Episode #10
Sementara itu di tempat Arumi berada.
" Beny mana?" tanya mamanya Beny yang baru sadar dari pingsannya.
" Kerumahnya mbak Sania!" jawab Arumi singkat.
" Semua ini gara gara kamu, andaikan saja kau tidak menggoda Beny, pasti hidup Beny tidak akan melarat begini!" maki sang mertua.
" Eh, ma, bukan aku yang datang, tapi mas Beny duluan, kalau aku tahu mas Beny hanyalah benalu istri, Aku juga ogah dengannya, emangnya ada wanita yang mau sama lelaki kere, gak akan ada!"ucap Arumi ketus.
" Tapi nyatan" balas ibu mertua.
" Tetap saja, Beny tinggalin dia demi Aku!"ya, Sania menerima Beny apa adanya! ucap Arumi santai dan percaya diri, hingga menyulut emosi sang mertua.
" Dasar, wanita murahan, kalau kau wanita baik baik kau akan menolak godaan Beny, dengan alasan apapun, tapi kau malah menjadi pelakor, dasar wanita murahan, pelakor!" ucap mamanya Beny seraya mencibir.
" Cukup ya, Aku diam karena aku menghargai jika kau adalah ibunya mas beny, ingat! jika Aku bisa memisahkan mas Beny dengan Sania, Aku juga bisa memisahkan mas Beny dengan mu, kau dengar itu!" teriak Arumi, tepat di depan wajah mertuanya.
" Dasar kau wanita kurang ajar, PLAK!" sebuah tamparan melayang tepat di pipi Arumi, yang membuat wajahnya memerah akibat tamparan tersebut.
" Kau menamparku, hah!" ucap Arumi seraya memegangi pipinya.
Sedangkan mertuanya terkejut, dia baru menyadari apa yang telah di lakukan pada menantu barunya ini.
Arumi menatap tajam ibu mertuanya itu, seolah dia ingin membalas dengan apa yang telah di lakukan oleh ibu mertuanya itu.
Arumi pergi meninggalkan rumah itu dengan perasaan marah dan kesal, dia tidak terima dengan apa yang di lakukan oleh ibu mertuanya tersebut, dia merasa dirinya tak bersalah sama sekali atas apa yang telah menimpa Beny, Dia ingat, saat itu Beny lah yang datang merayunya, dengan iming-iming, membiayai kuliahnya Sampai ingin membelikan rumah mewah, Belum lagi beberapa barang barang mewah lainnya yang selalu Beny berikan padanya. Dengan penampilan Beny yang cukup menjanjikan memiliki wajah yang mapan dan penuh tanggung jawab, serta pemilik perusahaan tempatnya bekerja, itulah sebabnya Arumi langsung menerima Beny sebagai selingkuhannya, seandainya dia tahu semua kemewahan yang Beny tampilkan hanyalah milik sang istri, tentu saja Arumi tidak mau, Tapi mau di bilang apa lagi, nasi sudah menjadi bubur.
Ketika Arumi keluar dari rumah itu, hari sudah senja, banyak para tetangga yang menatapnya dengan sinis.
" Ooh! ini toh, selingkuhannya pak Beny? Idiih! apa pak Beny buta kali yah! ini sih, cuma menang muda doang, tapi semuanya sangat jauh di bandingkan dengan ibu Sania, ibu Sania itu udah cantik, berpendidikan, baik lagi, ini mah apa,? Pak Beny,.. pak Beny! mbok ya kalau cari selingkuhan yang lebih dari Bu Sania, jangan seperti ini, dari wajah saja masih jauh dengan Bu Sania, meski sudah tak muda lagi tetap cantik, jauh lah, di bandingkan dengan ini, apalagi soal materi, uuhh, jauh banget!" celoteh tetangga yang melihat Arumi keluar dari rumah tersebut.
Memang jarak rumah di sana tak terlalu jauh, hanya terhalang jalan kecil dan teras rumah.
Arumi mengepalkan tangannya, kemarahannya semakin menjadi ketika mendengar celotehan ibu ibu di sana, Diapun menghampiri ibu ibu tersebut dan berucap marah.
" Eh, ibu ibu, kalau kalian tidak tahu apa-apa lebih baik diam, jangan pernah ikut campur urusan orang lain, mending ibu ibu jaga baik baik Suami ibu ibu, jangan sampai di ambil sama pelakor di luaran sana," ucap Arumi kesal.
" Emang ya, pelakor itu gak punya malu, kayak gini nih, bangga banget jadi pelakor!" ucap salah satu ibu.
" Loh, djeng bagaimana sih,..emang kan salah satu kepintaran pelakor ya, mutusin urat malunya, Di mana sih ada pelakor yang punya malu, gak ada djeng!" timpal temannya si ibu.
