The Savior of Akashic : Chapter 3 - Hayashibara

(Third's Person POV)

Para polisi yang ada di sana masih keheranan dengan wanita yang mengalahkan Yōkai raksasa itu.

"Bagaimana bisa.....?"

"Siapa sebenarnya wanita itu....?"

Satu per satu mereka bereaksi terhadap apa yang mereka lihat sebelumnya. Mereka belum pernah melihat sihir di level itu, dimana wanita berambut perak itu menciptakan sebuah medan dengan pemandangan taman luas dan perairan kosmik, yang tampaknya tidak biasa.

Disaat yang sama, Maeno hendak menghampiri wanita itu. Tapi sebelum Ia dapat bertanya, bala bantuan dari Tim Investigasi E-01 mendatanginya.

"Inspektur Yukimiya!"

Salah satunya memanggilnya sambil berlari mendekatinya. Maeno langsung berbalik menghadapnya.

"Ah, kau datang juga Inspektor Hasegawa."

Inspektor Hasegawa pun langsung menanyainya.

"Dimana Yōkai-Yōkai itu? Dan Bagaimana situasinya sekarang?"

Maeno pun mulai memberitahu-nya dengan ekspresi yang sedih dan murung.

"Banyak korban berjatuhan karena serangan itu, Inspektur Hasegawa. Tim investigasi kami juga banyak yang berguguran....."

Inspektur itu pun menjadi kesal dikarenakan keterlambatannya memberikan bantuan.

"Sial! Kenapa harus begini!?"

Mukanya menjadi murung dan penuh dengan rasa kesal. Maeno hanya bisa menunjukkan rasa duka terhadap rekan-rekannya yang berguguran.

"Lalu bagaimana dengan Yōkai itu sekarang? Apakah Ia kabur?"

Inspektur Hasegawa menanyai tentang Yōkai yang menyerang Maeno dan rekan-rekannya tadi.

"Ah, Yōkai itu sudah dikalahkan."

Maeno menanggapinya dan kembali menenangkan dirinya agar tidak terlalu terbawa dalam kesedihan.

"Oleh siapa?"

Inspektur Hasegawa menanyainya lagi.

"Seorang wanita yang menggunakan pedang katana dengan rambut perak."

Mendengar pernyataan dari Maeno, Inspektur itu bereaksi kebingungan atas perkataannya.

"Apa maksudmu?"

Setelah itu Maeno ingin menunjukkan wanita itu.

"Dia tadi berdiri disini....."

Saat Ia mau memanggil wanita berambut perak, Ia sudah tidak ada lagi di sekitar sini.

"Eh....? Kemana perginya?"

Maeno terkejut ketika mendapati keberadaan wanita berambut perak yang menghilang itu. Ia tidak dapat menemukannya ketika melihat ke sekitarnya.

Polisi dari Tim Investigasi-nya Maeno pun kebingungan dengan menghilangnya wanita yang telah mengalahkan Yōkai itu. Mereka pada akhirnya memutuskan untuk membuat laporan, beserta mengurus korban jiwa yang berjatuhan.

 

[Ruang Penyelidikan Kantor Polisi, Tokyo, 03:41 P.M]

....

"Jadi begitu ya?"

Kata Inspektur Hasegawa setelah Maeno memberitahu tentang rincian kejadian itu bersama dengan tim investigasi-nya di lokasi kejadian itu.

"Iya, dan fenomena itu benar-benar diluar nalar kami yang menyaksikannya."

Tutur Maeno didalam ruangan penyelidikan itu dengan wajahnya yang serius. Inspektur Hasegawa masih sedikit kebingungan menerima informasi itu dari Maeno.

"Jujur saja aku masih tidak menyangka dan ingin tidak mempercayainya. Tetapi seluruh tim investigasi mu yang menjadi sanksi mata-nya, jadi aku sulit membantahnya."

Maeno tahu dan sudah menduga bahwa Inspektur Hasegawa akan mengatakannya.

"Aku sudah menduga kau akan berpikir demikian, Inspektur Hasegawa."

Inspektur Hasegawa hanya mengerutkan dahi-nya sedikit dan melanjutkan penyelidikan informasi itu bersama Maeno.

"Jadi pistol sihir yang diberikan oleh Wizard dari Astraea Conviction tidak mempan melawan Yōkai-Yōkai yang mengamuk itu?"

"Bagaimana hal ini bisa terjadi?"

Inspektur Hasegawa memegang kening-nya, masih kebingungan.

