(Third Person's POV)
Klan Hayashibara merupakan sebuah klan yang memiliki peranan besar dalam pertempuran ketiga faksi dunia. Mereka telah eksis secara turun temurun sejak zaman sebelum masehi dimana dalam sejarah mereka merupakan Klan yang memiliki hubungan dengan sihir kuno yang tidak ada pada zaman masehi ini.
Sihir kuno yang dimaksud itu adalah 'Akashic Bhuana', yaitu kemampuan yang memungkinkan pengguna untuk mengakses Dunia Kesadaran, yang akan mempersonifikasikan kesadaran pengguna yang mencerminkan jiwa mereka. Kemampuan ini juga dapat membuat seseorang meramalkan tentang identitas aura orang lain.
Akashic Bhuana dapat meningkatkan indera yang bisa dilakukan manusia biasa. Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh 'hal-hal' yang dipilih sebagai fokus penggabungan. Dikarenakan mereka dapat membuka semua indera manusia, mereka juga memiliki kemampuan untuk menggunakan sihir yang dapat melewati batas dari dunia manusia dan dunia ghaib menggunakan elemen 'Ether'. Oleh karena itulah, Klan Hayashibara diincar oleh organisasi dari faksi Gloria Dominance untuk dijadikan target entah itu diburu atau dibunuh dikarenakan kekuatan sihir unik yang mereka miliki.
Dikatakan bahwa saat ini Klan Hayashibara berada di Jepang dan tersembunyi dari ranah publik. Sekalipun saat ini manusia sudah normal dengan hal-hal yang berbau mistis dan supernatural seperti *Yōkai, Vampir, Jin, dan makhluk mitologi lainnya, tetap saja regulasi dan hukum-hukum yang berlaku di masyarakat berjalan. Dan beberapa dari mereka dapat menjadi mata-mata yang berasal dari sekelompok musuh yang mengincar Klan Hayashibara.
(*Hantu supernatural Jepang, setan dan roh.)
..........
"Informasi yang benar-benar membingungkan..."
Seorang pria berambut merah pendek dengan bola matanya yang berwarna hijau kebiruan, merespon informasi yang diberikan temannya yang menggunakan pakaian polisi yang sama dengannya.
"Begitulah. Bahkan ketika aku mendapatkan informasi ini dari seniorku yang sempat menginvestigasi 'Insiden Penyerangan Gedung Uehara oleh Walpurgistnacht', rasanya kekuatan sihir dengan tingkatan seperti itu terdengar mustahil untuk di zaman ini."
Celoteh temannya dengan rambut abu-abu dan bola mata coklat yang menghisap rokok setelah berbicara.
"Lagian sihir yang eksis dari Zaman Kerajaan Legenda Arthur pun tidak sampai ke level itu. Rasanya terdengar seperti mitos saja."
Setelah itu si pria berambut merah membalas perkataan temannya.
"Tapi bukankah saat ini kita juga hidup berdampingan dengan para makhluk mitologi? Jadi seharusnya itu bukan hal yang aneh lagi kan? Selain itu....."
"...Bisakah kau berhenti merokok di dalam ruangan? Aku sudah berkali-kali mengingatkanmu dari kemarin agar tidak mencemari ruangan ini."
Tegurnya kemudian setelah meresponnya. Lalu temannya berceletuk dengan kesal terhadap kata-katanya.
"Aku tahu! Kau ini ketat amat sih, Maeno! Aku bisa mematikannya kalau ada atasan atau orang lain selain kita berdua disini!"
Dia meletakkan rokoknya pada asbak yang dia bawa sambil mengoceh.
"Dan soal kita para manusia yang hidup berdampingan dengan makhluk-makhluk aneh juga bukanlah hal yang tidak aku percayai. Jadi aku tahu kalau hal-hal mistik seperti itu sudah bukan cerita takhayul semata."
Maeno menghembuskan napas mendengar ocehannya sambil mengerutkan dahinya.
"Kau ini bebal seperti biasa, Rui. Aku jadi susah membelamu apabila Komandan Chihaya melihat perlakuanmu."
