(Third Person's POV)
[Fountain of Kushiro, Danau Akan, 07:25 P.M]
Kumpulan monster belut itu mulai mengamuk dimana perairan sekitar mulai berguncang. Gelombang dari air itu menabrak tepi danau dan mengenai Fountain of Kushiro. Chizuru, Hiyoko, dan Himeji mengambil posisi bertarung dimana mereka bersiap untuk melawan sekumpulan monster belut itu.
"Kita harus bersiap-siap melawan monster belut itu."
Chizuru memberi aba-aba pada rekan timnya yang lain. Hiyoko mulai memanggil Hina lagi dari dimensi astral.
*BASA-BASA!!*
Kepakan sayapnya terdengar ketika Hina muncul dari langit dan segera menghampiri Hiyoko.
"Semuanya, kita harus mengalahkan monster belut itu bersama!!"
Setelah Chizuru memerintahkan mereka memberi aba-aba, Hiyoko dan Himeji mengangguk dan mereka pun mulai mengambil posisi yang berbeda untuk mengalahkan sekumpulan monster belut itu.
Hiyoko menaiki hewan kendaraannya dan terbang ke atas langit hingga monster belut itu tak dapat menjangkaunya.
Chizuru membangun tabir sihir dari rapalan mantra grimoir-nya. Dan Himeji mulai mendekati tepi danau untuk bersiap-siap menyelam untuk mengalahkan mereka.
Ketiga anggota tim bagian ekspedisi Kota Kushiro menunjukkan kerjasama, dimana masing-masing dari mereka mengambil ketiga daerah yang berbeda.
Para monster belut itu mulai meluncurkan serangannya secara beruntun pada berbagai arah.
Chizuru memfokuskan pusat perhatiannya pada monster yang Ia hadapi sambil merapal mantra dari buku grimoir-nya sebagai katalis.
"O, custos Terrae Britanniae....."
"Ubi omnia ad suam originem revertentur....."
"Materia ex minutissimis particulis oritur....."
"Particulae quae ad creationem mundi auxiliantur...."
"Ut servetur aequalitas in hoc processu fusionis...."
"Adiuva protectores tua virtute...."
Dengan rapalan yang cepat, Chizuru mengeluarkan sihir yang membuat belut-belut yang menggeliat menyerangnya perlahan-lahan mulai merasakan sesuatu yang menahan mereka.
"...Magia Magistri Caput 21 numerus 11: Durificatio creaturarum ex aqua"
Gerakan monster belut itu mulai kaku perlahan-lahan dan tubuh mereka mengering seperti tanah yang kering. Tubuh mereka yang mengeras hancur seperti partikel atom yang kecil.
Tidak sampai di sana, tak lama muncul lagi sekumpulan monster belut dari perairan itu dalam beberapa detik. Monster belut itu muncul dari berbagai titik.
Kali ini Hiyoko dan Himeji bergerak ke arahnya masing-masing. Chizuru masih mengawasi mereka apabila ada serangan tak terduga.
Hiyoko terbang dan menyerang sekumpulan monster belut yang berada di tengah danau sambil mengendarai Hina.
*FWOOOOOSSSHHHH!!*
Kecepatannya sangat lincah dimana ayam hutan raksasa itu dapat memotong leher monster-monster belut itu dan membakarnya hingga hangus.
Di sisi danau yang lain, Himeji menyelam dan menyerang monster-monster belut itu dari dalam air. Ia berenang melaju ke arah monster belut itu dengan kecepatan yang melesat cepat di dalam perairan yang hanya diterangi oleh Fountain of Kushiro.
Sambil melihat dasar danau yang kabur karena lumpur, Ia menyerang badan monster belut itu satu per satu dengan Dwisula-nya dan memotongnya.
Badan bagian atas para monster belut itu berjatuhan ke dasar danau. Namun tak lama terjadi keanehan dimana badan-badan monster itu melebur dan berkumpul jadi tanah.