"Asal kau tau saja Inspektur Yukimiya, pistol sihir itu telah terbukti dapat digunakan mengalahkan Yōkai dan makhluk roh lainnya dari uji coba terakhir yang dilakukan sebelumnya. Bahkan pistol sihir itu sudah dirancang khusus untuk kita para manusia biasa agar bisa mengantisipasi serangan supernatural."

Maeno menyahut-nya masih serius.

"Aku tau itu Inspektur Hasegawa."

Kemudian Inspektur Hasegawa itu tak punya pilihan lain, selain mempercayai Maeno untuk saat ini.

"Aku berharap semua informasi yang kau berikan ini bukanlah karangan atau kebohongan."

Maeno menghembuskan nafas-nya dan mencoba untuk tetap tenang menyampaikan semua informasi dan bukti yang Ia saksikan sendiri.

"Aku sama sekali tidak berbohong, Inspektur Hasegawa. Bahkan rekan tim investigasi ku yang lain sudah menembakkannya berkali-kali hingga terluka. Dan Yōkai itu tiba-tiba pulih kembali."

"Terserah kau saja, Inspektur Yukimiya. Aku tahu kalau kau selalu konsisten dengan pekerjaanmu. Hanya saja aku masih kesulitan mempercayai ini apabila tidak ada bukti konkret yang mendukungnya."

Maeno berusaha untuk memperkuat argumen dari bukti informasi yang Ia saksikan sendiri, tetapi tak dapat dipungkiri bahwa sulit meyakinkan bukti tersebut tanpa merekam kejadian itu secara keseluruhan.

Tetapi setidaknya, Inspektur Hasegawa memakluminya dan masih menoleransi-nya.

"Kita tidak bisa membuat laporan dengan informasi yang mentah-mentah seperti itu. Aku yakin atasan kita akan langsung menegur kita dan menganggap itu hanyalah karangan kalian sendiri. Sekalipun hal-hal gaib seperti itu sudah bukan hal aneh lagi."

Inspektur Hasegawa menyatakannya.

"Aku mengerti hal itu Inspektur Hasegawa."

Maeno hanya bisa menyetujui perkataannya dan tidak berargumen lebih lanjut.

"Jadi salah satu dugaan dari sosok yang mengalahkan Yōkai itu adalah wanita berambut perak yang juga kau berpikir untuk menyelidikinya lebih lanjut, bukan?"

Maeno mengangguk kepada Inspektur Hasegawa.

"Iya."

Inspektur Hasegawa lalu melanjutkan untuk mengkonfirmasikannya.

"Lalu wanita itu punya beberapa kemiripan dengan salah satu gadis dari file arsip yang berada di Insiden Penyerangan Gedung Uehara itu. Namanya adalah Miagahara Kasuka, bukan?"

Maeno mengangguk lagi kemudian.

"Iya."

Inspektur Hasegawa lalu memperhatikan salah satu foto gadis yang Maeno berikan sebelumnya. Ia mencoba memperhatikan ciri-ciri gadis itu yang kedua kalinya.

"Jadi kau percaya bahwa wanita yang mengalahkan Yōkai yang menjadi raksasa itu adalah gadis yang ada di foto ini?"

Maeno menganggukkan lagi kepalanya.

"Iya. Wanita itu memiliki ciri-ciri penampilan yang mirip dengan Miagahara Kasuka. Ia juga menggunakan katana untuk mengalahkan Yōkai itu, dimana Miagahara Kasuka juga dikatakan adalah murid dari Minamoto Satomi yang ahli berpedang. Sehingga aku benar-benar yakin bahwa Ia adalah orang yang sama."

Inspektur Hasegawa menutup matanya dan berpikir sejenak mengenai pernyataan Maeno.

"Begitu ya...."

Ia pun melanjutkan perkataannya dan merespon Maeno.

"Gadis ini juga tidak banyak menunjukkan diri-nya. Ia hanya dikenal sebagai murid yang teladan dan salah satu murid dari Minamoto Satomi, atau Uehara Satomi yang menjadi korban insiden 10 tahun yang lalu."

"Tak mengherankan bahwa Ia juga begitu misterius."

Maeno meresponnya dan menyetujui pernyataan dari Inspektur Hasegawa.

"Kau benar, Inspektur Hasegawa."

Setelah terdiam dan berpikir lagi selama beberapa saat, Inspektur Hasegawa kembali angkat bicara.

"Setidaknya masih ada beberapa korban yang tidak berjatuhan, baik itu dari Tim Investigasi I-05 maupun warga sipil. Aku menghargai kerja kerasmu."