Rui menanggapi perkataan Maeno sambil menggerakkan gestur tangannya sambil memegang rokoknya.
"Santai saja, aku cekatan kok bila Komandan datang. Kita ini teman bukan? Jadi seharusnya kita terbiasa dengan hal-hal seperti ini, sobat."
Celetuk Rui melihat muka temannya yang masih mengerut sedikit mendapati kelakuannya.
Maeno sekali lagi menghembuskan nafasnya dan tidak bisa membantah perkataan Rui dimana mereka sudah dekat sejak SMP. Sebagai sahabat karib mereka saling menerima perlakuan dan kebiasaannya satu sama lain. Mereka mungkin memiliki sifat yang bertolak belakang dimana Maeno adalah orang yang disiplin dan tegas dalam menjalankan tugasnya. Disisi lain Rui adalah orang yang santai dan suka melakukan sesuatu sesuai keinginannya.
Alasan bagaimana hubungan mereka bisa dekat adalah toleransi dan kekaguman mereka satu sama lain. Maeno mengagumi Rui ketika dia lebih cakap dan cerdik dalam menyelesaikan suatu masalah dengan kelihaiannya, berkat sikap fleksibelnya. Rui menghargai dan menyukai sikap kepedulian Maeno yang selalu berusaha demi tanggung jawabnya terhadap orang lain.
Oleh karena itu, mereka awalnya beradaptasi demi memahami satu sama lain dan seiring berjalannya waktu, mereka sudah terbiasa dengan kekurangan mereka masing-masing.
Maeno kemudian menyandarkan lengannya diatas meja, sambil merenungkan tentang Insiden yang disampaikan oleh Rui sebelumnya. Ia membayangkan bagaimana Walpurgistnacht yang terkenal keji dan merenggut banyak korban manusia maupun penyihir yang menjadi target utama mereka.
Pertama kali Maeno mendengar soal Organisasi Walpurgistnacht adalah ketika Ia masih berumur 10 tahun dimana Ia mendengar insiden yang sama mengenai Invasi organisasi tersebut dan ketakutan saat Ia menguping pembicaraan Ibu-nya dengan tante-nya secara diam-diam pada saat itu.
Sekalipun begitu, Maeno adalah orang yang rasa ingin tau-nya besar terhadap hal-hal berbau supernatural. Dia ingin memahami bagaimana makhluk-makhluk itu ingin memenuhi apa yang mereka ingin wujudkan dalam perang faksi ini.
Dari pandangan Maeno sendiri, perang faksi antar semua makhluk yang ada di dunia ini cukup berat dan menegangkan apabila dilihat dilihat dari konflik dan pertentangan ideologi antar satu sama lain.
Sambil melamun, Maeno menyandarkan kepalanya pada tangannya.
Pekerjaannya yang saat ini menjadi polisi di pangkat Inspektur(Keibu-Ho) bersama dengan Rui di bagian investigasi kasus-kasus yang terjadi di wilayah sekitar distrik Tokyo. Mereka menyelidiki dan mengawasi kinerja polisi dalam ikut menjaga masyarakat dari kasus serangan supernatural dan kasus kriminal lainnya.
Beberapa waktu kemudian, Rui memecah keheningan itu kembali dan memulai percakapan baru ditengah Maeno yang melamun.
"Hei Maeno."
Maeno pun tersadar dari lamunannya dan menanggapinya.
"Apa?"
Ia pun menoleh ke arah Rui. Lalu Rui melanjutkan pembicaraannya.
"Ada suatu hal yang ingin aku tanyakan padamu."
Maeno berhenti menyandarkan kepalanya dan menatapnya.
"Apa itu?"
Rui sambil tersenyum santai menghisap rokoknya melanjutkannya.
"Aku penasaran mengapa orang biasa seperti kita harus mengurusi investigasi terkait dengan sesuatu yang ada di luar kemampuan kita? Kita tidak memiliki kekuatan super ataupun sihir yang dapat mengantisipasi serangan supernatural yang dapat terjadi pada kita."
