Bab 2. Kepulangan Suami

Saat asik menjemur baju. Ku lihat Bapak mertua baru datang dengan membawa rumput satu karung untuk pakan sapi, yang di boncengnya di belakang motor. Ku hentikan aktivitas menjemur baju, langsung saja aku menghampiri Bapak untuk membantunya menahan motor agar tidak rubuh, saat dia menurunkan rumput yang terasa berat.

"Ndok ibumu sudah pulang", tanya Bapak mertua ku, sambil membersihkan peralatan untuk mencari rumput.

" Belum pak, mungkin belum selesai nyebarin bibit padinya". Kata ku sambil meneruskan menjemur baju...

"Oh ya sudah, nanti bapak tak nyusul saja ke sawah. Tapi sebelum kesana Bapak mau sarapan dulu, soalnya sudah siang. Kamu sudah sarapan belum"? Tanya Bapak mertua.

" Sudah tadi pak". Jawab ku.

Setelah ngobrol sebentar dengan Bapak, Bapak pun pamit masuk ke dalam. Dan aku pun cepat-cepat menyelesaikan menjemur baju. Karena pekerjaan ku yang lainnya sudah menunggu.

" Alhamdulillah, akhirnya selesai juga jemur bajunya. Tinggal cuci piring, nyapu sama ngepel". Ujar ku sambil menyimpan alat-alat tempur ku saat mencuci tadi.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12.00 siang. "Kerjaan ku sudah beres semua. Sekarang waktunya mandi, habis itu tinggal bobo cantik". Aku bermonolog sendiri. Sambil ku elus perut ku yang tampak membuncit.

Bergegas aku ke kamar mandi untuk membersihkan diri. 15 menit adalah waktu yang cukup untuk ku mandi. Tak perlu lama-lama. Takutnya nanti terlalu bersih. haaaaaa

Keluar dari kamar mandi tubuhku terasa lebih segar dan wangi. Begitu sampai di kamar suara azan zuhur pun berkumandang. Untung tadi aku sudah sekalian wudhu. Jadi bisa langsung sholat zuhur.

Selesai sholat aku pun merebahkan diri di atas kasur. Menghilangkan penat sekejap. Sebelum toa dari ibu mertua ku berbunyi.

Baru saja ingin memejamkan mata, ibu mertua ku yang baru pulang dari sawah langsung sudah berteriak.

"Ning itu sapinya di kasi makan sudah siang ini. Apa kamu tuli atau pura-pura tidak dengar!!!!sapinya sudah berisik minta makan, kamu kok malah enak-enakan rebahan. Kamu itu kerjaannya hanya makan tidur saja. gak sadar apa badan udah kayak g*j*h gitu. Teriak ibu mertua ku..membuat gendang telinga ku serasa berdenging.

" Ya Allah kenapa mulut mertua ku gak ada Akhlak sih, masak aku di samain dengan gajah. Aku kan lagi hamil jadi wajar dong kalo gemuk. Kalo gak hamil juga kan gak gemuk kayak gini, lagian ini juga cucu dia, darah daging dia. Untung mertua, coba kalo bukan sudah tak cites kayak kutu rambut, tu orang". Gumamku lirih.

Aku langsung bangkit dari tempat tidur menuju ke kandang. Selesai ngurus sapi aku langsung masuk, baru sampai pintu sudah di sambut mertua ku dengan kultum (kuliah tujuh menit).

"Jadi perempuan tu kalo lagi hamil jangan kebanyakan tidur, nanti kalo mau lahiran normal bayinya susah keluarnya. Kalo bisa di bawa gerak terus. Aku aja dulu hamil tua masih gendong kayu bakar dari hutan sampai ke rumah. Kamu itu termasuk enak, kerjaannya cuma di rumah doang". Sindir mertua ku

Aku hanya diam saja, soalnya kalo di bantah pasti jadi ribut, maklum orang tua omongannya tidak pernah salah. Kalo salah ingat pasal 1.

" Ning kalo orang tua ngomong itu di dengarkan. Jangan masuk telinga kiri keluar pun telinga kiri..gak sempat mampir ke otak". Bentak mertua ku, karena omongannya gak aku jawab.

"iya bu saya dengar kok". Jawab ku sambil nyengir kuda.

Punya mertua cerewet dan kolotnya minta ampun. Apa betah kalo hidup terus kayak gini? Nasib hidup satu rumah sama mertua.