"Ada saja hal-hal yang diluar jangkauan manusia biasa seperti kita yang dapat terjadi. Lagipula para atasan bisa antara menerima-nya maupun menolaknya. Padahal sudah banyak makhluk-makhluk mitologi yang juga hidup berdampingan dengan kita."

Inspektur Hasegawa menghembuskan napas-nya setelah mengeluhkannya.

"Ada-ada saja dengan hidup ini...."

Ia kemudian memutuskan untuk menyimpulkannya hasil penyelidikan bersama itu.

"Jadi kesimpulan dari penyelidikan terkait kasus dari Insiden Amukan Yōkai di Kota Shinjuku adalah para Yōkai menunjukkan perilaku abnormal dan mengamuk secara tiba-tiba. Mereka secara berantai mengalami gejala yang sama dikarenakan alasan yang tidak diketahui, menyerang para warga sipil dan beberapa Tim Investigasi yang ada di sana. Dan sekitar 78 orang menjadi korban jiwa dari Insiden ini."

"Lalu ada sosok yang tidak diketahui datang memberikan bala bantuan dan mengalahkan Yōkai itu."

Lanjutnya. Setelah mendengar itu Maeno menanggapinya.

"Aku pikir laporan seperti itu sudah cukup untuk disusun perihal kejadian ini Inspektur Hasegawa."

Inspektur Hasegawa kali ini mengangguk dan menyetujui Maeno.

"Kau benar. Sekalipun ada beberapa informasi yang masih sulit untuk diselidiki lebih lanjut, setidaknya masih ada bukti konkret yang membantu penyusunan laporan ini."

"Aku turut berduka cita dengan para Tim Investigasi yang gugur dalam Insiden ini. Beserta juga beberapa warga yang menjadi korban jiwa."

Maeno menunduk dengan ekspresi muram bercampur rasa sedih dikarenakan Ia tidak mampu melindungi rekan-rekan Tim Investigasinya.

Memperhatikannya Inspektur Hasegawa langsung mencoba menenangkan Maeno.

"Biarkanlah, Inspektur Yukimiya. Kau tidak perlu memikirkannya. Kau juga sudah menunjukkan usahamu untuk menjalankan tugasmu."

"Ayo kita lanjut menyusun laporan ini. Ini lebih penting daripada menyesalinya terus-menerus."

Inspektur Hasegawa mencoba membuat Maeno mengalihkan pikirannya ke penyusunan laporannya.

Maeno pun langsung menghembuskan napas-nya dan menyetujuinya.

"Kau benar. Kita harus lanjut menyusun laporan ini Inspektur Hasegawa."

Ia kemudian mengalihkan rasa tidak enak didalam hatinya dengan melanjutkan penyusunan laporan itu bersama Inspektur Hasegawa.

 

[Lobi Kantor Polisi, Tokyo 07:55 P.M]

Pasca menyusun laporan Insiden, Maeno yang berjalan ke sana sudah ditunggu oleh temannya Rui.

"Maeno!"

Ia berlari dan memanggilnya sambil berlari ke arah temannya.

"Kau tidak apa-apa!?"

Serunya dengan wajah khawatir.

"Jangan khawatir, aku baik-baik saja."

Maeno menenangkan temannya, menunjukkan kalau dia baik-baik saja.

"Tapi aku mendengar banyak korban berjatuhan di sana! Aku jadi kaget saat masih bertugas di sektor ku ketika salah satu rekan Tim Investigasi ku mengabari ku. Jadinya aku cepat-cepat ke Kantor dari Osaka!"

Maeno hanya tersenyum sambil canggung mendapati kekhawatiran teman dekatnya.

"Aku bersyukur kau masih hidup. Jadi aku menunggumu di sini!"

Rui memegang bahu temannya dan melihatnya masih dengan perasaan khawatir.

"Yeah, aku terselamatkan sih...."

Mendengar jawaban Maeno, Rui sontak terkejut lagi.

"Apa!? Jadi kau diselamatkan oleh pahlawan!?"

"Seperti apa pahlawan yang menyelamatkanmu Maeno!?"

Maeno kemudian meresponnya.

"Dia adalah.... wanita berambut perak yang mirip dengan sosok yang aku temui di pemakaman itu....."

Sontak Rui jadi semakin kaget dengan banyaknya informasi yang Ia terima dari Maeno. Matanya terbuka lebar dan rasa penasarannya semakin membesar.

"Kau bilang kau bertemu seorang wanita....?"

Maeno mulai canggung ketika Ia mengatakannya, tetapi Ia tak punya pilihan lain selain memberitahunya.