Begitu juga partikel kecil dari monster belut yang dikalahkan Chizuru, semuanya berkumpul ke dasar kolam yang gelap menjadi zat yang mirip dengan lumpur. Perairan Danau Akan itu kembali sunyi.
Mereka bertiga pun kembali berkumpul ke tepi kolam itu menyaksikannya.
"Para monster belut itu...."
Hiyoko menyaksikannya dengan penuh keheranan bercampur takjub.
"...melebur?"
Lanjutnya dengan nada lugu bercampur rasa takjub. Chizuru sambil memegang kacamata dan grimoir-nya berpikir sesuatu yang tidak mengenakkan. Namun Ia tetap mengusahakan dirinya untuk tegar dan mengingatkan kedua anggota timnya yang lain.
"Aku masih punya firasat buruk meski mereka sudah tidak menyerang lagi. Terutama partikel-partikel badan mereka."
Chizuru mulai berpikir mengenai monster belut itu.
"Apa jangan-jangan partikel badan mereka adalah salah satu penyebab dari menyebarnya sihir negatif ini ke sekitarnya?"
Tutur Chizuru yang setelahnya dibalas oleh Himeji.
"Persentasenya sekitar 50% dari deduksi dan pengamatanku sepanjang penelitian sebelumnya. Di dasar danau ini aku juga melihat permukaan dasarnya yang berlumpur di bawah marimo. Biota di ekosistem ini juga mengalami perbedaan fisiologi dibandingkan dengan danau-danau di Pulau Honshu yang sudah pernah aku selidiki."
Ujarnya dengan nada datar yang menyampaikan penalaran deduksinya.
"Lalu kita harus melakukan apa?"
Himeji mengutarakan rasa bingungnya. Chizuru kemudian meresponnya.
"Saat ini kita harus tetap waspada terhadap apapun yang akan terjadi. Bagaimana kalau kita coba kumpulkan bukti yang ada terkait penyerangan monster belut tadi?"
Setelah menyarankan pemikirannya, Hiyoko mengangguk setuju pada Chizuru.
"Kau benar! Kita harus mengumpulkan semua bukti yang ada dar penyerangan tadi!"
Sahut Hiyoko yang mencoba mencairkan suasana tegangnya. Chizuru tampak senang dikarenakan perawakan Hiyoko yang menghidupkan suasana agar tidak terlalu tegang.
"Kau ceria sekali ya..."
Ujar Chizuru sambil tertawa kecil.
"Tapi kita harus tetap berhati-hati dalam pengambilan sampel. Aku akan mempersiapkan mantra sihirku apabila terjadi sesuatu. Jadi ayo kita kumpulkan semua buktinya sebelum beristirahat."
Mereka bertiga pun segera mengumpulkan semua bukti yang ditinggalkan oleh para monster belut itu, seperti lumpur bekas partikel badannya.
Beruntungnya para monster belut itu tidak sampai menyerang warga yang tinggal dekat Danau Akan, sehingga tidak ada korban jiwa kali ini.
~
(25 menit kemudian)
Chizuru, Himeji, dan Hiyoko telah mengumpulkan beberapa barang bukti bekas penyerangan tadi, seperti botol yang berisi lumpur dengan strukturnya yang dipengaruhi oleh partikel badan monster belut tadi. Mereka juga menyimpan botol berisi sampel marimo yang didapatkan Himeji sebelumnya.
Karena saat ini sudah malam hari, kegelapan itu menyelimuti langit dengan bintang yang bertebaran dimana-mana. Mereka memutuskan untuk pergi menginap di penginapan terdekat di kota itu.
~
[Hotel Akan, Kota Kushiro, 08:58 P.M]
Di dalam hotel, mereka berkumpul di kamar Chizuru untuk membicarakan perihal penyerangan monster belut sebelumnya. Hiyoko memulai pembicaraan dengan ekspresi antusias.
"Jujur saja monster belut itu mungkin menakutkan, tetapi mereka terlihat tidak begitu kuat bagiku."
Ia mengutarakan pendapatnya mengenai monster belut itu yang mendapat reaksi dari Chizuru dengan kegelisahan.
