(Third person's POV)
...----------------...
[Kantor Polisi, Tokyo, 05:47 P.M]
"Ah! Kau akhirnya datang juga, Maeno!"
Sahut Rui yang saat ini bersantai di kursinya.
"Kau sedang tidak merokok lagi bukan?"
Maeno datang dan menutup pintu di belakangnya.
"Komandan menyitanya tadi setelah aku selesai menjalankan hukumanku."
Jawab Rui dengan ekspresi kesal.
"Lain kali jangan diulangi. Nih, aku belikan kopi kaleng."
Ekspresi Rui berubah menjadi senang ketika Maeno menawarkan salah satu kopi kaleng yang dia beli.
"Wah, kesukaanku! Terima kasih, sobat!"
Rui langsung meminumnya tanpa pikir panjang.
"PWUAAAAH! Kopi ini rasanya segar dan nikmat sekali!"
Komentarnya sambil tersenyum gembira memegang kopi kaleng itu. Maeno hanya melihat Rui dan meminum kopi kaleng miliknya.
"Ah, aku pengen cepat-cepat pulang dan tiduran."
Rui menyandarkan kepalanya pada meja.
"Tunggu saja sampai komandan mengizinkan kita."
Tutur Maeno.
"Iya... anak rajin...."
Rui menutup matanya sambil tiduran. Maeno mengecek kamera hasil dokumentasinya untuk dibahas bersama Rui.
"Omong-omong, tadi aku baru saja mengambil foto di Pemakaman Uehara itu."
Rui langsung membuka salah satu matanya setelah Maeno mengatakannya.
"Jadi kau benar-benar ke sana ya?"
Katanya sambil memelas.
"Iya. Aku penasaran seperti apa pemakaman itu."
Maeno lalu meminum kopinya kembali.
"Dan aku menemukan berbagai macam hewan siluman yang berkeliaran di pemakaman itu."
Rui yang mendengarnya lalu menanggapi sambil celoteh.
"Hewan siluman pun bisa berlagak seperti hewan pada umumnya. Enaknya hidup serasa seperti dalam dongeng."
"Kira-kira bagaimana bila ada sihir yang bisa mengendalikan mereka? Entah itu sihir yang bisa mengendalikan kesadarannya atau menyerangnya dari jarak jauh."
Maeno penasaran dan terheran dengan celoteh dari Rui.
"Kenapa kau menanyakan itu?"
Rui menjawabnya masih memelas sambil memainkan kaleng kopinya yang sudah kosong.
"Nggak, cuman iseng bertanya saja. Karena gabut...."
Maeno terdiam sejenak, meminum kopi kalengnya lagi.
"Menurutmu bagaimana Rui?"
Ia mencoba berbalik bertanya padanya.
"Kalau menurut aku sih...."
Rui berpikir sejenak dan menjawab.
"...bagiku bisa saja itu terjadi. Meskipun aku tak bisa menjelaskannya."
Maeno mempermaklumi jawabannya, meskipun di dalam hatinya Ia tidak begitu puas.
"Ah... begitu ya..."
Rui mengalihkan ke topik lain.
"Menurutmu apakah dunia ini adil atau tidak?"
Lagi-lagi Maeno terheran dengan pertanyaannya.
"Kenapa tiba-tiba menanyakan itu?"
Rui berceletuk lagi.
"Aku ingin tau jawabanmu semenjak kita ini manusia biasa. Terkadang aku ingin tau apa yang orang biasa pikirkan mengenai hal yang berat seperti ini. Sekalipun tidak ada yang bersedia menjawabnya."
"Tapi kalau dari kau mungkin jawabannya akan berbeda semenjak kau itu suka bertanggung jawab dan sigap terhadap apapun itu. Jadi aku berasumsi kalau orang rajin sepertimu pasti tau bagaimana dunia itu berjalan."