"Padahal kalau dipikir-pikir masih ada beberapa organisasi pemerintah yang lebih lihai, dan memiliki kemampuan bertarung yang lebih mumpuni daripada polisi seperti kita. Aku terheran saja dengan pemerintah yang masih membiarkan kepolisian eksis untuk ikut serta menjaga masyarakat disini. Paling hanya bekal senjata khusus saja yang dapat digunakan oleh manusia untuk menghadapi serangan supernatural."
Rui berbicara sambil memukulkan puntung rokoknya pada asbaknya.
"Apa kau juga memikirkannya Maeno?"
Ia langsung menoleh ke arahnya. Maeno pun menjawabnya dengan nada antusias-nya seperti biasa.
"Bagiku hal seperti itu mungkin patut dipertanyakan. Lagipula aku tidak tahu apa yang dipikirkan oleh pemerintahan perihal keputusannya. Kita memiliki banyak kekurangan sebagai manusia untuk memahami hal-hal yang di luar jangkauan kita. Seperti Klan Hayashibara yang diinvestigasi oleh senior kita sebelum kita bergabung di kepolisian."
Maeno kemudian meletakkan tangannya pada pahanya, membungkukkan badannya dan melanjutkan perkataannya.
"Banyak hal yang sebenarnya ada di luar nalar manusia biasa untuk dipahami lebih lanjut. Tetapi karena masyarakat sudah terbiasa dari dulu melihat hal semacam itu, lama-kelamaan hal seperti itu sudah normal dan tidak seistimewa dulu dimana penduduk hanya sekedar membuatnya menjadi dongeng masyarakat."
"Sejak dulu kita memang hidup berdampingan dengan mereka, tetapi di zaman modern inilah saat-saat dimana orang-orang sudah tidak berfokus pada cerita dan legenda mitologi itu semata."
"Karena pada nyatanya dari dulu mereka sudah terlibat dalam konflik politik semacam ini tanpa sepengetahuan masyarakat banyak. Beberapa dari makhluk seperti werewolf dan vampir pun bisa menjadi tokoh politik yang berpengaruh."
Setelah selesai berbicara, Rui langsung mengomentari Maeno.
"Apakah berarti kita saja yang ketinggalan informasi atau manusia biasa yang enggan memikirkan hal itu?"
Maeno kemudian menyahut.
"Lebih tepatnya saat itu masih banyaknya yang tertutup satu sama lain. Dan teknologi di zaman itu tidak sepesat sekarang. Saat ini pun teknologi masih belum tersebar rata pada masyarakat kebanyakan yang harus mengandalkan sistem surat-menyurat. Yang memiliki teknologi pun tidak tersebar merata ke semua wilayah."
"Namun perkembangan teknologi ini menguntungkan faksi-faksi yang bersaing dalam menjalankan politik mereka dan mempertahankan ideologinya. Dari serangan-serangan itu pun terbantu berkat komunikasi yang berkembang saat ini."
"Jadi mendengar figur mereka di radio dan televisi sudah bukan hal yang jarang lagi. Aku tidak menyangka bahwa mereka mau mengikuti perkembangan zaman demi tujuan mereka."
Setelah itu, Rui menanggapi-nya sambil melihat ke arah lain.
"Hmm, kau benar juga Maeno. Perkembangan dan perubahan adalah kunci dari semua kejadian ini."
Rui melanjutkan dan menghisap rokoknya setelah itu.
"Lalu apakah bagimu manusia biasa seperti kita masih berhak untuk bersaing dengan mereka?"
Maeno menjawab Rui dengan nadanya yang teratur.
"Sebagai manusia bukankah kita ditugaskan untuk menjalankan kewajiban yang diberikan? Lagipula semua ini pasti pilihan kita sendiri yang ingin beradaptasi dan berkontribusi untuk masyarakat disini."
"Dan sudah semestinya tugas-tugas itu menjawab bagaimana kondisi dunia saat ini."
Setelah Maeno selesai berbicara, Rui menghembuskan nafasnya mendengar itu.