"Tetapi aku tetap saja tidak bisa membiarkan monster belut itu sampai menimbulkan kekacauan yang lebih besar lagi. Karena itulah, aku juga ingin membicarakannya bersama kalian dalam obrolan ini."
"Selain itu Kishimiya-san, kau sepertinya tidak banyak ketakutan ya. Aku penasaran bagaimana kau bisa memiliki perawakan seperti itu?"
Ujar Chizuru terhadap Hiyoko dimana Ia penasaran sekaligus merasa kagum padanya. Dan dengan senang hati Hiyoko menyahut.
"Itu karena aku sudah terbiasa melawan monster-monster menakutkan seperti itu. Selain itu kesenangan disaat-saat paling mengerikan adalah hal yang penting bagiku."
Chizuru jadi semakin kagum pada Hiyoko yang mengutarakan keberaniannya.
"Kau benar-benar pemberani ya, Hiyoko."
Kali ini kecemasan didalam hati Chizuru perlahan lenyap dan serasa nyaman di sekitarnya. Ia merasa bahwa hawa dari Hiyoko menghilangkan perasaan buruk dirinya.
"Aku belajar dari bagaimana keluargaku ingin agar aku tidak terbawa oleh hal-hal gelap yang timbul dari perang faksi ini. Perasaan sedih dan takut boleh saja, tetapi itu hanya bentuk dari hal-hal buruk yang ditimbulkan oleh orang-orang buruk."
"Dan aku mengikuti semua kata-kata dari beberapa anggota keluargaku, lalu berhasil menikmati segala bentuk hal-hal mengerikan yang biasa ditemui oleh manusia biasa! Itu adalah jejak pengalaman yang paling berkesan dan bermakna untukku!"
Ujar Hiyoko yang sangat antusias dengan moodnya yang begitu jelas terpapar bagi kedua anggota tim-nya. Himeji tidak tampak banyak bereaksi seperti boneka dan Chizuru tertawa kecil sambil merasa takjub dengan Hiyoko.
"Jadi aku seperti benar-benar memahami seperti apa perasaan yang monster belut itu berikan! Bikin was-was tetapi misterinya benar-benar menggugah isi hatiku untuk mencari tahu lebih banyak!"
Serunya sambil bergestur keasyikan menceritakan dirinya. Tentu saja peralihan topik pembicaraan ini disadari oleh Chizuru dan Himeji yang memperhatikannya.
"Pada akhirnya pembahasan ini berubah jadi curahan isi hatimu, Kishimiya Hiyoko."
Gumam Himeji yang memasang raut wajah mirip ekspresi mannequin, namun dengan perasaan kesal. Chizuru hanya bisa mempermaklumi dan tertawa kecil.
"Omong-omong mari kita kembali ke pembicaraan soal monster belut. Apakah tidak ada dari kalian yang merasakan keanehan dari serangan itu?"
Himeji mengajak mereka untuk kembali ke topik pembicaraan sebelumnya, sambil menjaga ekspresi datarnya. Chizuru pada akhirnya mencoba mengutarakan pemikirannya.
"Jujur saja, aku selalu memiliki firasat buruk mengenai monster itu. Karena... mereka seperti bersemayam di tempat itu dan memanfaatkan kemampuan melebur badan mereka... seperti untuk bisa bangkit kembali dalam periode tertentu."
Chizuru mengutarakan bagaimana Ia cukup skeptis apabila monster belut itu benar-benar dengan mudah dapat dikalahkan begitu saja. Sebagai salah satu wizard, Chizuru sudah belajar bagaimana tiap makhluk itu pasti memiliki suatu ciri khas yang tak disangka-sangka dapat dilakukan.
Seperti saat dia menghadapi Oni di Osaka sebelumnya bersama rekan satu divisinya, Chizuru mengetahui bahwa Batu Kacang Hitam itu merupakan katalis yang menggambarkan konsep kekuatan mereka. Sehingga wajar apabila monster belut kali ini akan mengambil konsep yang sama pula.