Mendengar pernyataan Rui, Maeno mencoba berpikir keras. Ia hanya memikirkan bagaimana caranya supaya dia bisa berkontribusi terhadap sesuatu. Selain itu, Maeno pun juga masih dipenuhi berbagai pertanyaan yang belum terjawab. Ia menahan bibirnya sedikit dan membalas Rui.
"Aku pikir dunia ini terlalu luas bagiku untuk memikirkan hal seperti itu. Bagaimana cara menyampaikannya....ya..? Maksudku..."
"Mm?"
Rui tampak kebingungan dengan temannya.
"Aku hanya ingin mengatakan kalau pertanyaan itu terlalu sulit untuk kujawab. Bahkan aku tak sempat mengira kalau kau bisa sampai memikirkan hal seperti itu, Rui."
Mendengar jawabannya, Rui tertawa kecil dan menepuk pundaknya Maeno menenangkannya.
"Ahahaha, aku tau kau akan kesulitan menjawabnya! Jadi tak usah dibawa pusing pertanyaanku."
Candanya.
"Kau selalu saja bisa membawa pertanyaan yang tidak dipikirkan oleh orang normal."
Maeno hanya menghembuskan napasnya dan Rui hanya tersenyum santai.
"Pada akhirnya tidak banyak yang dapat memikirkannya ya. Tapi...."
Rui langsung melanjutkannya.
"Aku pikir seperti itulah kenyataan. Banyaknya suatu hal yang bisa dijelaskan dan tidak dapat dijelaskan."
Dan mereka pun duduk bersama di ruang istirahat di dalam kantor polisi itu.
...----------------...
[Rumah Maeno, 10:51 P.M]
Di rumahnya, Maeno terbaring di kasurnya sambil memikirkan pertanyaan yang diajukan oleh Rui padanya. Pertanyaan itu masih melintas di dalam kepalanya, bahkan ketika Ia mandi tadi.
"Dunia yang adil atau tidak adil.....?"
Ia bergumam dan memikirkannya bila ditinjau dari persaingan antara Tiga Faksi yang ada di dunia. Ketiga faksi itu menjunjung paham yang berbeda-beda dalam pengaplikasiannya. Ada yang menjunjung idealismenya demi kebaikan, ada yang ingin mengeksploitasinya dengan jahat demi keuntungan mereka sendiri, dan ada yang berpikir realistis dan memprioritaskan apa yang mereka bisa tanpa banyak berpihak.
Memikirkannya saja sudah membuat otak Maeno harus berputar lebih dari dua kali. Namun, tidak ada jawaban yang pasti pun terlintas di kepalanya. Ia menghembuskan napasnya dan menutup matanya, untuk tidak terlalu banyak memikirkannya.
Lalu, Ia mengingat bahwa di pemakaman itu ada seorang wanita yang membawa sebungkus bunga.
"Apa jangan-jangan wanita itu yang meletakkan bunganya?"
Maeno berpikir-pikir siapakah wanita itu? Dan dia mengingat-ingatnya lagi bahwa wanita itu membawa dua katana. Ia penasaran dengan sosok wanita berambut perak, tapi sayangnya tak ada informasi apapun yang dapat membantu mengisi rasa ingin taunya.
Tiba-tiba ada sesuatu yang terlintas dipikirannya. Ia teringat informasi yang diberikan oleh Rui mengenai seseorang yang menjadi murid dari Satomi, yaitu Miagahara Kasuka. Maeno ingin mencari tau tentang murid itu, tetapi sayangnya sekarang adalah waktu dimana kantuknya sudah datang pada dirinya.
Ia tak punya pilihan lain selain tertidur untuk menunggu hari esok, melanjutkan pekerjaannya.
...----------------...
[Kantor Polisi, Tokyo, 09:58 A.M]
Keesokan harinya di dalam ruangan arsip, Maeno mencari arsip file dari untuk mendapatkan informasi terkait Miagahara Kasuka, yang menjadi salah satu dari murid Satomi. Ia memeriksa satu persatu dari arsip 'Insiden Penyerangan Gedung Uehara oleh Walpurgistnacht'.
