Bab 7. Fakta Baru

Aku mengendari motor matic dengan perlahan. sambil menikmati hijaunya hamparan sawah yang menyejukkan mata. Terlihat banyaknya burung kecil yang berterbangan kesana kemari mencari makan. Ku hirup dalam-dalam udara segar untuk mengisi rongga paru-paru. Di sepanjang perjalan tercium aroma khas persawahan, rasa ini yang tak pernah ku dapatkan ketika berada di Kalimantan.

Tak terasa selama 15 menit perjalanan, akhirnya tiba juga di sekolahan PAUD. kelihatannya sudah lumayan ramai. Banyak anak-anak yang sedang berlarian dan bermain di area permainan yang tersedia di halaman sekolah.

Setibanya di parkiran, ku Pun turun dari motor. Ku gandeng tangan zidan untuk memasuki kelas. ternyata di kelas juga ada sebagian anak-anak yang sedang bercengkrama dengan teman seusianya..

"Ayo Zidan kita masuk, salim sama bu Guru". Ajak ku dan memperkenalkannya pada bu Guru yang ada di situ. Kebetulan sekali bu Guru yang ngajar di PAUD adalah tetangga ku. sehingga Zidan tidak begitu takut, karena memang mereka sudah kenal.

Aku mengajarkan zidan agar mau bersosialisasi dengan anak sebayanya. Awalnya dia agak sedikit malu tapi lama kelamaan terbiasa.

"Ayo zidan main sama temannya, tapi gak boleh nakal ya"!!! Pesan ku padanya. Aku mewanti-wanti takutnya dia nakal sama temannya. Karena selama ini dia sama sekali tidak pernah di ajak bergaul dengan anak seusianya.

AKu cukup memperhatikannya dari jauh. Ternyata dia nurut apa yang aku bilang. Tampak jelas binar bahagia di wajah zidan.

Sebenarnya zidan bukanlah anak yang nakal. dia hanya sedikit aktif. Dan keaktifannya adalah sebagai bentuk protes dirinya yang kurang perhatian dari ke dua orang tuanya.

Saat asik mengawasi Zidan mba Ayu tiba-tiba datang menghampiri ku. Ya dia adalah tetangga ku, yang tempat tinggalnya tidak jauh dari rumah mertua ku. Dia juga sama seperti ku sedang nungguin anaknya yang sekolah Di PAUD.

"Tumben Ning, momong zidan di ajak ke PAUD". Tanya mba ayu lalu duduk di samping ku

" Iya mba, tadi kebetulan Zidan di titipin ke aku. Dari pada di rumah hanya main HP melulu, ya ku ajak aja dia main ke sini. Biar belajar bersosialisasi. Lagian kasian juga sama matanya mba, kalo lihat HP terus ". Ucap ku sambil terus mengawasi Zidan.

Bel berbunyi tanda anak-anak akan masuk kelas. Anak-anak mulai mengemasi mainan yang mereka gunakan untuk bermain tadi. mereka belajar menyusunnya di lemari yang ada di ruang itu. setelah selesai mereka mulai bernyanyi di dampingi bu guru. Ku pikir Zidan tidak mau mengikuti kegiatan bernyanyi. tapi ternyata dia justru antusias sekali bernyanyi bersama teman-teman barunya.

Sambil nunggu zidan aku lanjut ngobrol sama mba Ayu. Kami ngobrol panjang kali lebar kali tinggi. Kayak rumus persegi panjang. Sampai pada titik mba Ayu membahas tentang suami ku.

"Ning Bayu sekarang lagi di rumah ya? kok kayak kemarin, dia lewat depan rumahku".

" Iya mba 2 hari yang lalu dia pulang". Aku membenarkan omongan mba Ayu.

"Terus kapan dia berangkat lagi"?

" Belum tau sih mba? Aku juga gak pernah tanya. Soalnya aku takut, nanti di kira aku gak seneng dia pulang".

"Iya juga sih". Kata mba Ayu sambil ngangguk-ngangguk.

"Kamu kenapa sih apa-apa kok selalu takut sama dia. Emangnya selama ini kalian gak pernah ngobrol santai berdua ya? guyonan gitu maksudnya". tanya mba Ayu lagi yang sedikit heran dengan sikap ku.

" Jarang sih mba. Apa lagi 4 bulan belakang ini. Setiap pulang mas Bayu jarang di rumah. gak tau nongkrong di mana aja dia"? Mulai dalam mode curhat.