Himeji tampak tertarik dengan pemikiran yang Chizuru jabarkan, sehingga Ia ingin memintanya untuk melanjutkannya.
"Bisakah kau menjabarkan lebih lanjut mengenai pemikiranmu, Yamaguchi Chizuru?"
Pintanya kepada Chizuru yang kemudian menjawab.
"Aku memiliki asumsi seperti ini dikarenakan aku sempat mempelajari soal keberadaan monster-monster seperti itu di universitas ku dulu. Dalam pelajaran mengenai makhluk yang ada di dunia ini, terdapat sistem pembagian tingkatan kekuatan berdasarkan konsep kemampuan dan level ancamannya."
"Ada makhluk yang menggunakan konsep peningkatan kekuatan dirinya dengan penalaran di tingkat ancaman fisik, dan ada juga yang menggunakan konsep ancaman tingkatan astral. Tingkat ancamannya ditentukan dari apa prinsip yang Ia pegang atas kekuatannya. Sehingga seakan-akan kegaiban makhluk itu tidak menentukan tingkat ancaman dari konsep kekuatannya."
"Selain itu, sekuat apapun kekuatan yang mereka gunakan apabila motif dari pembentukan konsep kekuatannya dangkal tetap dapat dikalahkan secara telak. Oleh karena itu semakin kompleks sistem kemampuan yang dia miliki, semakin sulit untuk dikalahkan baik di tingkat Fana maupun Nirvana."
Chizuru menjelaskan secara lebar dan mendetail mengenai pengetahuan terkait makhluk-makhluk yang ada di dunia ini dari universitasnya.
"Jadi apabila seseorang memiliki pengetahuan yang mendalam tentang kekuatan yang Ia miliki, Ia dapat meningkatkan tingkatan ancamannya sesuai dengan paham yang membentuk konsep kekuatannya. Oleh karena itulah makhluk-makhluk seperti iblis dan malaikat biasanya akan memiliki level ancaman yang lebih besar baik secara fisik maupun astral."
"Dan dalam kasus Badai Belut ini aku dapat menyimpulkan dari penyerangan yang kita alami sebelumnya, pasti melibatkan kekuatan yang lebih kompleks dan lebih kuat dari sebelumnya."
Himeji dan Hiyoko dibuat terpukau oleh pemahaman Chizuru mengenai semua makhluk yang ada di dunia ini. Mereka berdua mendengarkan penjelasannya secara seksama dan mendapatkan kesan yang melekat dari sikap kewaspadaannya Chizuru.
"Jadi apakah karena itu kau selalu khawatir dan was-was seperti melawan monster belut itu ya?"
Ujar Hiyoko yang mencoba menebak dan menghubungkannya dengan kejadian sebelumnya. Chizuru terkesiap lalu tertawa kecil mencoba menjelaskannya.
"Umm... soal itu sih aku memang selalu was-was kalau ada sesuatu. Karena aku kesulitan untuk menilai baik atau buruknya suatu monster atau makhluk lainnya yang aku hadapi. Oleh karena itu.... aku selalu melihat sesuatu dari apa yang aku pelajari. J-Jadi aku merasa bahwa apa yang pelajari di Universitas Big Ben ini berguna untuk membantuku memutuskan sesuatu....."
Hiyoko tampak terkagum-kagum dengan apa yang Chizuru ceritakan tentang alasan sikapnya yang was-was dan skeptis itu.
"Wow....! Kau ternyata lebih banyak tahu dan bisa mendeskripsikan sesuatu yang aku tidak bisa katakan!"
Matanya yang berwarna pink itu berbinar-binar dengan penuh rasa kagum terhadap si pria berkacamata itu. Hal itu sontak membuat Chizuru makin gugup sekaligus malu atas pujian yang dilontarkan oleh Hiyoko.
"B-Begitu ya... sebenarnya tidak ada yang spesial dariku. Hehe..."