"Iya..... di pemakaman Uehara kemarin.. Aku ragu ingin memberitahumu..."

"Aku berasumsi kalo dia adalah Miagahara Kasuka.... sosok yang ada di file arsip Insiden Gedung Uehara itu...."

Tiba-tiba Rui menjadi kaget hebat didalam hatinya dan menggoyangkan bahu Maeno dengan kekuatannya.

"Jadi kau bertemu wanita itu!? Si Miagahara Kasuka!? Kenapa kau tidak bilang-bilang kemarin!?"

Serunya dengan reaksi masih terkejut terkesima dan masih menggoyangkan bahu Maeno yang mulai pusing dengan temannya. Ia langsung melepas tangan Rui dari bahunya dan menyahut.

"Berhentilah menggoyangkan bahuku! Dan saat itu aku sudah mau balik dari pemakaman tau!"

Seru Maeno dengan sedikit terganggu.

"Kenapa kau tidak menyapanya!?"

Rui berteriak lagi dengan perasaan masih tidak menyangka nya.

"Untuk apa memangnya menanyakan itu padanya?"

Maeno membalasnya.

"Maksudku, dia kan yang menyelamatkan nyawamu, bukan!? Kalau kau mengenalnya selangkah lagi kau bisa lebih dekat dan jadian dengannya!"

Mendengar pernyataan Rui, Maeno langsung membalasnya lagi sambil terkaget.

"Seberapa maunya kau ingin aku jadian dengan wanita itu sih!?"

Rui pun langsung mengomelinya dengan perasaan gatal.

"Habis-nya wanita yang kau temui itu pasti sudah menjadi cantik! Sebaiknya kau jangan meninggal sampai tua dengan terus menjadi perjaka! Seharusnya kau bersyukur bisa mendapatkan bantuan darinya!"

Maeno hanya menggeretakkan giginya dengan kesal. Ia serasa ingin menghajar temannya itu yang membuatnya naik darah. Tetapi Ia tahan hanya dengan tersenyum gelap dan dingin.

"Cukupkan dengan hal itu Rui."

Rui langsung berkeringat dingin mendapati temannya yang sudah kesal dengannya.

"E-Eh-!? Maeno....?"

Setelah itu Maeno melanjutkan perkataannya sambil bergestur ingin menghajarnya dengan senyum dingin.

"Berhenti disana atau aku beri kau pelajaran."

Rui pun mulai ketalutan dan canggung dengan raut wajah kapok.

"Ba-Baik...."

Maeno pun menghembuskan napasnya dan berbicara.

"Nanti bagaimana kalau kita ke Kedai Izakaya? Aku traktir kau, sambilan aku mau membicarakan sesuatu."

Rui pun langsung tergirang dan senang ketika Maeno hendak mentraktir-nya.

"Serius!? Boleh nih! Ayo kita ke sana!"

Rui langsung menarik lengan Maeno untuk langsung ke sana.

"H-Hei tunggu, Rui! Pelan-pelan! Yang mau traktir itu kan aku! Kok terburu-buru sih!?"

Tapi Rui tetap tidak menghiraukannya dan menariknya lebih cepat.

"Ayolah! Aku tidak sabar mendengar apa yang kau ingin ceritakan. Selain itu aku juga sudah lapar! Jadi ayo cepat!"

"Hei Rui-! Jangan seenaknya-!"

Mereka pada akhirnya bersama-sama pergi ke Kedai Izakaya sekalipun bikin ribut selama di penjuru lobi.

 

[Kedai Izakaya, Tokyo 08:41 P.M]

"Terima kasih untuk traktirannya!!"

Rui menyeru dengan kegirangan. Ia kemudian lanjut memakan Sukiyaki-nya dengan lahap.

"Enak banget!"

Maeno hanya tersenyum dan terdiam menyaksikan temannya yang girang memakan traktirannya. Ia kemudian memakan sedikit Sukiyaki-nya.

"Ini enak sekali."

Tanggap-nya.

"Kau punya uang sebanyak itu untuk mentraktirku. Seharusnya kau mengadakan jamuan untuk rekan kita yang lainnya."

Kata Rui yang habis mengunyah semua makanan di mulutnya.

"Kapan-kapan sih kalo aku sempat. Soalnya aku juga butuh istirahat habis bertugas."

"Selain itu aku bukan orang yang suka banyak-banyak bicara kalau bukan orang penting atau teman dekatku."

Lanjut Maeno. Lalu Rui menanggapinya dengan sedikit kecewa.

"Kamu nggak seru ah, Maeno."