"Emang kalo pergi gak pernah pamit apa? Mertuamu juga apa gak pernah tanya keberadaan anaknya"? Mba Ayu memberondong ku dengan beberapa pertanyaan, kayak detektif aja.

" Gak pernah kayaknya mba, mungkin saking percayanya mertua ku sama mas Bayu".

"Sebenarnya aku ingin ngasi tau kamu Ning, tapi kamu jangan kaget dan gak boleh marah ya".

" Emang ada apa mba". Ujar ku sedikit penasaran. Tiba-tiba saja perasaan jadi gak enak.

"Kayaknya Bayu ada main sama janda sundal, yang rumahnya di pertigaan wetan lah, tapi ini baru perkiraan ku saja. Tapi semoga aja gak".

Deg....

Hatiku langsung menclos mendengar cerita mba Ayu. " Apa jangan-jangan perempuan yang sering WA nan sama mas Bayu itu. Aku membatin.

"Ning... Ning". Panggil mba Ayu, menyadarkan ku dari lamunan.

" Iya mba". Jawab ku sedetik kemudian aku berusaha untuk bersikap bai-baik saja.

"tapi ini baru praduga ku saja lho Ning. soalnya kemarin siang aku lihat Bayu keluar dari rumah susi". ya susi adalah nama selingkuhan Bayu. "Pake acara mengendap-endap lagi. kayak maling yang takut ketahuan gitu lho". Lanjut mba Ayu.

"Aku kasi saran ya. Nanti coba aja kamu, pura-pura lewat depan rumahnya Susi. Kamu lihat ada gak motor suamimu di situ"?

Aku mengangguk tanpa menjawab.

Tak terasa berakhir sudah anak-anak belajar. Saatnya pulang. Kali ini aku akan coba ngikutin saran mba Ayu.

Aku rubah arah jalan pulang sedikit memutar. tidak seperti tadi, yang melewati jalan pintas. Aku mengendarai motor dengan kecepatan sedang. Jalanan juga tidak begitu ramai. Namanya juga jalanan Desa paling yang lewat hanya 1-2 mobil atau motor.

Tak terasa aku sudah sampai di depan rumah susi. suasananya terlihat sepi sekali. "Kayaknya kok sepi, seperti tidak ada orang. Apa mungkin orangya pergi ya". aku bergumam sendiri. Tak sengaja mata ku tertuju pada tumpukan sandal. Ternyata di situ ada salah satu sandal mas Bayu. Aku hapal betul dengan bentuk sandal yang biasa dia gunakan.

"Ternyata kamu di sini to mas, pantesan aja sudah beberapa bulan ini setiap kamu pulang aku tak pernah lagi kau sentuh. Jadi ini jawabannya". Gumamku lirih.

" Tante ngpain kita disini? Kok gak jalan-jalan sih". Tanya Zidan cemberut karena motornya berhenti.

"Iya Dan ini motornya tiba-tiba mati". Jawab ku sekenanya.

" Ya udah coba tante hidupin lagi siapa tau mau hidup". Kata zidan yang sok tau.

Aku pura-pura coba starter motornya dan ternyata hidup, Zidan pun tertawa senang.

Ku jalankan motor ku pulang ke rumah.

"Aku tunggu kamu di rumah mas". Ucapku dalam hati.

Setibanya di rumah ternyata mertua ku belum juga pulang.

" Syukurlah ibu belum pulang, jadi gak ada yang ngomelin aku habis keluyuran". Aku bernafas lega. sambil mengelus dada.

Ku ajak zidan masuk ke rumah.

"Assalamu'alaikum". Ucap Zidan sambil berlari. Masuk kedalam.

" Mbah, mbah kung". Panggil zidan berteriak dengan suara cemprengnya.

"Iya, ini mbah lagi nonton TV". Jawab bapak ternyata sedang baring di ruang TV. sambil nonton.

Dengan wajah cerianya dia menghampiri bapak. Dan menceritakan tentang pengalamannya di sekolah, dengan bahasa anak kecil.

" Mbah tadi aku sekolah lho!!!. Di Sana aku punya banyak teman. aku juga di ajarin nyanyi dan mewarnai sama bu Guru". Cerita zidan dengan penuh semangat.

"iya ada apa, le... Emang kamu bisa". Ledek mbahnya sambil dudukin Zidan di atas pangkuannya.

" Bisa dong mbah. Kecil ".. Sambil menjentikkan jari.

" Masak sih". Dengan gemesnya, bapak pun menciumi pipi zidan bertubi-tubi. sehingga membuat sang empunya teriak kegelian.

