Episode #13
Dirga menatap langkah Sania, lalu kembali menatap Beny tajam.
" Kau akan menyesal, melepaskan Ratu demi seorang Babu, bro, seharusnya sebelum melakukan hal itu, kau berpikir ulang, ada anak dan istri serta harta yang harus kau lepaskan demi nafsumu itu!"ucap Dirga, dengan senyum mengejek pada Beny.
" Lalu, apakah kau akan maju dan menggantikan aku, tidak semudah itu wahai fulgoso! Sania mencintaiku, dia cinta mati denganku, Aku yang menginginkan perceraian itu, karena aku yakin, Sania akan datang dan mengemis cinta lagi padaku, karena memang itulah yang terjadi sejak dulu Sania selalu mengemis cinta padaku," ucap Beny bangga.
Karena Sania kabur dari rumah orang tuanya dan memilih dia, jadi Beny yakin jika Sania akan datang dan mengemis cinta lagi padanya.
" Kau sangat percaya diri sekali, itu karena dahulu Sania sangatlah polos dan tulus, tapi berbeda sekarang, semoga kau berbahagia dengan pilihanmu sekarang!" ucap Dirga seraya tersenyum.
" Aku pasti akan berbahagia dengan siapapun!" balas Beny dengan penuh kepercayaan diri.
" Karena kau tidak punya cinta, Kau mengatakan jika kau bahagia,..tapi Aku melihat ada kegelisahan, kesedihan dan kehilangan di wajahmu tuan Beny, jadi berhentilah mengganggu Sania!" Dirga mengatakan dengan sedikit berbisik.
Beny tersulut emosi, lalu dia membalas dengan mengatakan," Kau hanyalah gembel, tak pantas berbicara denganku!"
" Tidak mengapa Aku miskin, tapi tidak mengemis pada istri untuk di berikan sodakoh dari sang istri!" ucap Dirga seraya membalikkan badannya hendak melangkahkan kaki, meninggalkan Beny.
"Maksudmu apa, hah! siapa yang mengemis, Aku hanya memiinta hak ku, masih bagus aku tidak menuntut harta gono-gini!" ucap Beny dengan emosi, Namun Dirga sudah mengabaikannya dia sudah jauh dari tempat Beny berdiri.
" Sial!" rutuk beny pada diri sendiri.
Dalam hati dia berucap pada dirinya," Beny, kau marah melihat Sania bersama dengan pria lain, bagaimana dengan Sania, yang jelas jelas kau khianati, pantas bila Sania minta cerai darimu!"
Setelah lama berpikir, dari pada mempermalukan diri sendiri, akhirnya dia memutuskan untuk menunggu Sania di tempat parkir.
" Seharusnya aku bisa mengontrol emosi, kalau begini, bagaimana bisa aku meminta uang itu pada Sania," monolognya pada diri sendiri.
***
Sementara itu, Arumi sedang menerima telepon dari kedua orang tuanya.
" Assalamu'alaikum, Mak!" ucap salam Arumi pada sosok yang dia panggil emak.
" Waallaikum salam, Arumi, kamu baik baik saja kan, Nduk, bagaimana dengan kuliahmu, apakah lancar?" tanya suara di seberang telepon.
Mata Arumi berkaca-kaca, dia tidak tahu harus berkata apa pada sosok yang sudah bersusah payah membiayai kuliahnya tersebut.
" Kabar emak dan bapak bagaimana di sana, apakah sehat?" tanya Arumi mengalihkan pertanyaan sang emak.
" Alhamdulillah, nduk, emak dan bapak sehat, hanya kami sedikit cemas, karena sudah beberapa hari ini kau tidak menghubungi kami, emak dan bapak hanya takut jika kau sakit, Nduk!" jawab emak yang mengkhawatirkan anaknya.
" Emak dan bapak tidak perlu mencemaskan Arumi di sini, Arumi bisa jaga kesehatan Arumi di sini, yang perlu di jaga kesehatan nya itu emak dan bapak di sana, jangan terlalu capek," ucap Arumi penuh perhatian.
" Kau anak yang baik, ndo, emak yakin kalau kau akan menjadi orang sukses, baik di dunia maupun di akhirat, Nduk!" doa seorang ibu terhadap anaknya, tanpa tahu apa yang sudah di lakukan anak yang selama ini dia harapkan menjadi orang sukses.
Arumi terdiam mendengar doa itu, doa yang telah di hancurkan oleh perbuatannya, seandainya saja saat itu dia tidak merespon, pasti semua ini tak akan terjadi.
" Arumi, kau baik baik saja kan sayang?" tanya emak setelah sepersekian detik tak mendengar suara putri kebanggaannya.
" Arumi baik baik saja Mak, oh ya, dimana bapak?"tanya Arumi mengalihkan pembicaraan.
" Ini, ada di samping emak, dia hanya mendengarkan saja sejak tadi, apa kau ingin bicara dengan bapakmu?" tanya emak.
" Gak usah Mak, nanti Arumi telepon balik, ya, gak enak ada pak guru di sini!" ucap Arumi memberikan alasan.
" Baiklah kalau begitu, Belajar yang rajin ya, Nduk, agar apa yang kau dan kami impikan bisa terwujud, kau anak kebanggaan kami, assalamu'alaikum!" ucap emak mengakhiri pembicaraan.