"Jawabanmu itu monoton sekali, Maeno."
Nadanya terdengar seperti kurang puas dengan jawaban Maeno.
"Kau terlalu memikirkan tugas dan kewajiban yang tidak akan membuatmu menjadi lebih dipandang oleh orang lain. Aku tau banyak orang yang menginginkan orang disiplin dan kompeten sepertimu."
"Namun tetap saja akan ada suatu permasalahan yang tidak cukup diselesaikan dengan bekal siap siaga saja tanpa ada solusi yang baik. Apa kau mengerti, Maeno?"
Rui menggerutu sambil mengarahkan puntung rokoknya pada Maeno.
"Aku hanya melakukan apa yang aku bisa. Lagipula dibandingkan denganmu, otakku tidak bisa dengan mudah memikirkan cara cerdik dan lihai menginvestigasi sesuatu."
Maeno menjawabnya dengan datar. Lalu Rui berpindah topik lagi.
"Omong-omong, menurutmu bagaimana kekuatan Klan Hayashibara yang saat ini menjadi misteri untuk rakyat banyak? Mungkin masih banyak orang-orang yang tidak mengetahui seperti apa kerjanya kekuatan yang dinamakan Akashic Bhuana ini. Termasuk kita sendiri yang hanya mendapatkannya dari hasil investigasi senior kita."
Maeno kemudian menanggapi Rui.
"Aku tidak tau seperti apa kekuatan dari klan itu bekerja. Mereka pun belum aku jumpai secara langsung, jadi aku tak bisa menjawabnya."
Rui bersandar di kursi-nya sambil menoleh ke arah lain.
"Mereka benar-benar misterius ya...."
Gumamnya.
"Aku penasaran bagaimana insiden mengerikan itu terjadi di Gedung Uehara oleh para penyihir Walpurgistnacht itu. Konflik semacam ini terdengar cukup berat untuk diselidiki."
"Hingga kini kita pun hanya mengetahuinya dalam bentuk informasi, tetapi dari file insiden yang didapatkan ada besar kemungkinan bahwa mereka terhubung satu sama lain."
"Yang pertama adalah salah satu buku yang diduga dari Klan Hayashibara yang ditemukan di lokasi insiden penyerangan itu. Ada beberapa hal yang dikatakan terkait konflik yang sudah terjadi sejak zaman dulu, dimana beberapa nya adalah kelompok-kelompok yang saat ini menjadi faksi yang mengincar mereka."
"Buku itu tidak membahasnya dengan rinci sih, tapi deduksi dari beberapa tim yang menemukannya menduga bahwa konflik itu melibatkan Pusaka Sihir yang berasal dari peninggalan-peninggalan zaman sebelum Masehi yang disimpan oleh Klan-nya."
Rui melanjutkan setelah dia memukulkan puntung rokoknya lagi ke asbak.
"Dan yang kedua adalah informasi dari senior kita yang menginvestigasi lokasi tersebut. Para peneliti dari Gedung Uehara diduga tengah meneliti Pusaka Sihir yang dimaksud dengan terbuktinya dari peralatan-peralatan yang digunakan dalam penelitian Pusaka tersebut."
"Beberapa barang magis pun ditemukan seperti katalis, buku mantra, dan alat khusus yang hanya dapat digunakan dengan sihir."
"Dari kedua bukti yang ditemukan itulah para tim investigasi Kepolisian saat itu mengasumsikan bahwa Klan Hayashibara memiliki hubungan dengan Organisasi Uehara. Meskipun ada dugaan pula bahwa Uehara hanya mengambil buku-buku tersebut dari Klan itu."
Rui berhenti bicara sejenak dan mengisap rokoknya lagi. Maeno angkat bicara setelah itu.
"Bagaimanakah korban-korban yang diautopsi di tempat itu?"
Setelah Maeno bertanya Rui menjawab.