Setelah memeriksanya, Ia menemukan satu file yang berisi tentang Miagahara Kasuka. Ketika melihat fotonya Maeno terkejut. Foto itu adalah sesosok gadis yang memiliki rambut pendek perak dan bola mata agak bulat berwarna ungu. Dia jadi mengingat wanita berambut perak yang mirip dengan penampilan Kasuka. Ia terlihat menggunakan seragam SMP Saibara. Dikatakan bahwa Ia merupakan salah satu sanksi dari kejadian tersebut.
Maeno lanjut memeriksa dokumen arsip itu mengenai Kasuka untuk mendapatkan informasi lebih banyak lagi. Ia tinggal bersama dengan Uehara Satomi yang saat itu menggunakan nama Minamoto Satomi. Kasuka memiliki riwayat dalam prestasi akademik, berpedang, dan menjadi asisten mengajar. Kasuka dikatakan adalah gadis yatim piatu yang diadopsi oleh Minamoto Satomi.
"Sepertinya aku bisa menggunakan beberapa file dari arsip ini untuk mencari tahu soal dirinya."
Maeno menyimpan beberapa barang yang dibutuhkan untuk menginvestigasi dan mencari tahu tentang Miagahara Kasuka untuk lebih lanjut.
...----------------...
[Distrik Tokyo, Shinjuku, 11:05 A.M]
Dalam tugasnya kali ini, Maeno memantau aktivitas Yōkai lainnya yang ada di kota ini sambil melakukan supervisi terhadap polisi lainnya sebagai Inspektur.
Ia mengatur mereka dengan tegas untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pemantauan di Kota Shinjuku. Pemantauan itu berjalan baik pada awalnya. Namun ditengah berjalannya tugas pemantauan itu, tiba-tiba ada Yōkai yang menunjukkan perilaku tidak biasa.
Mereka keheranan dengan perilaku Yōkai yang berbentuk seperti Ular dengan badannya yang gemetar dan menggeram, terkapar di jalanan.
Maeno kemudian mendatangi tempat dimana para polisi itu berkumpul mendapati Yōkai ular itu.
"Ada apa ini?"
Salah satu polisi bawahannya merespon.
"Ada Yōkai yang terkapar dengan tidak normal, komandan!"
Lalu Maeno memerintahkan mereka untuk melakukan pemeriksaan secara hati-hati.
"Cepat periksa dengan hati-hati!"
Perintah Maeno.
"Baik Komandan!"
Polisi itu memberi hormat dan segera mendekati Yōkai ular itu dengan berhati-hati. Beberapa dari mereka terlihat berkeringat dingin karena ketakutan, namun mencoba menguatkan nyali mereka agar bisa menyelidikinya.
Ketika salah satu polisi menyentuh kepala Yōkai ular itu tiba-tiba Yōkai itu mengamuk.
*GRROOOOWWWWWLLL*
Yōkai Ular itu mengamuk dan memakan tangan dari salah satu polisi yang menyentuh kepalanya.
"AAAAAAAAAHHHHHHH!!"
Polisi itu berteriak kesakitan mendapati tangan kiri-nya yang termakan oleh Yōkai Ular yang mengamuk itu.
"APA-!?"
Polisi yang lainnya kaget dan segera mengeluarkan pistol khusus yang memiliki energi sihir untuk menyerang Yōkai Ular itu.
Warga di sana mulai panik dan berlari ketakutan sambil berteriak histeris. Melihat kejadian itu, Maeno memerintahkan polisi yang tersisa untuk membantu evakuasi Warga Shinjuku.
"Yang lain, cepat evakuasi warga!"
"BAIK!"
Dengan sigap polisi yang lainnya membantu proses evakuasi warga. Maeno setelah itu bergegas berlari mendekati salah satu polisi yang kehilangan tangan kirinya. Ia membawanya bersama dengan polisi lainnya agar jauh dari tempat penyerangan.
