergi ke Masjid. "Itu kenapa Ningtyas kok masih berdiri di luar". Kalo mau ngobrol itu mbok yo di dalam to bu. Malu di lihat tetangga ribut-ribut di luar". Ucap bapak dengan bijak. Aku yang sudah nahan keram di kaki dari tadi berdiri terus di luar merasa tertolong dengan adanya bapak keluar.
" Itu lho Ningtyas kerjaannya keluyuran terus, padahal di rumah masih banyak kerjaan". Adu ibu mertua Ku.
"Ningtyas itu gak keluyuran bu. Dia itu kontrol. Dan sudah pamitan sama bapak". Kata bapak membuat ibu langsung terdiam. " Sudah Ning kamu masuk sana terus istirahat".
"Alhamdulillah akhirnya aku bisa masuk dan istirahat". Gumam Ku dalam hati. Aku pun melangkah menuju kamar Ku.
" Tapi pak-..... Belum selesai ibu menerus ucapannya sudah di potong oleh bapak.
"Sudah bu, biar kan Ning istirahat. Kasian dia pasti capek baru pulang dari Rembang". Kata bapak.
" Tapi kan Ning belum masak untuk makan siang Pak". Ujar ibu sambil cemberut.
"Lha ibu kan bisa masak sendiri. Dulu juga, ibu Apa-apa ngurus sendiri. Sejak Ning datang kok sekarang kalo ada apa-apa harus Ning. Sampai kapan ibu mau gitu terus. Cobalah untuk belajar nerima Ning. Dia itu mantu kita juga bu. Ning juga anaknya baik penurut. Apa pernah Ning ngerepotin ibu? Gak pernah kan"?
" Bapak itu selalu saja bela anak itu, ya tetap bedalah pak. Dia kan gak kaya orang sini. Dia orang luar. Coba aja dulu Bayu mau di jodoh kan sama susi kan ibu sudah bahagia ".
" Bu, susi itu dulu kan yang ninggalin Bayu untuk nikah sama orang lain. Kalo bukan karena itu, gak mungkin Bayu sampai merantau ke kalimantan. Sudahlah bu. Ning kan sudah jadi pilihan dan jodoh Bayu untuk sekarang dan kedepannya. Kita Terima saja dia apa adanya". Kata bapak penuh kebijaksanaan.
"Pokoknya aku gak seneng yo gak seneng. Geting aku.... Pokok'e geting... Kata ibu masuk kedalam sambil menghentak-hentakan kakinya.
Bapak hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah ibu yang ke kanak-kanakan. Usai kepergian ibu, bapak langsung berangkat ke Masjid karena sudah masuk waktu zuhur.
Aku yang di kamar mendengar semua obrolan bapak sama ibu cukup terenyuh rasanya.. Ternyata mas Bayu pernah di jodohkan dengan Susi, berarti dia sekarang dekat lagi karena CLBK. Jahat kamu mas..... Aku berusaha untuk menahan tangis, tapi tetap saja tidak bisa... Akhirnya ku tumpah kan semua rasa sakit itu di kamar ini. Kamar ini lah yang jadi saksi perjalanan rumah tangga selama 1,5 tahun ini.
Sudah 2 jam aku tertidur. Ku lirik jam sudah menunjukan pukul 2 siang. Ternyata tadi aku belum sholat zuhur. Gegas aku ke kamar mandi untuk wudhu dan melaksanakan sholat zuhur.
Usai sholat aku ke dapur, rasanya perutku sudah mulai perih minta di isi. Ku ambil piring yang ada di rak piring dan Ku isi nasi sama sayur nangka sisa kemarin. Ternyata sudah tidak ada lauk. Ku putuskan untuk makan pake kerupuk. Rasanya sudah cukup nikmat bagi Ku.
Baru makan dapat 5 suapan mertua Ku lewat. "Lapar kamu Ning? Enak ya!!!Bangun tidur tinggal makan. Wah bener-bener menantu gak tau diri ya kamu sudah sudah miskin. Gak punya etika, hidup numpang sama saya aja belagu kamu... Masih untung kamu bisa tinggal dan makan gratis di sini. Harusnya kamu tau diri dong. Pekerjaan belum selesai malah enak-enakan makan. Dasar benalu bisanya cuma nyusahin aja. Sindir mertua Ku membuat telinga Ku cukup panas.
"Ngapa tadi kamu gak sekalian aja makan di Pasar. Kamu kan banyak uang". Lanjutnya lagi.
Hilang sudah selera Ku makan. Akhirnya Ku letakan makanan Ku di tempat cucian piring. Makin tambah murka mertua melihat Ku membuang nasi.
" Bagus ya kamu. Menantu k*r*ng aj*r. Kamu pikir kamu hebat bisa buang nasi seenaknya. Aku yang setengah mati nanam padi, dari mulai nanam sampai bisa panen. Kerja mati-matian di sawah. Kamu dengan seenaknya buang nasi begitu saja".
Sudah tak ku endah kan lagi omongan mertua Ku. Aku lanjutkan cuci piring dengan air mata yang terus mengalir. Sesak rasanya dada Ku mendengar Caciannya.. Gini amat ya rasanya hidup numpang. Kalo gak mikir bapak yang menahan agar aku tidak pindah. Lebih baik aku ngajak mas Bayu cari kontrakan.
Selesai nyuci piring aku langsung mandi.. Karena waktu sudah sore. Selesai mandi aku jalan-jalan keluar untuk memenangkan diri. Jalan-jalan menikmati senja di sore hari. Melihat sunset di area persawahan membuat ku merasa damai. Cukup dengan berjalan kaki saja sudah bisa melihat pemandangan hamparan sawah serta di kelilingi bukit-bukit nan hijau. Disini lah saat ini aku berdiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Giantini
no Ningsih betul"bodoh masih mau bertahan sama laki"mcm bayu
2025-02-20
1
Shinta Dewiana
nyesek deh
2024-04-07
0
Nendah Wenda
pntasan Bayu selingkuh toh kemantan
2024-03-20
0