🍁🍁🍁🍁🍁

Ketika malam hari aku yang baru saja selesai mengerjakan sholat magrib. Ibu mertua ku pun mulai beraksi lagi. "Ning, kamu itu ngapain sih di dalam kamar terus? Gak Lihat apa kerjaan di dapur masih banyak. Kamu juga belum masak untuk makan malam. Jadi perempuan kok malas banget. Ingat ya di sini kamu tu hanya numpang. Gak bisa bantu materi setidaknya bantu tenaga. Jangan bisanya cuma jadi benalu saja". Omel ibu mertua ku seperti biasa.

Beginilah ibu mertua ku, tak bisa sedikit pun memberikan kesempatan untuk ku sekedar meluruskan badan. Selalu ada saja pekerjaan yang di berikannya pada ku. Padahal dari tadi aku sudah menahan rasa keram di kaki akibat berdiri terus. Rasanya aku sudah tidak kuat lagi berdiri.

Setiap kali mendengar teriaknya rasanya telinga ku ini sudah kebal. Belum lagi di tambah cacian, makian dan selalu di anggap Benalu oleh ibu mertua ku. Hidup di rumah mertua benar-benar seperti babu yang berkedok istri. Ingin menangis rasanya, tapi air mataku sudah habis. Belum produksi lagi soalnya.

Aku langsung bangkit dari tidurku. menghampiri mertua ku. "Bu aku boleh baring sebentar gak? Badan ku capek banget rasanya, dari tadi siang gak ada istirahat". Aku mencoba bernegosiasi sama mertua ku.

" Alah ngurus kerjaan segitu aja sudah bilang capek. Aku yang kerja di kebun aja gak capek. Jadi orang itu jangan kebanyakan ngeluh". Jawab mertua ku.

"Alah itu paling hanya akal-akalan kamu saja pengen malas-malasan". Katanya lagi tidak Terima dengan alasan ku.

"iya beneran bu, ini coba ibu lihat kaki ku bengkak". Ku tunjukkan Jari-jari kaki ku yang mulai terlihat besar.

"Iya bu, biarkan saja Ning istirahat dulu. asian Kalo di suruh kerja terus. Dia kan lagi hamil". Bela Bapak mertua ku yang entah datang dari mana tau-tau nyambung aja.

"Sudah sana Ning kamu istirahat aja, gak usah perduliin omongan ibumu". Perintah bapak mertua ku.

"Pak kalo Ning kamu manjain terus seperti itu, nanti bisa bisa ngelunjak dia. Jadi besar kepala. Lagian ibu suruh dia gerak terus itu kan baik buat dia. Biar nanti kalo mau lahiran gampang keluarnya". Ibu mertua ku gak rela kalo aku di bela Bapak.

"Sudahlah bu, Ngalah sekali-kali kan gapapa. Lagian kerjaan itu kalo di turutin pasti gak akan ada habisnya".

Akhirnya ku turutin perintah bapak. Cukup 1 jam aku istirahat untuk meluruskan badan. Setelah badan ku rasanya agak enakan aku pun bangun dan keluar kamar menuju dapur untuk menyiapkan makan malam.

Saat sedang sibuk berkutat di dapur, ku dengar seperti ada ribut-ribut di luar. Ternyata suami ku sudah pulang.

Aku pun keluar menghampirinya. "Sudah pulang mas". Tanya ku sambil mengambil tas yang ada di gendongnya, yang berisi baju kotor.

" Hmmm", jawabnya singkat.

"Mas mau mandi sekarang apa nanti". Tawar ku.

" Nanti jak" Katanya sambil berjalan menuju ke ranjang.

Ya sudah ku tinggal mas Bayu di kamar sendiri. Aku pun melanjutkan masak yang tadi sempat tertunda.

Tak butuh watu lama akhirnya masakan ku pun matang semua, segera ku hidangkan di atas meja makan. Kemudian aku membersihkan peralatan yang ku gunakan buat masak tadi.

Semua sudah bersih aku pun masuk ke kamar, samar-samar ku dengar mas Bayu sedang telponan entah dengan siapa. Suaranya kedengaran mesra banget.

Begitu melihat aku masuk telponnya langsung di matikan.

"Telponan sama siapa mas"? Tanyaku, dengan jiwa kepo ku meronta ingin tau.

" K-kawan", jawabnya sedikit gugup seperti orang kepergok selingkuh.

"Tapi kok kayaknya mesra gitu mas"? Aku cukup penasaran.

" Alah biasa, bercanda ". Jawabnya sambil nyengir.

" Bercanda kok berlebihan gitu, kayak gak masuk akal". Kata ku dengan nada yang masih kurang puas dengan penjelasannya.

"Kamu itu kenapa sih jadi cerewet banget, suami pulang kerja capek, bukannya di senengin malah ngomel jak terus bikin tambah pusing tau gak". Teriak Bayu dengan suara tinggi.

Aku terjingkat kaget mendengar bentakan dari mas Bayu.