"Berdasarkan hasil autopsi yang didapatkan, beberapa dari mereka adalah bagian dari keluarga Uehara yang juga memiliki aliran kekuatan sihir dalam tubuh mereka. Dengan bantuan dari salah satu penyihir yang berasal dari faksi Astraea Conviction yang bersedia membantu proses autopsi tersebut mengatakan, bahwa besar kemungkinan keluarga Uehara juga telah ada sejak zaman sebelum masehi."
"Dalam file itu juga disebutkan, salah satu dari keluarga Uehara itu merupakan guru yang juga mengajar di SMP Saibara, tidak jauh amat sih dengan SMP kita sekolah dulu di Tokyo. Dari biodata dan riwayat hidup yang didapatkan guru dari Uehara itu juga terampil dalam menggunakan kekuatan sihir ketika mengajar muridnya. Murid-muridnya pula ada yang penyihir dan non-penyihir."
"Nama dari guru itu adalah Uehara Satomi yang menggunakan nama alias Minamoto Satomi dalam file riwayat mengajarnya di SMP Saibara. Dia dikenal dengan visinya yang ingin memberikan ajaran yang layak pada murid-muridnya. Dia juga memiliki salah satu murid yang paling dia banggakan bernama Miagahara Kasuka yang dirumorkan memiliki kemampuan berpedang yang mumpuni."
Mendengar informasi yang disampaikan Rui, Maeno menanggapinya dengan sedikit terpukau.
"Murid yang terdengar berbakat ya?"
Rui meresponnya sambil menyandarkan lengannya dibelakang kepalanya.
"Benar kan? Aku pun ketika membaca file itu juga berpikir seperti itu. Omong-omong muridnya perempuan sih."
Maeno terkejut mendengarnya bahwa dia mengira Kasuka adalah laki-laki.
"Ah... begitu ya..."
Matanya terbuka lebar masih terkejut. Menyadari hal ini Rui langsung tertawa kecil melihat reaksinya.
"Hei, hei kenapa dengan reaksimu sobat? Apa kamu tiba-tiba ingin menaksirnya setelah tau dia itu perempuan?"
Rui menyeringai ke Maeno.
"Tak usah mengusikku, Rui! Aku hanya tidak menyangka nya saja dari namanya."
Maeno menjawab cepat merespon usikannya.
"Ayolah, apakah kau mau menjadi pria yang tidak peka sama wanita? Kau bahkan sempat menolak wanita yang menaksir mu saat SMA dulu. Nanti aku doakan biar ketemu sama orangnya loh."
Rui masih menyeringai kepadanya.
"Cukup dengan itu Rui!"
Maeno membalasnya dengan cepat. Setelah itu Rui hanya menghembuskan napas-nya terhadap reaksi temannya itu.
"Hah, kau membosankan dalam hal romantis seperti itu. Padahal aku ingin merasakan seperti apa ditaksir oleh gadis cantik. Mana umur 21 tahun lagi."
Rui meletakkan rokoknya yang sudah habis ke asbaknya dan membakar rokok yang lain.
"Percuma pintar dan cerdik, tapi memikat wanita tidak bisa."
Maeno menghembuskan napasnya melihat kelakuan kekanak-kanakan dari Rui.
"Tak usah pikirkan itu dulu, yang penting kewajiban diselesaikan."
Setelah Maeno menanggapinya, Rui membalasnya balik.
"Dan kau jangan cuma mikir kerja, kerja, kerja mulu tiap hari. Apa kau mau lembur sia-sia sampai hari tua?"
Rui berekspresi kesal.
"Bukan begitu-"
Sebelum Maeno menyelesaikan kata-katanya Komandan Chihaya sudah memasuki ruang istirahat itu dan menghampiri mereka berdua.
Maeno dan Rui langsung memberi hormat dengan sigap. Komandan Chihaya melihat mereka berdua satu-persatu. Lalu Ia mendapati Rui yang sedang menyembunyikan asbaknya dibelakangnya beserta rokoknya yang masih mengeluarkan asap.
Mendapati ini Komandan Chihaya langsung menegur Rui.
"Toriyama, saya tahu kamu menyembunyikan rokokmu dibelakang!"
Tegasnya.