Maeno hanya menyahutnya dengan wajah sedikit serius, namun tetap menikmati makanannya.

"Aku sudah biasa seperti ini. Lagipula kita ini teman bukan?"

Mendengar itu, Rui pun langsung tertawa.

"Ahaha, kau benar juga. Kita sudah akrab sebagai teman, sekalipun seberapa kau membatasi dirimu."

Maeno pun ikut tertawa bersamanya dan menikmati hidangannya.

....

(10 menit kemudian)

Setelah menghabiskan Sukiyaki-nya, Maeno pun memulai percakapan baru dengan Rui.

"Hei Rui. Aku ingin memberitahumu sesuai dengan apa yang aku janjikan tadi."

Rui pun langsung menyahut.

"Oh, boleh! Aku juga penasaran nih!"

Katanya dengan penuh antusias. Maeno pun menarik napas-nya perlahan-lahan dan mulai menceritakan apa yang dia mau beritahu pada Rui.

"Jadi begini, saat di kejadian Shinjuku tadi. Ntah kenapa apa yang aku lihat itu mengingatkanku pada pemikiran liarmu saat itu. Yōkai-Yōkai itu tiba-tiba mengamuk karena penyebab yang tidak diketahui."

Rui mendengarnya dimana Ia tercengang disaat yang bersamaan.

"Jadi tebakan liar ku benar-benar terjadi saat itu?!"

Ia bereaksi dengan wajah yang sama. Maeno pun mengangguk.

"Mm, aku hanya tidak menyangka nya saja. Padahal pistol sihir itu seharusnya bekerja, tetapi ketika ditembakkan para Yōkai itu malah pulih sendiri."

"Tetapi ketika Miagahara menyerang mereka dengan katana-nya, mereka bisa dikalahkan dengan mudah. Saat itu pula aku dapat melihat sesuatu yang tak pernah aku lihat sebelumnya."

Si Rui langsung menanggapinya lagi dengan wajah penasaran.

"Apa itu?"

Maeno melanjutkannya lagi.

"Sebuah medan ghaib yang mirip dengan dunia kosmik. Aku bisa melihat bahwa apa yang muncul saat itu sangatlah indah. Yaitu sebuah taman dengan bintang-bintang dan bunga teratai. Rasanya aku seperti masuk ke dunia ilusi."

Mata Rui pun makin terkagum-kagum dengan apa yang diceritakan temannya, Maeno.

"Wow, jadi hal seperti itu bisa terjadi ya...."

Maeno kemudian merenung sebentar karena masih merasa apa yang Ia telah saksikan itu dapat terjadi. Perasaannya campur aduk atas sesuatu yang di luar nalar dalam memahaminya.

Ia meminum bir yang Ia pesan sedikit sebelum berbicara lagi.

"Aku penasaran bagaimana hal itu bisa bekerja."

Rui langsung menanggapi temannya yang masih terlihat kebingungan.

"Aku pikir itu hal yang menakjubkan sekalipun kau tidak dapat menjelaskannya."

Maeno langsung menoleh ke arahnya.

"Apa maksudmu?"

Rui kemudian tersenyum dan melanjutkan perkataannya.

"Maksudku kamu mungkin tidak dapat menjelaskannya atau mencari tau, seperti apa konsep yang dapat menimbulkan fenomena gaib yang belum pernah kau lihat selain serangan sihir. Tetapi bukankah itu merupakan sebuah tanda bahwa dunia ini sebenarnya luas?"

"Semua hal bisa terjadi kapan saja selama kau masih hidup di dunia ini. Jadi siapa yang akan tau kalau hal yang kau tidak ketahui bisa membuatmu terpuruk?"

Maeno masih mendengarkan Rui dengan antusias.

"Selama kau dapat menyaksikan sesuatu dan melakukan sesuatu, kau tidak perlu memikirkan suatu hal dengan pusing apabila itu diluar jangkauanmu."

Sesaat kemudian Rui menengok ke arah Maeno dengan ekspresinya yang tersenyum.

"Jangan terlalu banyak menyalahkan dirimu atas sesuatu yang kau tidak bisa lakukan. Manusia itu tidak selalu sempurna."

Mendengarnya Maeno terkesima dengan motivasi dari Rui. Apabila Ia sedang tidak melakukan hal bodoh, Rui adalah sosok yang bijak dan perhatian pada orang terdekatnya. Maeno mengakui bahwa Rui dapat melihat perspektif yang orang lain tidak rasakan.

"Begitu ya...."

Rui tertawa kecil dan berbicara lagi.

