Bab 4. Pertengkaran Hebat

Setelah tadi ngambil sayur dari dalam kulkas. Ku siangi sayuran agar nanti tinggal masak setelah sholat subuh. Sayuran sudah ku siang semua, azan subuh pun berkumandang. Lekas ku ambil wudhu untuk menjalankan ibadah sholat subuh.

Selesai sholat ku lipat mukena dan ku simpan di tempat biasa. Ku bangunkan mas Bayu dengan sedikit menyentuh lengan mas Bayu mengingatkannya untuk sholat subuh.

"Mas bangun sudah subuh", kata ku lirih.

" Hmmmm, sebentar lagi". Jawabannya

3 x aku membangunkannya tapi tetap tidak bangun. akhirnya ku pilih untuk meninggalkannya di kamar. Bodo amat dia mau sholat apa gak yang penting aku sudah berusaha bangunin.

Aku menuju ke dapur untuk melanjutkan kan masak untuk sarapan. Disaat aku sedang ngulek bumbu, ibu mertua menghampiri ku.

"Bayu sudah bangun". Tanyanya ketus.

Aku sudah terbiasa dengan sikap ketus ibu mertua. Mau benar atau salah yang aku kerjakan, tidak akan merubah sikapnya pada ku.

" Belum bu, tadi sih sudah ku bangunkan tapi jawabannya sebentar lagi katanya ". Jawab ku tanpa mengalihkan pandanganku dari bumbu yang ku uleg.

" kamu itu kapan jadi istri yang becus? ngurus suami aja gak bisa. apa lagi di tambah ngurus anak ,, rugi rasanya aku punya menantu kayak kamu". omelnya sambil berlalu, walaupun sudah menjauh tapi aku masih bisa mendengarkannya.

Sambil terus mengomel mertua ku masuk kedalam untuk membangunkan mas Bayu.

Tak butuh waktu lama masakan ku matang semua, tinggal beli lauk di warung. Ku tata sayuran yang ku masak tadi di atas meja. Ketika sudah tertata.

Aku menuju kamar untuk mengambil hijab ku. ku kenakan jilbab warna nude, sesuai dengan warna gamis yang aku kenakan. karena cuaca di luar cukup dingin ku ambil cardigan untuk menutupi tubuhku. Rencananya aku mau ke warung beli lauk.

Keluar dari pintu ku pandang langit tampak gelap, padahal jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Hembus angin menerpa jilbab dan gamis ku membuatnya bergerak-gerak. Hawa dingin cukup menusuk kulit... Membuat semua para insan malas untuk melakukan aktifitas dan memilih bergumul di bawah selimut.

Ku langkahkan kaki sedikit cepat, takutnya keburu hujan. Apa yang ku cari semuanya sudah ku dapatkan, Lekas ku tinggalkan warung yang masih ramai di datangi ibu-ibu.

Rintik hujan mulai membasahi bumi sedikit demi sedikit. Ku percepat langkah ku karena tadi aku tidak bawa payung. begitu sampai depan pintu, hujan pun langsung turun dengan derasnya. Suasana pagi di sambut dengan hujan deras. Sepertinya alam sedang mewakilkan suasana hati ku yang sedikit gundah.

Harus kah rumah tangga yang sudah tidak sehat ini aku Pertahankan? Di saat hati mas Bayu sudah tak ada lagi untuk ku!!!

*******

Ning... Ningtyas... kopi ku mana"? Teriak mas Bayu yang baru keluar dari kamar. Dengan wajah kusut terlihat seperti baru bangun tidur.

"Iya mas sebentar", sahut ku sambil berjalan menghampiri mas Bayu dengan membawa kopi di tangan ku. Kopi yang ku buat dari tadi sudah hampir dingin karena sang empunya baru bangun tidur.

Ku letakan kopi di atas meja tepat di hadapan mas Bayu. Dan langsung di sambut mas Bayu.

Di sruputnya sedikit lalu di sembur.

Syurrr... Uhuk... Uhuk

" Heh g****k, kenapa kopinya sudah dingin. Kamu sengaja ya mau bikin perut ku kembung". Bentak mas Bayu lalu kopi 1 gelas di siram ke tubuhku. Membuat ku basah kuyup. Mentang-mentang aku belum mandi malah di mandiin pake kopi.

"Maaf mas, aku bikin kopinya sudah dari tadi. Aku pikir habis sholat subuh mas gak tidur lagi". Ucap ku lirih sambil menahan isak tangis. Sakit rasanya hatiku di perlakukan seperti pembantu.

" Ya Sudah sana bikinin lagi". Perintah dengan kasar.

Ku rebus lagi kopi yang baru. Mas Bayu sebenarnya suka bikin kopi, yang bubuk kopinya direbus langsung sampe mendidih. Jadi kalo di minum gak bikin kembung. Dengan Takaran gula dan kopi 1:1. Dia paling tidak suka manis.

"Sebenarnya kopi yang tadi bisa saja aku panasin kembali dari pada di siramkan ke aku. "Dasar suami gak ada akhlak". Aku menggerutu. "Bikin mubazir aja. Gak tau apa kalo gula itu mahal".

Ku suguh kan kembali kopi panas yang dia minta.

" Ini mas kopinya, sambil ku sodorkan di hadapannya ".

" Hmmm". Diambilnya gelas kopi yang ku buat barusan dan langsung di sruput.

Sruuupp, mmmppp syuuuurr. Kembali aku di semprot. Tapi kali ini kena wajah ku.

"Heh kamu ini sebenarnya bisa gak sih bikin kopi, atau kamu sengaja ya mau bikin aku kena diabetes. Biar cepat mati. Iya"!!! Bentaknya dengan wajah memerah.

Aku terkejut dan gemetar, tangis ku seketika itu langsung luruh. Aku menangis tersedu hingga tubuhku bergetar.

" Kamu ini bisanya cuma nangis, nangis dan nangis. Dasar istri gak berguna. Menyusahkan saja. Udah ah mending aku pergi keluar dan cari kesenangan di luar. Punya istri pun gak bisa di harap". Langsung pergi tanpa menghiraukan ku lagi.

Aku mencengkram pinggiran meja untuk melepaskan rasa Amarah ku yang tak bisa ku lampiaskan padanya. Tubuhku semakin gemetar dan kaki ku terasa lemas. Dada terasa sesak seolah pasokan oksigen di sekitar ku hampir habis. Cukup lama aku duduk di depan meja untuk menghilangkan shock atas perlakuan suami ku tadi.

Setelah aku memiliki kekuatan untuk berjalan segera ku bersih kan diri di kamar mandi. Selesai membersihkan diri aku langsung masuk kamar dan berbaring sebentar.

"Ya Allah, apakah ujian yang engkau berikan ini adalah sebagai penggugur dosa hamba. Jika memang iya hamba ikhlas menjalaninya. Punya suami dan mertua yang tak sayang pada ku. Rasanya aku seperti sampah bagi mereka.

Ya Allah, berilah hamba petunjuk. Jika rumah tangga ini baik bagi hamba. Maka lembutkan lah hati mereka. Namun jika sebaliknya perpisahan ini lebih baik bagi hamba maka mudahkan lah jalannya. Hamba lelah dengan ke adaan semua ini ya Allah.

Rasanya aku hampir putus asa menghadapi kelakuan suami dan mertua ku.

Kenapa sih mas sikap mu akhir-akhir ini berubah, selalu saja mencari-cari kesalahan ku. Segitu tak berartinya kah aku di mata kamu? Segitu besarnya kah pengaruh perempuan itu bagi mu.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***