Rui hanya berkeringat dingin mendapati teguran secara tiba-tiba dari kedatangan Komandan Chihaya. Maeno hanya menoleh ke arah temannya mewajari reaksi Komandannya.
"U-Umm.... ini..."
Sebelum Rui menyelesaikan jawabannya yang terbata-bata, Komandan Chihaya memotongnya dengan membentaknya secara keras.
"Tidak ada main alasan apapun! Sekarang keluarkan asbak dan rokokmu! Letakkan di luar dan lakukan push up di lapangan sebanyak 80 kali!"
"Ba-Baik....!"
Sahut Rui dengan gemetar dimana Maeno langsung menggerutu sambil menghembuskan napas.
"Sudah aku peringatkan bukan?"
Rui hanya menjawabnya dengan nada kecil.
"Habisnya tiba-tiba..."
Komandan Chihaya memerintahkan Rui secara tegas.
"Sekarang, cepat lakukan! Atau saya tambah 80 kali lagi!"
"BAIK!"
Rui memberi hormat dan segera berlari ke lapangan membawa asbak dan rokoknya. Dia segera melaksanakan perintah dari Komandan Chihaya.
Lalu si Komandan menghadap ke Maeno.
"Dan kau, Yukimiya. Saya punya tugas baru untukmu."
Si Maeno dengan sigap menyahut sambil memberi hormat.
"Siap, komandan!"
"Ikut aku ke ruangan."
Maeno mengikuti perintah Komandan Chihaya menuju ruangannya.
----------------
[Distrik Tokyo, Shinjuku, 12:34 P.M]
Di dalam mobil bertugasnya, Maeno sedang mengemudi ke lokasi tujuan dimana Ia ditugaskan. Dalam perjalanannya Maeno melihat beberapa yōkai tersebar disekitar jalan yang dilewatinya. Mereka memiliki bentuk yang bervariasi, tetapi kebanyakan yang menonjol adalah siluman binatang.
"Benar-benar aneh dan unik ya...."
Gumam Maeno sambil menyetir. Misi yang diberikan Maeno oleh Komandannya adalah pemantauan terhadap Yōkai di Shinjuku. Pemantauan ini bertujuan untuk mengawasi aktivitas Yōkai yang ada disekitar wilayah ini.
"Klan Hayashibara.... dan Akashic Bhuana...."
Maeno masih memikirkan informasi tersebut yang didapatkan oleh Rui di file-file investigasi insiden yang terjadi sebelumnya. Ia masih kesulitan membayangkan Akashic Bhuana yang dijelaskan mengenai konsep kerjanya. Klan Hayashibara masih terdengar misterius di ranah publik dikarenakan mereka tersembunyi.
Terkait insiden penyerangan di gedung Uehara 10 tahun yang lalu oleh Walpurgistnacht. Semua ini mengundang rasa penasaran Maeno perihal informasi tersebut. Klan yang sudah eksis dari zaman dulu dengan kekuatan sihir yang diduga eksis pada zamannya menjadi sesuatu yang diincar oleh organisasi dari Gloria Dominance.
Konflik ini tentunya sudah pasti membuat orang gemetar ketakutan apabila mereka dapat diserang suatu saat. Namun sebagai polisi yang ikut berkontribusi pada masyarakat, Maeno harus terbiasa dengan kasus semacam ini dan tetap siap siaga mengantisipasi berbagai macam hal yang dapat menimpanya.
Sekalipun Ia hanyalah manusia tanpa keistimewaan seperti kekuatan super, Maeno tetap ingin bertugas disini dimana Ia penasaran terhadap konflik politik yang terjadi.
Ia pun telah sampai ditempat parkir dan memarkirkan mobilnya di sana. Maeno keluar dan mempersiapkan alat bertugasnya sebelum memulai pemantauan wilayah Shibuya. Yōkai juga berdiam di daerah parkiran.
"Untunglah mereka jinak."
Gumamnya lagi sambil mengunci pintu mobilnya. Ia memulai pemantauan dari area parkiran dan mulai berjalan ke area sekitar Shibuya. Di kota itu masyarakat berlalu lalang bersama dengan Yōkai yang tersebar di sana.