"Dunia itu luas kawan. Jadi bisa saja suatu saat nanti kau akan menyadarinya secara tidak langsung."

Sahutnya dan tersenyum.

Pada saat itulah Maeno mendapatkan pemikiran baru atas apa yang dikatakan temannya itu.

......................

...----------------...

(7 Hari Kemudian)

[Pemakaman Korban Insiden Serangan Yōkai Shinjuku, Tokyo, 02:30 P.M]

Seminggu telah berlalu, dan Maeno mencoba mendatangi pemakaman rekan-rekannya beserta warga yang menjadi korban insiden itu.

Setelah berdoa di sana, Ia meletakkan sebungkus bunga sebagai tanda hormat kepada mereka yang telah gugur. Ia pun kemudian mengangkat tangannya sebagai bentuk apresiasi terhadap mereka yang telah berjuang mengorbankan dirinya.

"Kalian sudah melaksanakan tugas kalian dengan baik."

Katanya sambil menghadap batu nisan dari salah satu korban insiden itu. Setelah beberapa menit berlalu, Ia mengingat perkataan Rui yang pernah dikatakan padanya.

" 'Jangan terlalu banyak menyalahkan dirimu atas sesuatu yang kau tidak bisa lakukan', ya......."

Ia mengulangi perkataan temannya saat itu. Sekalipun apa yang dikatakan temannya itu benar, Maeno masih merasakan kejanggalan dalam hatinya.

Apabila hal itu demikian benar bagi manusia biasa sepertinya, lalu mengapa banyak orang yang menuntutnya untuk melampauinya? Mengapa banyak orang yang menginginkan sesuatu dilakukan sebaik mungkin?

Maeno pun tenggelam dalam renungannya untuk memikirkan suatu hal yang diberikan oleh kaum manusia biasa sepertinya. Apabila ada hal-hal supernatural yang tidak bisa hanya dimengerti oleh manusia, lalu mengapa mereka harus dihadapkan oleh kejadian serupa tiap harinya?

Mereka bahkan tidak memiliki suatu keunikan selain berkelompok dan menciptakan suatu budaya, yang menjadi formalitas bagi mereka.

Maeno mengakui dan menyadari hal ini, dimana Ia sadar betul mengenai kekurangan dirinya sebagai manusia. Ia akan tersakiti apabila Ia tak dapat melakukan sesuatu yang di ekspektasi kan oleh masyarakat.

"Apakah ada sesuatu yang menghalangi mu?"

Tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya. Maeno tersadar dari renungannya dan melihat ke arah suara itu. Mata Maeno melihat sosok yang Ia tidak sangka.

Seorang wanita berambut perak dengan jas putih yang khas, beserta kedua katana yang ada di tiap sisinya. Ia membawa sebungkus bunga lagi menuju arahnya.

Maeno hanya melongo melihat wanita itu yang tidak lain adalah Miagahara Kasuka yang Ia cari selama ini. Sesaat wanita itu meletakkan sebungkus bunga itu pada batu nisan yang sama.

"U-Umm......"

Maeno ingin berbicara tetapi mulutnya tiba-tiba menjadi kaku karena gugup ketika hendak memulai percakapannya dengannya.

"Apakah kau baik-baik saja?"

Wanita itu mencoba memecah suasana canggung itu dengan ekspresinya yang tetap tenang. Suaranya terdengar lembut, dan tenang yang membuat hati Maeno perlahan-lahan menjadi tenang.

"Ah, iya. Aku baik-baik saja, nona."

Maeno mencoba menjaga formalitas antar mereka, sekalipun Ia masih sedikit gugup di dalam hatinya. Wanita itu kemudian melihat ke arahnya dengan ekspresi-nya yang tenang.

"Apa ada yang kau ingin bicarakan? Aku tidak masalah mendengarmu."

Wanita itu mencoba untuk membuat Maeno menjadi luwes dan mengurangi ketegangannya. Maeno pun pada akhirnya mencoba untuk membicarakan sesuatu padanya.

"Apakah namamu, Miagahara Kasuka?"

Miagahara pun sedikit terkejut ketika Maeno melontarkan pertanyaan itu padanya.

"Kenapa kau menanyakan itu padaku?"

Maeno mencoba melanjutkannya dimana Ia jadi agak canggung untuk melanjutkannya.

"A-Aku...... maaf Nona Miagahara. Aku hanya ingin menyelidiki dan mencari tahu mengenai apa yang terjadi..... soal kejadian itu..."

Miagahara meresponnya lagi.

"Kejadian yang mana?"

Maeno mencoba bersiap-siap sebelum mengutarakannya.