"Tadi di sekolah juga banyak mainan mbah, aku mainnya bareng temanku. Aku juga gak nakal". Curhat Zidan. Menceritakan tentang teman-temannya.

Setelah lelah bercerita Zidan pun minta susu. " Te, aku pengen mimik susu". Katanya dengan nada manja.

"Iya sebentar ya".. Jawabku sambil menyelesaikan kerjaan ku.

Disaat zidan bercerita tentang pengalamannya di sekolah. Aku pun melanjutkan pekerjaan ku tadi yang sempat tertunda. Mumpung Zidan di momongan bapak.

selesai nyapu aku langsung bikinin susu buat Zidan. karena dia sudah meringik dari tadi. minta susu, ternyata dia sudah ngantuk.

"Ndok Bayu kemana"? Dari bangun tidur kok gak keliatan. Bapak capek-capek cari rumput bukannya bantu malah keluyuran saja". Kata bapak yang sedikit kesal.

" Gak tau pak. Tadi pagi keluar gak pamit". Jawab ku apa adanya.

Selesai beberes ku lirik Zidan, ternyata dia sudah terlelap. "Pantesan gak ke dengaran suara celotehannya lagi". Gumam ku.

Aku pun masuk kamar, ku biarkan Zidan tidur diruang TV sama mbahnya. Ku pasangkan obat nyamuk takutnya banyak nyamuk. Maklum sudah musim hujan.

" Istirahat dulu ah, mumpung nek lampir belum pulang. Kalo udah pulang pasti aku gak boleh istirahat".

Terpopuler

Comments

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

udah tau suami selingkuh..main tangan..mertua kayak m'lampir masih aja sabar...hedeh...

2024-04-07

0

Ari Yulianti

Ari Yulianti

harusnya...mumpung Mak lampir gak ada Ning lapor aja sama BPK mertua ...seru deh... sorry thor

2024-03-31

0

Nendah Wenda

Nendah Wenda

ngapain kamu bohong Ning sebaiknya kamu jujur sama bapak nya Bayu biar di beri pelajaran