" Waallaikum salam, msk!" balas Arumi seraya meneteskan air mata.
Setelah panggilan terputus, Arumi menunduk, dia mengingat, bagaimana dia dan Beny bisa menjalin hubungan hingga sejauh ini.
" Maafkan Arumi, Mak, bapak, Arumi menyesal, karena sudah menjadi anak yang tidak berbakti pada kalian, kalian pasti sangat kecewa jika saja tahu kenyataannya, doakan saja semoga mas Beny, tipe pria yang setia!"" Arumi bermonolog sendiri, Dia tak pernah berpikir, jika kenyataannya Beny telah meninggalkan keluarganya, apa itu yang di namakan setia?"
Kemudian dia menyentuh perut yang sudah tidak rata lagi, dia harus bertahan dengan semua ini, semua sudah terlanjur terjadi, jadi mau tidak mau dia harus mempertahankannya agar Beny tidak meninggalkannya.
" Aku harus menyembunyikan ini dari kedua orang tuaku, semua ini jangan sampai bocor ke mereka, entah apa yang akan terjadi jika mereka tahu!" gumam Arumi seraya mengusap air matanya.
Lalu dia berdiri dari duduknya, dia merasa sangat lelah, mungkin ini pembawaan dari si jabang bayi, hingga tubuhnya cepat merasa lelah.
Sambil mengelus perutnya, Arumi berkata," Kenapa kau hadir secepat ini, mama tidak punya apapun yang bisa mama berikan untukmu, dan saat ini kau sangat lemah di dalam sana, yang kuat ya, sayang, untuk saat ini papa belum ada uang, mungkin nanti, kita akan merasakan kebahagiaan hidup bersama papa tanpa kesusahan, papamu sedang berusaha, berdoalah semoga usahanya kali ini tidak sia sia!" seraya melangkahkan kakinya ke kamar untuk beristirahat, dengan harapan, ketika bangun tidur ada kabar baik dari Beny, suaminya.
****
Setiap manusia memiliki masalahnya masing-masing, dalam kehidupan ini, saat kenyataan tidak sesuai dengan apa yang di harapkan, terkadang membuat seseorang kehilangan semangat dalam menjalani aktifitas sehari hari, setiap orang membutuhkan motivasi dalam melangkah menuju kebahagiaan hidupnya.
Sementara di sisi lain, Sania sedang bersama putrinya.
" Kau sangat menyukai Sania?" tanya Sania kepada putrinya.
" Suka, ma, Aku merasa seperti punya seorang adik jika bersamanya!" ucap Keyla dengan mata yang berbinar.
" Sepertinya, Mama kenal dengan papanya Sania?" tanya Keyla.
" Dia teman lama mama, begitupun dengan mamanya Sania, tapi sudah lama mama kehilangan kontak dengan mereka!"jawab Sania menjelaskan kepada putrinya.
Keyla mengangguk tanda mengerti dengan apa yang mamanya katakan.
" Aku lihat, seperti ada papa di sini tadi ma?" tanya Keyla dengan hati berbunga-bunga.
" Iya sayang, papa ada di luar!" jawab Sania, karena dia tidak ingin mengecewakan putrinya dengan perkataan bohong.
" Kau ingin bicara dengan papa, pergilah!" ucapnya memberi ijin, seraya tersenyum pada putrinya.
" Pergilah, temui papamu, mama akan masuk kedalam ruangan!" sekali lagi Sania mengijinkan, dia melihat putrinya seperti sangat bahagia ingin bertemu dengan papanya.
" Memangnya mama mengijinkan Keyla bertemu dengan papa?" tanyanya, memastikan, karena takut mamanya marah.
" Sayangnya mama, Mau kapanpun Keyla bertemu dengan papa, Mama akan selalu mengijinkan, sayang, karena mama juga tahu, jika Keyla sangat membutuhkan sosok seorang papa!" ucap Sania seraya mengelus puncak kepala putrinya dengan penuh kasih sayang.
Keyla memeluk mamanya," Keyla makin sayang sama Mama!" ucapnya, Sania pun membalas pelukan putrinya dengan erat.
Keyla melepaskan pelukannya, dengan wajah sumringah anak itu berlari kecil menghampiri papanya, sementara Sania masuk kedalam ruang kelas Keyla.
" Papa!" teriak Keyla.
Beny mendengar suara anaknya yang memanggil dirinya, dia menoleh dan tersenyum kala Keyla memeluk dirinya.
" Kau tidak marah dengan papa lagi kan, nak?" tanya Beny.
" Keyla masih marah sama papa, karena papa lebih memilih Tante itu daripada mama dan Keyla, tapi mama selalu bilang sama Keyla, semarah apapun Keyla sama papa, papa tetaplah papanya Keyla!" jawabnya polos.
Beny merasa terharu, dengan apa yang di ajarkan Sania pada anaknya itu, dia langsung memeluk putrinya dengan erat, rasa rindu terhadap putrinya tak dapat dia bohongi, Dia sedih, saat merasakan tubuh putrinya semakin terasa kurus, semakin erat dia memeluk sang Putri.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Uthie
Demi nafsu, jadi menghancurkan segalanya... termasuk perasaan seorang anak...
2023-12-04
0