Diluar dugaan, tiba-tiba ada salah satu Yōkai lagi yang menunjukkan gejala sama seperti Yōkai Ular tadi. Dan Yōkai lainnya pun satu per satu menunjukkan gejala yang sama secara bersantai. Mereka secara beruntun mulai menyerang para polisi dan warga yang ada di sana.
"Apa yang terjadi!?"
Seru salah satu polisi itu. Yōkai-Yōkai itu pun ikut mengamuk dan menyerang polisi yang ada di sana. Beberapa dari polisi itu mencoba menyerang Yōkai itu untuk menghentikannya. Awalnya Yōkai itu sempat terluka karena peluru sihir itu, tetapi beberapa detik kemudian lukanya pulih dan kembali menyerang mereka. Polisi-polisi itu tetap berusaha mengalahkannya, tapi sayangnya usaha mereka sia-sia. Satu per satu polisi itu dimakan dan dikoyak-koyak hingga darah berceceran dimana-mana.
Mayat mereka ada yang terkapar dan ada juga yang dimakan oleh Yōkai itu.
Polisi yang kehilangan tangan kirinya terjatuh dan Maeno langsung bergegas ingin menyelamatkannya. Ada salah satu Yōkai burung yang datang menyerangnya.
"AAAAAHH!"
Polisi itu berteriak. Maeno langsung dengan sigap menembak Yōkai burung itu untuk mengelabuinya. Sialnya burung itu tetap beregenerasi seiring Maeno menembaknya terus-menerus. Yōkai Burung itu datang menyerang Maeno, dan membuat Maeno terlempar ke arah gedung.
"AKH!"
Badannya terlempar ke tembok gedung dengan keras. Maeno pun terjatuh, namun Ia berusaha untuk berdiri kembali. Maeno melihat polisi yang kehilangan tangan kirinya itu terkapar tidak berdaya dengan kedua kakinya terkoyak sambil berteriak ketakutan bercampur rasa sakit.
Jaraknya begitu jauh dari si polisi itu, tetapi Maeno tetap segera berlari ke sana.
Naas-nya salah satu Yōkai Babi Hutan menyeruduk dan mengoyak badannya dengan taringnya.
Mata Maeno melebar menyaksikan kejadian itu dengan ekspresi tegang. Badannya terasa dingin melihat kematian mereka satu per satu.
Tapi Ia segera menyadarkan dirinya dari kejadian itu dan mengambil Walkie Talkienya untuk memanggil bantuan di tempat yang tersembunyi dari Yōkai-Yōkai yang mengamuk itu.
"E-01! E-01! Kami dari tim investigasi I-05 di Kota Shinjuku 1-4-1! Kondisi Darurat! Serangan dari Yōkai dengan alasan tidak diketahui terjadi! Warga tengah dievakuasi dan banyak polisi berguguran!"
"Mohon segera beri bala bantuan untuk tim investigasi I-05 di Kota Shinjuku 1-4-1! Tolong datang secepatnya! Sekali lagi ini darurat!"
"Dimengerti!"
Setelah meminta bala bantuan, Maeno melihat ke sekitarnya untuk mengawasi apakah ada Yōkai di dekatnya. Ia melihatnya dengan hati-hati agar tidak tertangkap.
Di dalam hatinya Maeno merasa terisak karena Ia tidak bisa menyelamatkan rekan-rekan polisinya yang lain yang telah diserang oleh Yōkai. Namun di sisi lain Ia tidak bisa membiarkan dirinya mati sia-sia.
"Kenapa bisa jadi seperti ini...?"
Ia mengepalkan tangannya karena merasa terpojok dengan situasi yang tiba-tiba terjadi. Keringatnya jatuh di sekujur kepalanya. Maeno mencoba berpikir keras cara untuk mengatasi insiden ini di tempat persembunyiannya. Ia jadi teringat dengan percakapannya bersama Rui sebelumnya.