Maeno berjalan mengitari kota itu dalam waktu yang cukup lama demi keefektifan pemantauan.
Setelah beberapa jam melakukan pemantauan, Maeno beristirahat di bangku sambil meminum kopi kalengnya.
Ia sudah memantau Shibuya dan mengawasi aktivitas Yōkai yang ada di sana. Kemudian Ia mencatatnya sebelum dikonversi menjadi laporan pemantauannya dalam buku catatan khusus yang dia bawa.
"Aktivitas Yōkai: normal, Hawa temperatur tempat: stabil, lalu Aktivitas penduduk....."
Setelah beberapa menit mencatat kata pokok dari pemantauan Yōkai, Maeno kembali beristirahat dan meminum kopi kalengnya lagi.
"Selesai juga...."
Kemudian Walkie Talkie nya bergetar. Maeno mengangkatnya dan terdengar suara temannya.
"Hei, sobat! Kau lagi dimana?"
Itu adalah suara dari Rui. Lalu Maeno menjawabnya.
"Aku sedang bertugas melakukan pemantauan di Shibuya."
Rui berbicara lagi dari Walkie Talkie itu.
"Kau masih bekerja sekarang?"
"Aku baru saja selesai, jadi sekarang aku sedang beristirahat."
Setelah meminum kopi kalengnya sedikit Ia berbicara lagi.
"Bagaimana dengan hukumanmu?"
"Tadi aku sedikit pegal, rasanya juga panas karena siang. Komandan memperingatkan ku kalau aku mengulanginya lagi, aku tidak diizinkan bertugas lagi dan disuruh lari lapangan sebanyak 50 putaran! Untung saja aku kuat, jadi aku tidak akan cepat pingsan!"
Setelah Rui mengatakan itu, Maeno mengerutkan dahinya sambil menghembuskan napasnya.
"Makanya aku sudah bilang kan jangan merokok sembarangan di ruangan."
Tuturnya dimana Rui langsung berceloteh.
"Aku hanya terlalu terbawa dengan percakapan itu tahu! Jadinya karena keasyikan aku lupa bersiaga kapan Komandan akan datang!"
Maeno meresponnya sambil memegang dahinya.
"Udah dibilangin masih saja bebal."
Rui mengomel lagi dari Walkie Talkie.
"Ini hanya ketidakberuntungan ku saja! Aku hanya berharap bahwa aku bisa menemukan timing yang lebih tepat lagi agar tidak terpergok!"
Menggeretakkan giginya tidak terlalu keras, Maeno hanya bisa menahan frustrasinya mengurusi sifat kekanak-kanakannya. Ia menghembuskan napasnya lagi dan menenangkan dirinya. Lalu Ia kepikiran sesuatu.
"Rui."
Temannya pun menyahut.
"Ada apa, Maeno?"
Maeno bertanya dengan Walkie Talkie nya.
"Apakah kau tahu dimana tempat pemakaman dari korban Insiden Penyerangan Uehara itu?"
Rui langsung menjawabnya.
"Ah, pemakamannya ya?"
"Kalau tidak salah ada di kota Minato dekat Tokyo. Di sana ada Taman Pemakaman Korban Insiden Penyerangan Gedung Uehara."
"Memangnya kau mau melakukan apa di sana?"
Maeno kemudian menyahutnya.
"Ah, tidak ada apa-apa. Aku hanya penasaran saja dimana mereka dimakamkan."
"Begitu ya..."
Setelah itu Maeno ingin mengakhiri percakapan mereka.
"Aku mau makan siang dulu, saat aku kembali aku kabari lagi."
"Oke, bung! Aku juga lagi beli menu diskon nih di restoran! Aku capek habis push up di lapangan tadi, jadi perutku mulai keroncongan."
"Aku tutup dulu ya!"
Rui mematikan Walkie Talkie nya. Setelah menghabiskan kopi kalengnya Maeno membuangnya ke bak sampah dan bergegas kembali ke parkiran mobil-nya.