2024-03-20

2

lihat semua
Episodes
1 Bab I. Serangan Fajar (tahap revisi)
2 Bab 2. Kepulangan Suami
3 Bab 3. Ketahuan Selingkuh
4 Bab 4. Pertengkaran Hebat
5 Bab 5 Dianggap Benalu
6 Bab 6. Ibu Minta Uang
7 Bab 7. Fakta Baru
8 Bab 8. Wejangan Dari Bapak
9 Bab 9. Gara-gara Jemuran
10 Bab 10. Nasi Jagung
11 Bab 11. Saatnya USG
12 Bab 12. Pergi ke pasar
13 Bab 13. Perkenalan Karakter
14 Bab 14. Pelakor Main ke tempat mertua
15 Bab 15. Terkuaknya Fakta Baru (revisi)
16 Bab 16.
17 Ban 17. Gibah di Warung(tahap revisi)
18 Bab 18. mempermalukan diri sendiri
19 Bab 19. kecurigaan ku semakin kuat (tahap revisi)
20 Bab 20. Di grebek warga.
21 Bab 21.
22 Bab 22. Sidang di Balai Desa
23 Bab 23. Meminta Pertanggungjawaban
24 Bab 24. Permintaan Bapak
25 Bab 25. (masih tahap revisi)
26 Bab 26.
27 Bab 27.
28 Bab 28.
29 Bab 29.
30 Bab 30.
31 Bab 31.
32 Bab 32.
33 Bab 33. (prov Author)
34 Bab 34.
35 Bab 35.
36 Bab 36.
37 Bab 37. Keluar Dari Rumah Sakit
38 Bab 38.
39 Bab 39. Rencana Pindah Rumah
40 Bab 40. Persiapan Pindah Rumah
41 Bab 41.
42 Bab 42. Memulai Lembaran Baru
43 Bab 43. Menyambut Tahun Baru Di kontrakan.
44 Bab 44. Keputusan Terakhir ku
45 Bab 45.
46 Bab 46. Berangkat Ke Surabaya.
47 Bab 47. Mencari tempat tinggal baru
48 Bab 48. Suasana Semakin kacau
49 Bab 49. Ningtyas kecelakaan. Prov Author
50 Bab 50.
51 Bab 51. Dapat Tawaran Kerja
52 Bab 52.
53 Bab 53.
54 Bab 54. Mulai Masuk Kerja
55 Bab 55. Hari Pertama Bekerja
56 Bab 56.
57 Bab 57. Bertemu lagi
58 Bab 58. Bayi Mungil Yang Bikin Kangen
59 Bab 59. Penawaran Untuk Menjadi Ibu Susu
60 Bab 60.
61 Bab 61.
62 Bab 62.
63 Bab 63. Gara-gara menu Sarapan
64 Bab 64.
65 65.
66 Bab 66
67 Bab 67. Bertemu Dengan Baby Faris.
68 Bab 68.
69 Bab 69.
70 Bab 70. Faris Pulang Dari Rumah Sakit
71 Bab 71.
72 Bab 72.
73 Bab 73.
74 Bab 74.
75 Bab 75.
76 Bab 76.
77 Bab 77.
78 Bab 78.
79 Bab 79.
80 Bab 80.
81 Bab 81.
82 Bab 82.
83 Bab 83.
84 Bab 84.
85 Bab 85.
86 Bab 86.
87 Bab 87.
88 Bab 88.
89 Bab 89.
90 Bab 90.
91 Bab 91
92 Bab 92.
93 Bab 93.
94 Bab 94.
95 Bab 95.
96 bab 96.
97 Bab 97.
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Bab I. Serangan Fajar (tahap revisi)
2
Bab 2. Kepulangan Suami
3
Bab 3. Ketahuan Selingkuh
4
Bab 4. Pertengkaran Hebat
5
Bab 5 Dianggap Benalu
6
Bab 6. Ibu Minta Uang
7
Bab 7. Fakta Baru
8
Bab 8. Wejangan Dari Bapak
9
Bab 9. Gara-gara Jemuran
10
Bab 10. Nasi Jagung
11
Bab 11. Saatnya USG
12
Bab 12. Pergi ke pasar
13
Bab 13. Perkenalan Karakter
14
Bab 14. Pelakor Main ke tempat mertua
15
Bab 15. Terkuaknya Fakta Baru (revisi)
16
Bab 16.
17
Ban 17. Gibah di Warung(tahap revisi)
18
Bab 18. mempermalukan diri sendiri
19
Bab 19. kecurigaan ku semakin kuat (tahap revisi)
20
Bab 20. Di grebek warga.
21
Bab 21.
22
Bab 22. Sidang di Balai Desa
23
Bab 23. Meminta Pertanggungjawaban
24
Bab 24. Permintaan Bapak
25
Bab 25. (masih tahap revisi)
26
Bab 26.
27
Bab 27.
28
Bab 28.
29
Bab 29.
30
Bab 30.
31
Bab 31.
32
Bab 32.
33
Bab 33. (prov Author)
34
Bab 34.
35
Bab 35.
36
Bab 36.
37
Bab 37. Keluar Dari Rumah Sakit
38
Bab 38.
39
Bab 39. Rencana Pindah Rumah
40
Bab 40. Persiapan Pindah Rumah
41
Bab 41.
42
Bab 42. Memulai Lembaran Baru
43
Bab 43. Menyambut Tahun Baru Di kontrakan.
44
Bab 44. Keputusan Terakhir ku
45
Bab 45.
46
Bab 46. Berangkat Ke Surabaya.
47
Bab 47. Mencari tempat tinggal baru
48
Bab 48. Suasana Semakin kacau
49
Bab 49. Ningtyas kecelakaan. Prov Author
50
Bab 50.
51
Bab 51. Dapat Tawaran Kerja
52
Bab 52.
53
Bab 53.
54
Bab 54. Mulai Masuk Kerja
55
Bab 55. Hari Pertama Bekerja
56
Bab 56.
57
Bab 57. Bertemu lagi
58
Bab 58. Bayi Mungil Yang Bikin Kangen
59
Bab 59. Penawaran Untuk Menjadi Ibu Susu
60
Bab 60.
61
Bab 61.
62
Bab 62.
63
Bab 63. Gara-gara menu Sarapan
64
Bab 64.
65
65.
66
Bab 66
67
Bab 67. Bertemu Dengan Baby Faris.
68
Bab 68.
69
Bab 69.
70
Bab 70. Faris Pulang Dari Rumah Sakit
71
Bab 71.
72
Bab 72.
73
Bab 73.
74
Bab 74.
75
Bab 75.
76
Bab 76.
77
Bab 77.
78
Bab 78.
79
Bab 79.
80
Bab 80.
81
Bab 81.
82
Bab 82.
83
Bab 83.
84
Bab 84.
85
Bab 85.
86
Bab 86.
87
Bab 87.
88
Bab 88.
89
Bab 89.
90
Bab 90.
91
Bab 91
92
Bab 92.
93
Bab 93.
94
Bab 94.
95
Bab 95.
96
bab 96.
97
Bab 97.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!