Ia pun menyadari bahwa Yōkai-Yōkai ini pasti dikendalikan seperti yang ditebak oleh Rui saat itu.
Dari balik tempat persembunyiannya yang berupa post kosong itu, Ia dapat mendengar teriakan rekan-rekannya yang diserang oleh Yōkai.
Maeno tidak mau tertinggal diam lebih lama lagi dan pelan-pelan keluar dari tempat persembunyiannya. Ia melihat ke sekitarnya dan berusaha untuk tidak tertangkap Yōkai.
Ia pun langsung lari dengan cepat sebelum tertangkap oleh mereka.
"AKH!"
Tiba-tiba, kakinya tertarik dan Maeno terseret ke arah tarikannya. Ketika Maeno melihat ke arah belakang, terlihat Yōkai yang berbentuk seperti bunglon yang menariknya ke arah mulutnya.
Ia berusaha untuk menahan tarikannya dengan memegang tiang jalanan kuat-kuat. Maeno ingin mengambil pistol sihirnya, namun tarikan lidah Yōkai Bunglon itu sangat kuat sehingga Ia kesulitan untuk mengambilnya.
Di kondisi terpojok seperti ini Maeno hanya bisa berusaha bertahan dengan cara apapun itu. Namun apa daya, tarikan Yōkai Bunglon itu makin kuat dan Maeno sudah tidak bisa menahannya lagi.
Pegangan Maeno pun pada tiang itu sudah tidak kuat lagi dan badannya pun tertarik ke arah mulut Yōkai Bunglon itu. Ia hanya bisa menanti nasib yang akan menghampirinya.
..........
*SHRAAAAAAAAAAAASH!*
Terdengar suara tebasan pedang. Maeno terlepas dari lidah Yōkai Bunglon itu. Ia terjatuh ke tanah dan melihat siapa yang menebas Yōkai itu.
Matanya melebar terkejut ketika Ia melihat sesosok wanita dengan rambut perak, jas putih, dan membawa pedang katana. Sosok yang sama Ia temui ketika mendatangi Pemakaman Insiden Uehara.
*GRROOOAAAAWWWRRRR*
Yōkai Bunglon itu menggeram kesakitan karena lidahnya terpotong. Yōkai itu langsung mengamuk membabi buta dan menyerang ke arah wanita berambut perak itu, dan membuka mulutnya dengan lebar.
"AWAS!"
Maeno berteriak sebagai tanda peringatan kepada wanita itu yang hendak dimakan oleh Yōkai Bunglon itu. Namun sayangnya, Yōkai itu sudah memasukkan wanita itu ke dalam mulutnya, dimana Maeno melihat kejadian itu dengan geger.
Akan tetapi....
*ZHRAAAAAAAAAASH!*
Tiba-tiba badan Yōkai Bunglon itu terpotong-potong dan menghilang seperti terbakar api. Wanita itupun keluar dari tubuh Yōkai yang hancur itu.
Maeno hanya tertegun dan tidak bisa berbicara apa-apa melihat wanita berambut perak yang mengalahkan Yōkai dengan katana-nya. Wanita itu terlihat mirip dengan gadis yang ada di dalam foto file arsip itu, yaitu Miagahara Kasuka.
Maeno berpikir, apakah wanita ini adalah sosok yang Ia cari?
Lidah Yōkai Bunglon yang melilit kakinya pun ikut menghilang kemudian. Wanita itupun berjalan mendekati Maeno.
"Apa kau baik-baik saja?"
Ia menanyakan kondisi Maeno sambil mengulurkan tangannya. Matanya yang berwarna ungu dan itu memandang Maeno dengan serius. Maeno langsung tersadar dari pikirannya.
"Ah, aku baik-baik saja."
Maeno menerima tangan wanita itu yang membantunya berdiri.
"Terima kasih sudah menyelamatkanku."
Ucap Maeno sambil berterima kasih. Wanita itu kemudian menghimbau Maeno.
"Yōkai-Yōkai itu masih mengamuk, kita harus cepat turun tangan!"