"Soal Insiden Penyerangan Gedung Uehara oleh Walpurgistnacht pada 10 tahun yang lalu. Apabila Nona Miagahara bersedia untuk memberitahu soal kejadian itu padaku, aku ingin tau bagaimana kejadian itu terhubung dengan Klan Hayashibara."

Matanya terkejut mendapati informasi yang Maeno berikan padanya. Miagahara tidak menyangka bahwa Maeno akan menanyakan hal itu padanya.

Dada Maeno mulai terasa tidak enak menanyakan itu secara tiba-tiba pada Miagahara. Tetapi Ia tetap mengusahakan dirinya untuk tenang agar situasi tidak menjadi canggung dan bisa membuatnya tidak nyaman.

"Maafkan aku nona, kalau aku terdengar memaksamu. Aku tidak akan memaksamu apabila kau tidak nya-"

"Tidak apa-apa."

Miagahara langsung meresponnya sebelum Maeno menyelesaikan kata-katanya.

"Eh? Apa kau bersedia memberitahunya, Nona Miagahara?"

Maeno tidak menyangkanya bahwa Miagahara akan bersedia memberitahu soal kejadian itu. Miagahara terdiam sejenak dan mulai menceritakannya.

"Aku akan memberitahumu soal apa yang kau selidiki itu. Mengenai Insiden Penyerangan Gedung Uehara memang benar aku yang menyaksikannya sendiri apa yang terjadi ketika aku datang ke tempat itu."

"10 tahun sudah berlalu semenjak kejadian itu, dan aku masih mengingatnya ketika aku mendatangi guruku. Kejadian kelam yang membuatku takut untuk menyaksikan hal yang sama."

"Guruku bernama Uehara Satomi, orang yang telah mengadopsiku saat kecil. Ia sudah seperti sosok yang memandu jalanku dan menjadi alasanku untuk menempuh jalan ini. Satomi-sensei adalah orang yang memiliki pengetahuan yang mengagumkan dan idealisme yang tinggi untuk kedamaian dunia."

Maeno mendengarnya dan tidak menyangka akan mendengarnya langsung dari Miagahara sendiri yang menyampaikan bagaimana Uehara Satomi semasa hidupnya.

"Beliau telah membimbingku untuk menjadi murid yang dapat membantu mewujudkan visinya, yaitu kedamaian yang diperoleh dengan menyeimbangkan antara kejadian baik dan buruk yang dapat diatasi kapanpun untuk menjalankannya."

Miagahara menceritakannya sambil memegang gagang katana nya dan melanjutkan.

"Aku adalah murid yang paling Ia percayai untuk membantu mengajari murid-murid-nya yang lain karena keteladanan ku dan seberapa bagus-nya aku mendalami semua yang Ia ajarkan. Tiap hari Ia memujiku dan sangat mempercayaiku dengan semua yang aku lakukan untuk membantu mewujudkan visi-nya."

" 'Bintang di langit yang bertebaran, melambangkan bagaimana seluruh makhluk hidup memancarkan cahayanya, mencerminkannya di atas pembiasan air yang jernih, dengan bunga teratai yang menunjukkan bahwa mereka dapat menjadi suci dengan berbagai cara.....' "

"Itulah kalimat kiasan yang Ia pegang dan ajarkan padaku. Kata-kata yang indah dan damai..."

Maeno semakin terpukau ketika mendengar kalimat kiasan itu. Ia tidak menyangka bahwa Uehara Satomi adalah seorang visioner untuk mewujudkan kedamaian di dunia ini melalui visi-nya.

"Lalu.... bagaimana Nona Uehara kehilangan nyawanya?"

Maeno mencoba bertanya, dan Miagahara menceritakan pengalaman pahit-nya dengan raut wajah yang sedih.

"Ketika Insiden itu terjadi, aku sedang memberikan bimbingan kepada murid-muridnya sebagai asisten penggantinya. Dan ketika aku selesai membimbing dan kembali ke kediaman Uehara, aku mendapati semua bangunan di sana sudah hancur."

"Saat itu Satomi-sensei sedang berpartisipasi dalam sebuah penelitian mengenai Pusaka Peninggalan dari Kerajaan Jerman. Ia memimpin penelitian dikarenakan pengetahuannya yang luas mengenai sihir. Satomi-sensei pun juga sudah dikenal oleh murid-murid penyihir yang lainnya atas ilmu yang Ia miliki."

Maeno terus mendengarkannya, dan semakin tertarik dengan kisahnya.