" Ini ada apa sih magrib-magrib kok pada ribut. Malu kalau di dengar tetangga". Ibu mertua ku yang baru pulang dari warung langsung ke kamar ku karena mendengar suara mas Bayu.

"Ini lho bu istri gak tau diri. Suami lagi capek pulang kerja bukannya di senangi malah di tuduh yang bukan-bukan". Adu mas Bayu ke ibunya.

"Kamu tu ya, harusnya bisa nyenengin suami. Suami capek pulang kerja itu di layan dengan baik bukan di ajak ribut. Lha kamu sendiri di rumah kerjanya cuma makan tidur saja kok nyeramahin suami". Kata mertua ku dengan nada sinis.

Sakit sekali rasanya hati ku di perlakuan kasar sama suami ku sendiri. Padahal aku hanya ingin tau, tapi jelas banget tadi aku dengar dia sedang merayu. Yang namanya laki-laki selalu saja ingin menang sendiri. Aku berusaha menahan air mata ku agar tidak jatuh, tapi semua sia-sia.

"Awas aja kamu mas, aku pasti akan cari bukti sendiri. Aku yakin Allah tidak tidur. Firasat istri itu tidak pernah salah". Ucapku dalam hati.

" Sudah yu sana mandi. Nanti ke buru malaman kamu jadi masuk angin". Perintah mertua ku agar mas Bayu cepat mandi.

Mas Bayu pergi ke kamar mandi. Aku pun menyiapkan baju ganti untuk mas Bayu. selesai mandi mas Bayu pun Keluar dari kamar mandi dengan wajahnya yang terlihat lebih segar. Sisa air yang meneteskan dari rambutnya membuat mas Bayu terlihat lebih tampan, dengan perut suspect lengan berotot. Kulit kuning langsat dan tinggi yang di atas rata-rata orang Indonesia. Perempuan mana sih gak kepincut.. Termasuk aku.

Terpopuler

Comments

Nendah Wenda

Nendah Wenda

sabar Ning semoga kesakitan mu cepat berlalu

2024-03-20

0

maDENa

maDENa

sixpack mgkn mksdnya thor.

2024-03-18

1

Raptor gamer

Raptor gamer

Duh, hati jadi bahagia setelah selesai baca karya ini!