Ia tertawa kecil sambil mengusap pipinya. Himeji kemudian ingin mengembalikan topik pembicaraannya lagi.
"Mari kita kembali membahas tentang monster belut. Jujur saja aku cukup takjub dengan pemahamanmu yang bagus, Yamaguchi. Jadi aku ingin menjabarkan analisisku sesuai dengan apa yang kau pelajari soal monster belut itu."
"Besar kemungkinan bahwa monster yang kita hadapi memiliki pemimpin yang mendapatkan kendali penuh atas sekumpulan monster belut itu. Dari kesaksian penduduk yang tinggal di sekitar wilayah itu ada yang percaya bahwa hal ini disebabkan oleh fenomena alam, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa Catastrophe ini terjadi akibat ulah dari monster yang menyerang daerah ini dari lautan."
"Lalu dari segi temperatur perairan Danau Akan yang aku selidiki lebih panas dari temperatur normalnya yang mencapai 31℃. Sekalipun Fountain of Kushiro yang memberikan pancuran air. Apakah mungkin monster itulah yang menyebabkan perubahan kondisi air beserta sekitarnya?"
Setelah Himeji menyampaikan deduksinya, Chizuru lalu menanggapinya.
"Kemungkinan besar begitu. Besok kita harus berkumpul di Seikan untuk menyampaikan hasil observasi dan penyelidikan kita dengan tim lainnya. Untuk penyusunan hasil dari observasi tim kita aku yang akan mengurusnya."
Chizuru menawarkan dirinya sambil meyakinkan kedua rekannya yang lain untuk sisanya. Himeji dan Hiyoko menyetujuinya.
"Baiklah, sisanya kami serahkan padamu Yamaguchi."
Sahut Himeji yang tersenyum kecil sambil berekspektasi pada Chizuru. Hiyoko juga merasa senang atas kesediaannya.
"Tolong disusun ya~!!"
Kata Hiyoko dengan nada ceria menyemangatinya, yang dibalas dengan senyuman dari Chizuru.
"Aku pastikan semuanya akan tersusun dengan baik. Kalian berdua istirahat saja dulu."
Pintanya pada kedua rekan timnya.
"Baiklah, kami akan pergi tidur dulu. Selamat malam, Yamaguchi."
"Selamat malam ya, Yamaguchi-san."
Himeji mengucapkan salam diikuti oleh Hiyoko yang menyusul.
"Selamat malam ya, Kishimiya-san, Umihara-san."
Si pria berkacamata itu mengucapkan salam balik terhadap wanita berambut biru bercampur hijau dan si rambut kuning. Kedua wanita itu pergi ke kamarnya masing-masing, dimana Chizuru mulai menyusun hasil dari penyelidikan dan observasi itu untuk dilaporkan besok.
Malam itu menjadi sesuatu yang memberikan banyak pengetahuan baru antar ketiga anggota tim yang menyelidiki Kota Kushiro.
......................
[Seikan, Hokkaido 09:01 A.M]
Keesokan harinya, semua tim berkumpul untuk menyampaikan hasil observasi dan penyelidikan itu dimana Juna yang memimpin diskusi itu.
"Berdasarkan keterangan dari Kepala Sekolah Fujiyama dari Akademi Yukihara, wilayah ini kekurangan pengelolaan yang efektif dari pemerintah dikarenakan Catasthrophe ini tidak sampai menimbulkan ancaman yang lebih besar seperti di Pulau Honshu."
Ia menjabarkannya dengan nada yang serius dan melanjutkan penyampaian hasil penyelidikannya.
"Dari keterangan yang didapatkan oleh Sugimoto dan Kageyama, di Kota Sapporo memiliki kendala utama berupa kurikulum pendidikan yang kurang efektif untuk menunjang para murid dalam mencari tahu penyebab Badai Belut ini. Selain itu untuk Tree of Kugihara yang ada di Kota Sapporo masih berfungsi, namun tidak berjalan optimal dikarenakan Badai Belut."