Ia mengatakannya dengan tegas.
"Kau benar, ayo kita kalahkan Yōkai yang lain dan selamatkan kota ini dari serangannya!"
Maeno menyahut dan mengikuti wanita itu untuk segera mengalahkan Yōkai itu. Sebenarnya Maeno ingin bertanya tentang dirinya, tapi sayangnya saat ini bukan situasi yang tepat untuk membicarakannya. Ia tak punya pilihan lain selain menyimpannya pertanyaannya untuk nanti.
Mereka pun berlari ke kumpulan polisi yang sedang kewalahan menghadapi Yōkai-Yōkai itu.
Beberapa dari mereka telah gugur dan sebagiannya masih berusaha bertahan dari serangan mereka.
Maeno segera memanggil kembali bala bantuan yang Ia minta sebelumnya dengan Walkie Talkie-nya.
"E-01! E-01! Kami dari tim investigasi I-05 di Kota Shinjuku 1-4-1! Sekarang dimana lokasi kalian!?"
"I-05, Kami dari tim investigasi E-01 sekarang berbicara! Saat ini kami sudah berada di perempatan dekat stasiun Yotsuya-Sachōme kode M-11! Kami akan segera menuju destinasi tujuan untuk memberikan bala bantuan!"
Salah satu polisi dari tim investigasi E-01 meresponnya.
"Sekarang bagaimana kondisi sektor 1-4-1?"
"Saat ini Yōkai-Yōkai masih mengamuk di jalanan! Mereka masih menyerang kami dan para warga sipil!"
"Kami akan datang secepatnya! Lindungi para warga dan tim investigasi yang tersisa!"
Tegasnya. Maeno langsung dengan cepat meresponnya sambil berlari menghindari serangan Yōkai.
"Baik! Tolong datang secepatnya!"
"Dimengerti!"
Setelah menutup panggilan dari Walkie Talkie-nya, Maeno lanjut berlari bersama wanita berambut perak itu.
Sambil tetap mencoba menghindari serangan Yōkai dimana wanita berambut perak itu juga melindungi Maeno dan polisi-polisi lainnya yang masih hidup bertahan melawan Yōkai mengamuk itu.
Maeno mencoba memberi bantuan terhadap wanita berambut perak yang tengah menebas Yōkai itu satu per satu. Ia mengeluarkan pistol sihirnya yang ditembakkan ke arah Yōkai itu.
*DUOS!* *DUOS!* *DUOS!* *DUOS!*
Tembakannya mengenai sasaran dimana satu per satu Yōkai itu terluka, namun tiba-tiba badan mereka malah pulih lagi seperti semula.
"Kenapa tembakan dari pistol sihir ini tidak bekerja!?"
Seru Maeno yang kaget karena melihat hal semacam itu.
"Sebenarnya apa yang membuat Yōkai itu pulih kembali badannya!?"
Seru satu polisi yang bertahan di sana juga kebingungan bercampur tegang.
Tak lama kemudian, ratusan Yōkai berdatangan dari seluruh penjuru mengelilingi mereka. Sontak sebagian yang ada dilokasi itu menjadi shock bercampur dengan rasa tegang.
"Ada apa lagi ini!?"
"Yōkai-Yōkai ini berkumpul!?"
Beberapa dari polisi itu mulai berseru satu sama lain melihat kumpulan Yōkai itu.
Kemudian para Yōkai itu mulai berkumpul di satu tempat dan bersatu. Tiba-tiba muncullah sebuah cahaya sihir merah dimana para Yōkai itu berkumpul. Suara geraman yang keras dari Yōkai-Yōkai itu terdengar hingga ke penjuru Kota Shinjuku.
Setelah mereka semua berkumpul, muncullah akar berwarna merah tua kehitaman yang menjalar ke langit dan mengeluarkan aura berwarna merah maroon mengeluarkan semacam energi.