Ia pergi ke restoran untuk makan siang sebelum menuju lokasi pemakaman.
----------------
[Pemakaman Korban Insiden Penyerangan Gedung Uehara, Minato, Tokyo, 03:45 P.M]
Sesampainya di pemakaman, Maeno mendapati kuburan-kuburan yang berderet dengan banyak nama. Lalu Ia melihat salah satu makam dengan batu nisan yang agak besar. Di sana tertulis 'Di sini berbaring dengan tenang, Uehara Satomi sang pembimbing dari penelitian Gedung Uehara'. Maeno melihat batu nisannya yang paling banyak diisi dengan bunga.
"Sepertinya Ia adalah sosok yang benar-benat dihormati."
Gumamnya sambil meraba batu nisannya yang diukir dengan indah. Melihat pemandangan disekitarnya yang terlihat damai dan sejuk, dimana pemakaman itu ditutupi oleh daun pohon yang lebat dengan sinar matahari yang menyinari Makam dari Uehara Satomi.
Taman pemakaman yang begitu luas dengan pepohonan dan tanaman yang rindang membuat tempat ini menjadi begitu sejuk. Ada beberapa Yōkai juga yang berkeliaran di sekitar pemakaman itu yang membuatnya menjadi hidup. Seperti siluman kelinci, siluman burung, dan hewan roh lainnya.
Tiba-tiba ada seekor siluman kucing berbulu biru dengan corak merah dan oranye. Ia mendekati Maeno dan mengelus-elus kan kepalanya pada kakinya selama beberapa saat, lalu melihat ke arahnya.
"Ada apa?"
Maeno terheran-heran dengan siluman kucing itu yang melihat ke arahnya. Kaki kucing itu kemudian memberikan tanda dengan menunjuk ke arah bunga yang ada di makam Uehara Satomi itu.
Ia pun langsung menoleh ke rangkaian bunga itu.
"Apa kau menginginkan ini?"
*MEOW!*
Kucing itu langsung mengeong sebagai tanda 'Iya' setelah Maeno berbicara kepadanya.
Maeno mengambilkan salah satu bunga dari rangkaian bunga yang ada di kuburan itu.
"Ini."
Kucing itu langsung mengambilnya dengan menahan tangkainya di mulut.
Ia mengelus-elus kan kepalanya lagi pada kakinya Maeno sebagai bentuk 'terima kasih' dan pergi meninggalkannya.
Maeno berpikir mengapa kucing siluman itu ingin diambilkan? Mengapa kucing itu menyukai bunga? Ia melihatnya sambil terheran-heran.
"Apakah mungkin tempat bunganya terlalu ketinggian untuk kucing itu?"
Gumamnya. Maeno setelah itu mendokumentasi Taman Pemakaman Korban Insiden Penyerangan Gedung Uehara agar bisa diteliti untuk ke depannya.
Lalu Ia bergegas ingin kembali ke kantor polisi. Namun sebelum itu Ia berdoa dan memberi penghormatan pada Uehara Satomi di pemakamannya.
"Aku akan menghargai apa yang kau lakukan....meskipun aku tidak tau siapa kau."
Gumamnya lagi dan pergi meninggalkan Pemakaman itu.
Ketika Maeno sudah berhadap bertentangan dari Pemakaman, datanglah seorang wanita dengan rambut perak yang panjangnya sampai dadanya. Wanita itu menggunakan jas putih dan perlengkapan seperti pakaian yang cocok untuk bertarung beserta kedua katana di masing-masing pinggangnya.
Ia membawa sebungkus rangkaian bunga menaiki tangga menuju pemakaman.
Maeno sempat menoleh sekilas wanita itu, tetapi Ia langsung melanjutkan langkahnya untuk pergi.
****************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Rey
hai kak, aku mampir
ayo saling mendukung kak,
saling berbalas membaca setiap part'nya.
saling berbalas like serta komen 🤗
2024-02-15
0
Akuma
aku suka pembawaannya rui
2023-10-27
1