"Meskipun aku tidak yakin apabila Badai Belut hanyalah bencana alam biasa setelah mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan. Oleh karena itulah kali ini kalian harus menyampaikan apa saja yang kalian berhasil selidiki untuk diskusi lebih lanjut."
Si wanita berambut perak itu menatap yang lain dengan tegas seraya menginginkan hasil penyelidikan tin lainnya.
"Jadi apa saja yang kalian dapatkan? Tolong untuk masing-masing tim laporkan semua hasil penyelidikan kalian."
Perintah Juna sambil menatap mereka satu per satu dengan nada yang tegas dibalik wajah tenangnya. Saburou mewakili tim penyelidikan Kota Asahikawa.
"Aku akan mewakili timku. Di Kota Asahikawa banyak sekali ras non-manusia, seperti ursuma dan juga ras felix sepertiku yang kesulitan dalam menghadapi efek samping dari Badai Belut ini. Dari segi pengelolaan limbah organik untuk di daur ulang sampai masalah beradaptasi yang dilakukan oleh ras ursuma. Untuk Tree of Kugihara yang Tuan Mars selidiki tidak jauh berbeda seperti yang Nona Juna sebutkan tadi di Kota Sapporo."
Ia menyampaikannya dengan nada yang santun. Juna mendengarkannya secara seksama dan paham, bagaimana ras non-manusia termasuk ras Saburou sendiri yang masih mendapatkan kendala dalam beradaptasi di tempat itu.
"Baiklah, kalau begitu lanjutkan untuk tim yang lain."
Kali ini tim penyelidikan yang dipimpin oleh Yukari menyampaikan hasil penyelidikannya yang disampaikan oleh Yukari sendiri.
"Di Kota Hakodate kami mendapatkan informasi yang benar-benar berbeda dari apa yang kebanyakan dikira oleh orang lain. Berdasarkan keterangan yang aku dapatkan dari suster dan pastur Gereja Ortodoks Hakodate, Badai Belut ini disebabkan oleh kekuatan dari monster laut bernama Umihirogaru Sang Raja Belut."
Yukari lanjut menjabarkan informasinya secara tegas dan rinci.
"Dan mayoritas penduduk di Kota Hakodate benar-benar mengetahui persis bagaimana serangan monster belut itu mempengaruhi kondisi wilayah di sana."
Beberapa anggota tim yang ada di sana tampak tercengang dengan informasi yang Yukari sampaikan. Namun Juna memberi bahasa isyarat untuk menenangkan mereka sambil mendengarkan semua informasi itu.
"Lalu apakah ada informasi lain?"
Pinta Juna terhadap Yukari.
"Berdasarkan kesaksian dari Shiroyanagi dan Sakuragi, energi positif di tempat itu juga tertabrak dengan energi negatif dalam jumlah yang lebih besar yang kemungkinan besar berasal dari Umihirogaru juga. Sehingga Tree of Kugihara di Kota Hakodate telah terkena pengaruh dari energi negatif itu."
Tuturnya melanjutkan laporan yang disampaikan. Juna setelah itu menengok ke arah tim penyelidikan Kota Kushiro.
"Bagaimana dengan tim kalian?"
Ia bertanya sambil menatap mereka dengan tatapan yang cukup dingin dari keseriusannya. Chizuru mencoba mengumpulkan napas untuk mewakili timnya dengan menyampaikan semua yang mereka alami. Ia juga memegang hasil penyelidikan yang Ia susun sebelumnya.
"Kemarin kami sudah mendapatkan beberapa hasil dari apa yang kami amati. Yang pertama adalah hasil panen dari kota itu telah dipengaruhi oleh efek samping dari Badai Belut. Fountain of Kushiro pun tidak mampu bekerja secara maksimal dari fungsi sebenarnya meskipun kondisi udaranya tidak benar-benar tercemar."
"Buah dan sayur di sana juga memiliki rasa yang tidak begitu segar bila dibandingkan dengan pertanian di Pulau Honshu. Aku menggunakan sihir purifikasi ku untuk mencoba memurnikan pancuran air-nya, tetapi efeknya hanya bertahan sementara."