Muncullah Monster Yōkai raksasa yang menyerupai Rubah dengan warna merah gelap, memiliki banyak ekor dan mata yang banyak.
*RROOOOOAAAARRRRRR!!*
Geraman dari Yōkai raksasa itu menimbulkan hembusan nafas yang kuat, menerjang kota itu.
Beberapa polisi itu mulai gemetar bercampur dengan rasa takut dan tegang. Keringat dingin mengucur badan mereka.
Yōkai rubah raksasa itu mengeluarkan api dari mulutnya dengan aura merah gelap. Kemudian menyemburkannya ke segala penjuru yang mulai membakar sebagian gedung dan menghancurkan sisanya.
Mereka nyaris terkena serangan Yōkai rubah raksasa itu. Maeno yang melihat kondisi mendadak ini mulai merasakan bahwa situasinya tidak begitu menguntungkan bagi mereka. Ia tidak punya pilihan lain selain mundur dari tempat ini.
"Semuanya! Situasi saat ini tidak menguntungkan! Kita harus mundur!"
Maeno memberikan perintah dengan suara lantang dan tegas.
"Baik!"
Semua polisi itu menjawab, lalu Maeno menoleh ke wanita berambut perak itu.
"Nona, sebaiknya kau juga mu-"
"Hati-hati!! Menghindar!"
Wanita itu menyuruh mereka untuk menghindar ketika api itu diarahkan kepada mereka oleh Yōkai rubah raksasa itu.
Semuanya langsung menghindar dari serangan rubah itu. Api-apinya menutupi jalan untuk pergi dari tempat itu.
"Sial!"
Seru Maeno ketika melihat jalanan itu tertutupi. Kini mereka sudah tak bisa berkutik kemana-mana lagi dari Yōkai rubah raksasa itu. Para polisi itu juga mulai gelisah dan putus asa menghadapi situasi ini.
"Aku tak punya pilihan lain..."
Gumam wanita berambut perak itu dapat terdengar oleh Maeno. Ia menoleh ke arahnya.
"Nona, apa yang kau ingin lakukan?"
Salah satu polisi itu membuka mulutnya. Wanita berambut perak itu pun merespon.
"Aku yang akan mengalahkannya."
Sontak hal itu membuat para polisi kebingungan sembari meragukan perkataan wanita itu. Maeno pun menanyainya lagi.
"Bagaimana kau akan mengalahkannya?"
Setelah itu salah satu polisi menyusulnya.
"Iya! Kau tidak akan bisa mengalahkannya, nona! Bahkan pistol sihir itu pun tidak dapat membunuhnya!"
Namun wanita itu tetap melangkah perlahan, mendekati Yōkai rubah raksasa itu.
"Semua ini sudah menjadi tugas dan tanggung jawabku."
Jawabnya dengan nada yang tenang. Maeno langsung bertanya kembali, dengan wajah yang masih kebingungan.
"Apa maksudmu?"
Wanita itu tetap berjalan dan langsung berlari cepat ke Yōkai rubah raksasa tanpa menjawab Maeno kali ini.
*RROOOOOAAAARRRRRR!!*
Yōkai raksasa itu mulai menggeram keras lagi. Ia mulai mengarahkan serangan cakarnya ke wanita itu, tapi meleset.
Ia mulai menyerang lagi dan wanita itu menangkisnya dengan katana-nya. Terjadinya pertarungan sengit antara wanita itu dengan si Yōkai raksasa.
Pertarungan itu terlihat menegangkan di mata para polisi itu termasuk Maeno.
Ia menyaksikan seberapa mahir dan berbakatnya wanita itu dalam menggunakan katana dengan teknik menyerang yang bagus.
Ayunan pedangnya begitu lincah dan cepat.
Sampai pada saat Yōkai itu mau mengeluarkan semburan api yang sangat besar, semua yang ada disekitarnya mulai terasa panas dimana Ia menyerap semua api yang terbakar di kota itu dan menjadi sebuah bola api merah gelap yang pekat.