"Ketika mengetahui serangan dari organisasi penyihir bernama Walpurgistnacht itu, aku sadar bahwa aku sudah terlambat untuk memberikan bantuan kepada para peneliti gedung Uehara di sana. Termasuk.... Satomi-sensei......."

"Sejak itulah aku ingin mendedikasikan hidupku, untuk mewujudkan apa yang Ia gagal wujudkan, atas semua kejadian tragis itu. Aku ingin mewujudkan visi itu untuknya..... aku ingin melihat dunia yang damai seperti yang Ia inginkan...."

"Sebagai salah satu penerus dari 'Klan Hayashibara'."

Mata Maeno terbelalak mendengarnya dari wanita itu. Ia benar-benar kaget mendengarnya seakan-akan itu adalah hal yang tidak terduga.

"Jadi.... kau...."

"Benar-benar dari Klan Hayashibara......?"

Dan wanita itupun mulai mengakui semuanya.

"Akan aku perkenalkan diriku sekali lagi. Namaku adalah Hayashibara Juna, sang pengguna Sihir Akashic dari Klan Hayashibara. Klan yang menjadi kunci untuk ikut serta dalam perang 3 faksi untuk mempertahankan apa yang aku pegang."

"Aku akan berjuang mewujudkan paham yang aku pegang dari Satomi-sensei demi mendapatkan 'Fruits of Karma', buah kebijakan yang akan memberikan hasil dari semua perjuanganku selama ini. Untuk mendapatkan kedamaian itu."

Si wanita yang memperkenalkan dirinya sebagai Hayashibara Juna, mengatakannya dengan penuh keyakinan dan percaya diri.

"Tak peduli, mau dia adalah manusia biasa yang tidak tahu menahu soal dunia sihir, atau pun kaum yang menjadi salah satunya dari makhluk supernatural....."

"Semuanya berhak untuk mendapatkan tempat mereka di dunia ini, dan hidup sesuai dengan apa yang mereka miliki."

Pada saat itulah Maeno benar-benar terkesima dengan apa yang Ia alami. Ketika Ia bertemu dengan salah satu anggota Klan Hayashibara yang bernama Juna, Klan yang selama ini menjadi misteri dari keberadaannya bagi manusia biasa, Ia merasakan suatu dorongan dalam hatinya.

Dorongan pengabdian yang Ia tidak pernah rasakan. Jiwa dan tekad Maeno perlahan-lahan menjadi hidup berkat wanita itu.

"Aku...."

Maeno mencoba melanjutkan perkataannya, sambil termotivasi.

"Aku akan berdedikasi untuk tugasku sebagai polisi, sebagai bentuk apresiasi dan rasa kagumku pada apa yang engkau perjuangkan...."

"Aku ingin menjalankannya dengan apa yang telah kau percayai, Nona Hayashibara!"

Maeno menyatakannya sambil meletakkan tangannya pada dada-nya sebagai bentuk hormat padanya.

Juna pun mengapresiasi dan mengagumi keputusan Maeno yang mendapatkan motivasi dari kata-katanya. Juna tersenyum dengan tenang dan memberikan pujian padanya.

"Kau sudah berjuang dan berusaha dengan usahamu dalam menjalankan tugasmu di Shinjuku. Jangan pernah ragu dengan apapun hasil yang menantimu di masa depan."

Juna memotivasi Maeno agar Ia tetap menjalankan tugas-nya, sekalipun Ia adalah manusia biasa.

Maeno tersenyum dan di dalam hatinya. Ia mengerti dengan apa yang harus Ia lakukan.

Baginya, Hayashibara adalah sosok yang benar-benar pantas untuk memegang peranan penting dalam perang tiga faksi ini.

Sejak saat itulah, Maeno menganggap bahwa Juna adalah sosok penyelamat dengan Sihir Akashic yang memberinya kesempatan untuk hidup, apapun nasib-nya ke depannya.

...****************...

Terpopuler

Comments

Mobs Jinsei

Mobs Jinsei

Sudah mampir ya kak, tolong dukung aku juga ya

2024-01-30

1

Ezio Tesla

Ezio Tesla

Asekkkk mulai ada percikan percikan romens bau bau 2 hati /Doge/

btw I start to feel the story, dari sisis gaya penceritaan semakin bagus dan dari segi saya juga semakin beradaptasi. Anyway chapter ini menarik, aku bayangin Hayashibara Juna mirip Jing Liu di Honkai Star Rail tapi versi lebih ummm... nautral good(?)

Ada romens, kegalauan, ideologi, dan misteri. Complex untuk chapter kali ini.

Good job 👍

2023-10-18

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!