2023-11-24

2

lihat semua
Episodes
1 Bab I. Serangan Fajar (tahap revisi)
2 Bab 2. Kepulangan Suami
3 Bab 3. Ketahuan Selingkuh
4 Bab 4. Pertengkaran Hebat
5 Bab 5 Dianggap Benalu
6 Bab 6. Ibu Minta Uang
7 Bab 7. Fakta Baru
8 Bab 8. Wejangan Dari Bapak
9 Bab 9. Gara-gara Jemuran
10 Bab 10. Nasi Jagung
11 Bab 11. Saatnya USG
12 Bab 12. Pergi ke pasar
13 Bab 13. Perkenalan Karakter
14 Bab 14. Pelakor Main ke tempat mertua
15 Bab 15. Terkuaknya Fakta Baru (revisi)
16 Bab 16.
17 Ban 17. Gibah di Warung(tahap revisi)
18 Bab 18. mempermalukan diri sendiri
19 Bab 19. kecurigaan ku semakin kuat (tahap revisi)
20 Bab 20. Di grebek warga.
21 Bab 21.
22 Bab 22. Sidang di Balai Desa
23 Bab 23. Meminta Pertanggungjawaban
24 Bab 24. Permintaan Bapak
25 Bab 25. (masih tahap revisi)
26 Bab 26.
27 Bab 27.
28 Bab 28.
29 Bab 29.
30 Bab 30.
31 Bab 31.
32 Bab 32.
33 Bab 33. (prov Author)
34 Bab 34.
35 Bab 35.
36 Bab 36.
37 Bab 37. Keluar Dari Rumah Sakit
38 Bab 38.
39 Bab 39. Rencana Pindah Rumah
40 Bab 40. Persiapan Pindah Rumah
41 Bab 41.
42 Bab 42. Memulai Lembaran Baru
43 Bab 43. Menyambut Tahun Baru Di kontrakan.
44 Bab 44. Keputusan Terakhir ku
45 Bab 45.
46 Bab 46. Berangkat Ke Surabaya.
47 Bab 47. Mencari tempat tinggal baru
48 Bab 48. Suasana Semakin kacau
49 Bab 49. Ningtyas kecelakaan. Prov Author
50 Bab 50.
51 Bab 51. Dapat Tawaran Kerja
52 Bab 52.
53 Bab 53.
54 Bab 54. Mulai Masuk Kerja
55 Bab 55. Hari Pertama Bekerja
56 Bab 56.
57 Bab 57. Bertemu lagi
58 Bab 58. Bayi Mungil Yang Bikin Kangen
59 Bab 59. Penawaran Untuk Menjadi Ibu Susu
60 Bab 60.
61 Bab 61.
62 Bab 62.
63 Bab 63. Gara-gara menu Sarapan
64 Bab 64.
65 65.
66 Bab 66
67 Bab 67. Bertemu Dengan Baby Faris.
68 Bab 68.
69 Bab 69.
70 Bab 70. Faris Pulang Dari Rumah Sakit
71 Bab 71.
72 Bab 72.
73 Bab 73.
74 Bab 74.
75 Bab 75.
76 Bab 76.
77 Bab 77.
78 Bab 78.
79 Bab 79.
80 Bab 80.
81 Bab 81.
82 Bab 82.
83 Bab 83.
84 Bab 84.
85 Bab 85.
86 Bab 86.
87 Bab 87.
88 Bab 88.
89 Bab 89.
90 Bab 90.
91 Bab 91
92 Bab 92.
93 Bab 93.
94 Bab 94.
95 Bab 95.
96 bab 96.
97 Bab 97.
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Bab I. Serangan Fajar (tahap revisi)
2
Bab 2. Kepulangan Suami
3
Bab 3. Ketahuan Selingkuh
4
Bab 4. Pertengkaran Hebat
5
Bab 5 Dianggap Benalu
6
Bab 6. Ibu Minta Uang
7
Bab 7. Fakta Baru
8
Bab 8. Wejangan Dari Bapak
9
Bab 9. Gara-gara Jemuran
10
Bab 10. Nasi Jagung
11
Bab 11. Saatnya USG
12
Bab 12. Pergi ke pasar
13
Bab 13. Perkenalan Karakter
14
Bab 14. Pelakor Main ke tempat mertua
15
Bab 15. Terkuaknya Fakta Baru (revisi)
16
Bab 16.
17
Ban 17. Gibah di Warung(tahap revisi)
18
Bab 18. mempermalukan diri sendiri
19
Bab 19. kecurigaan ku semakin kuat (tahap revisi)
20
Bab 20. Di grebek warga.
21
Bab 21.
22
Bab 22. Sidang di Balai Desa
23
Bab 23. Meminta Pertanggungjawaban
24
Bab 24. Permintaan Bapak
25
Bab 25. (masih tahap revisi)
26
Bab 26.
27
Bab 27.
28
Bab 28.
29
Bab 29.
30
Bab 30.
31
Bab 31.
32
Bab 32.
33
Bab 33. (prov Author)
34
Bab 34.
35
Bab 35.
36
Bab 36.
37
Bab 37. Keluar Dari Rumah Sakit
38
Bab 38.
39
Bab 39. Rencana Pindah Rumah
40
Bab 40. Persiapan Pindah Rumah
41
Bab 41.
42
Bab 42. Memulai Lembaran Baru
43
Bab 43. Menyambut Tahun Baru Di kontrakan.
44
Bab 44. Keputusan Terakhir ku
45
Bab 45.
46
Bab 46. Berangkat Ke Surabaya.
47
Bab 47. Mencari tempat tinggal baru
48
Bab 48. Suasana Semakin kacau
49
Bab 49. Ningtyas kecelakaan. Prov Author
50
Bab 50.
51
Bab 51. Dapat Tawaran Kerja
52
Bab 52.
53
Bab 53.
54
Bab 54. Mulai Masuk Kerja
55
Bab 55. Hari Pertama Bekerja
56
Bab 56.
57
Bab 57. Bertemu lagi
58
Bab 58. Bayi Mungil Yang Bikin Kangen
59
Bab 59. Penawaran Untuk Menjadi Ibu Susu
60
Bab 60.
61
Bab 61.
62
Bab 62.
63
Bab 63. Gara-gara menu Sarapan
64
Bab 64.
65
65.
66
Bab 66
67
Bab 67. Bertemu Dengan Baby Faris.
68
Bab 68.
69
Bab 69.
70
Bab 70. Faris Pulang Dari Rumah Sakit
71
Bab 71.
72
Bab 72.
73
Bab 73.
74
Bab 74.
75
Bab 75.
76
Bab 76.
77
Bab 77.
78
Bab 78.
79
Bab 79.
80
Bab 80.
81
Bab 81.
82
Bab 82.
83
Bab 83.
84
Bab 84.
85
Bab 85.
86
Bab 86.
87
Bab 87.
88
Bab 88.
89
Bab 89.
90
Bab 90.
91
Bab 91
92
Bab 92.
93
Bab 93.
94
Bab 94.
95
Bab 95.
96
bab 96.
97
Bab 97.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!