" Ha ha ha ha!" Mereka tertawa kompak.
" Bagaimana, sekarang setelah tahu kalau Beny ternyata kere, gak punya apa apa, semua harta dan barang yang dia pakai itu milik istrinya, kalau bukan karena Sania istrinya, mana mungkin keluarga pak Beny punya rumah gedong dan hidup enak, lihat saja nanti setelah mereka bercerai, apa istri barunya itu sanggup memberikan seperti yang ibu Sania beri?" cibir ibu satunya.
Tentu saja Arumi sangat terluka hatinya, karena dia merasa tertipu selama ini.
" Kenapa kau diam, menyesal ya, setelah tahu siapa itu pak Beny, Dasar pelakor Bodoh, tau rasa sekarang kau, hidup melarat!" timpal yang lain.
" Aku berharap pelakor itu musnah dari muka bumi ini, biar gak ada anak anak yang di terlantarkan bapaknya yang membela pelakor daripada istri sendiri, macam ini nih, ibu ibu!" teriak seorang ibu seraya menunjuk ke arah Arumi.
Dengan kesal Arumi menjawab tanpa tahu malu, " Eh, kalau bukan karena suaminya mana mau kami mendekatinya, jangan hanya menyalahkan wanitanya saja, lebih baik jaga tuh para suami kalian, jangan sampai di rebut pelakor,"
" Ya, pelakor seperti kamu, yang tertipu,"
" Ha ha ha ha!"
"Sudahlah ibu ibu, anggap saja mereka itu ikan asin, kucing mana coba yang gak tergoda sama ikan asin, ha ha!
" Ha ha ha ha!"
" Cuiih! memang kamunya saja yang murahan, sudah tahu pak Beny beristri, masih saja nyosor, hanya karena iming-iming yang gak jelas, lain halnya kalau kamu gak tau siapa itu pak Beny, lah, ini, kamu sendiri adalah guru les putrinya, yang jelas jelas di bayar sama istrinya, Dasar murahan!"
" Siapa yang murahan, Hah?"
Beny yang baru tiba, melihat Arumi yang sedang bertengkar dengan ibu ibu langsung memarkirkan sepeda motornya di pinggir jalan.
" Arumi, apa yang sedang kamu lakukan, Sudah, cukup!" teriak Beny.
" Tidak mas, mereka yang keterlaluan, mereka menilai ku sebagai wanita rendahan dan murahan, hanya karena jadi istri keduamu, bahkan ibumu menamparku mas, Aku menikah denganmu bukan untuk di hina dan di rendahkan, Aku juga tidak ingin hidup menderita, tapi apa yang Aku dapatkan, hanya hinaan dan cacian!" ucap Arumi tanpa sadar diri,dengan nafas terengah-engah.
" Arumi, sudah kita pergi dari sini, jangan dengarkan apa kata mereka," Beny berusaha menenangkan.
" Beny,.. Beny! Istri sudah cantik, kaya, baik kok ya, di selingkuhi,.. mbok ya kamu gak berpikir waras toh, untung saja mbak Sania segera tahu, kalau tidak, kalian pasti semakin menjadi jadi, bagaimana nasib keluargamu nanti setelah tidak bersama Mbak Sania?" ucap bu RT seraya menggeleng gelengkan kepalanya.
Beny mengerti, semua warga di sini banyak yang menyukai Sania, karena memang Sania selalu baik dan ramah dengan semua orang. belum lagi Sania yang sering memberi,. membuat warga di sini amat sangat menyukainya.
" Pergilah, jangan sampai kami emosi karena melihat kalian di sini!" imbuh bu RT.
" Kalian gak berhak mengusir kami, mas beny adalah warga di sini!" protes Menatap tajam bu RT.
" Ha ha ha! jangan mimpi kau pelakor! Tanah dan rumah ini milik Bu Sania, dan kau sudah mendengar sendiri, jika bu Sania akan menjual rumah ini, otomatis kalian juga akan di tendang dari sini, tuhan itu tidak tidur, maka dari itu, tuhan memberikan hukuman pada kalian seperti ini, terutama kau, Beny, sebaiknya kau ingat darimana kau berasal sebelum bertemu dengan mbak Sania!" ucap bu RT panjang lebar.
" Oh my God, kenapa mulut ibu ibu di sini pedasnya melebih bon cabe level lima puluh sih, kalau begini, Arumi bisa tersulut emosi!" batin Beny.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Endang Werdiningsih
seneng'a kalo pakor diserang begini dan bagus'a ga hanya pelakor'a yg diserang,si pria jg diserang
2023-12-19
0
Uthie
sukurin 😝😝😝😝🤣
2023-12-04
0
Zahbid Inonk
mampus udah jdi gembel dpt cacian dan makian tetangga
2023-10-25
0