Wanita itu menarik katana keduanya sambil menutup mata-nya.
"NONA!!"
Teriak Maeno ketika Ia melihat Yōkai raksasa itu hendak mengarahkan serangannya pada wanita berambut perak itu. Para polisi di sana juga sudah mulai panik melihat wanita itu sendirian menghadapi serangan Yōkai yang dahsyat itu. Hawa di sekitar mereka makin memanas karena aura dari bola api yang kuat itu.
Ketika Yōkai itu sudah mau mengeluarkan serangannya, wanita itu mengucapkan sesuatu.
"Teknik Hayashibara, Elemen penembus dunia fana......"
"Di luar angkasa, melampaui Elemen fisik....."
"Akashic record yang mengakar dari zaman lampau.... memanifestasikan akarnya....."
Tiba-tiba disekitar tempat itu muncul sebuah aura yang mirip dengan cosmos yang samar-samar.
"Kesadaran yang tiada berwujud...... menyatu dengan ether..... bermanifestasi dari kekosongan....."
Yōkai rubah raksasa sudah hampir menyemburkan apinya, lalu wanita itu membuka matanya dengan perlahan.
"Akashic Bhuana, manifestasikan apa yang aku pegang......"
Terdengar bunyi tetesan air dan muncullah sebuah medan dimana terdapat taman kosmik luas dengan perairan berbintang yang luas dan bunga teratai yang menyebar di perairan itu.
Semua polisi termasuk Maeno tercengang melihatnya. Dimana wilayah itu tiba-tiba berubah menjadi medan taman kosmik yang luas.
Mata wanita itupun berubah menjadi ungu tua berbintang. Kedua katana-nya mengeluarkan aura berwarna ungu terang mengambil energi di sekitar sana.
Yōkai raksasa itu menyemburkan bola api dahsyat itu ke arah wanita berambut perak.
Ia menebasnya dengan tebasan yang melintas seperti dua komet ungu terang ke arah api besar itu, dan melenyapkannya.
Wanita itu langsung menebas ke arah Yōkai itu dengan serangan yang lincah dan cepat. Yōkai raksasa itu tersayat-sayat dan mengerang keras.
Sampai wanita itu mengeluarkan tebasan terakhirnya, Ia menciptakan tebasan dari ungu terang yang langsung menciptakan void yang memusnahkan tubuh Yōkai raksasa itu.
Yōkai itupun terkalahkan dan musnah dari tempat itu. Beberapa saat kemudian medan itu kembali menjadi Shinjuku dimana mereka berada sebelumnya.
Semua polisi yang menyaksikannya melihatnya sambil tercengang melihatnya.
Yōkai itu kini telah dikalahkan, dan wanita itu hanya berdiri dengan tenang tanpa tergugah oleh reaksi polisi itu.
Maeno memandang wanita itu dengan mata yang melebar, dan tidak menyangka bahwa Ia menyaksikannya langsung di depan matanya. Sebuah pikiran pun melintas di kepalanya terkait informasi-informasi yang Ia miliki dari arsip file dan sosok yang Ia temui di pemakaman itu.
Apakah itu artinya, Maeno menemukan sosok yang Ia cari selama ini?
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Ezio Tesla
Overall, chapter 2 ini sejauh ini yg paling saya suka. Mungkin terdapat banyak faktor eksternal seperti saya sudah beradaptasi terhadap gaya tulisan Anda yg menggunakan sistem mirip sistem waktu JJK Arc Shibuya, dan polanya yg terkesan seperti menceritakan sentral Rui dan Maeno.
Tapi saya akui, dari sisi internal, chapter kali ini menceritakan bagaimana kaitan ketiga fraksi dengan ideologi mereka dan inilah yang sangat menarik menurut saya. Apa yg membuat fraksi bergerak, dan apa yg membuat MC kita bergerak.
Good job 👍
2023-10-17
1
Đông đã về
Bikin syantik baca terus, ga sabar nunggu update selanjutnya!
2023-10-16
1