Lalu Juna merespon Chizuru setelah Ia menyampaikan hasil penyelidikannya.
"Apakah hanya segitu informasi yang kau dapatkan?"
Chizuru lalu melanjutkan laporan dari informasi yang dia dapatkan beserta kejadian yang menimpanya.
"Kemarin..... kami diserang oleh monster belut itu... tetapi setelah dikalahkan, monster belut yang sudah menjadi partikel kecil berkumpul ke dasar danau yang mengubah struktur lumpur yang ada di bawah marimo di Danau Akan..."
Mata ungu dari Juna tampak melebar terkejut bersama dengan beberapa anggota yang lainnya.
"Lalu bagaimana dengan kalian dan warga lainnya? Kalian tidak kenapa-napa kan?"
Yukari memasang wajah khawatir sambil menatap Chizuru dan anggota tim penyelidikannya. Chizuru menggelengkan kepala dan menanggapinya.
"Kami baik-baik saja. Dan untungnya tidak ada warga yang menjadi korban karena hanya kami bertiga yang saat itu di dekat Danau Akan. Lalu...."
"Kami ingin menunjukkan hasil dari pengamatan kami di Danau Akan. Yaitu.... sampel dari kondisi perairan dan biota ekosistem yang telah diizinkan oleh penduduk di dekat wilayah Danau Akan."
Juna kemudian meminta Chizuru untuk menunjukkan sampel itu.
"Tolong tunjukkan pada kami sampel yang kau dapatkan itu, Yamaguchi."
Pintanya dengan nada yang tenang namun tegas. Chizuru kemudian menoleh ke arah Himeji dan Hiyoko untuk memberi isyarat pada mereka. Keduanya kemudian menunjukkan masing-masing sampel berupa botol yang memiliki isi yang berbeda-beda. Salah satunya berisi alga marimo yang tertutupi oleh sedikit partikel hitam yang menghalangi permukaannya yang berwarna hijau. Dan satunya lagi berisi lumpur dengan struktur yang lebih halus mirip dengan abu vulkanik, lebih lembek.
Juna memperhatikan isi botol itu bersama dengan anggota lainnya yang mendekati botol yang dipegang oleh Himeji dan Hiyoko.
"Marimo-nya terlihat tidak begitu segar..."
Ujar Inazuki yang mengomentari sampel berisi marimo itu.
"Hmm.... lumpurnya juga terlihat sangat lembek bila dibandingkan lumpur-lumpur yang aku lihat sebelumnya."
Mars juga mengomentarinya dimana Ia sudah begitu familiar dengan berbagai jenis lumpur yang kemudian ditanggapi oleh Inazuki dengan sedikit candaan.
"Kekuatanmu juga berkaitan dengan lumpur kan?"
Tuturnya sambil tertawa kecil yang direspon oleh Mars dengan decikan kekesalan.
"Itu hanya kebetulan saja. Aku menyampaikan apa yang aku tau."
Sahutnya yang menahan sedikit kekesalan dibalik perawakannya yang menjaga kefokusannya.
Juna pun mengalihkan suasana itu dengan melanjutkan diskusinya.
"Baik, sekarang aku mengerti. Jadi sekarang berdasarkan semua bukti yang didapatkan oleh masing-masing tim penyelidikan tiap kota yang ditentukan, kita dapat menyimpulkan semuanya menjadi empat. Yang pertama adalah Kota Sapporo yang menjadi ibukota di Pulau Hokkaido, memiliki kendala dalam mengembangkan murid agar dapat berkontribusi secara efektif. Lalu di Kota Asahikawa mayoritas kaum non-manusia mengalami masalah dalam beradaptasi dengan wilayah itu."
"Untuk di Kota Hakodate mayoritas penduduk yang ada di tempat itu telah mengetahui bahwa monster belut pernah menyerang wilayah itu, yang didukung oleh kesaksian dari pastur dan suster dari Gereja Ortodoks di sana. Dan untuk di Kota Kushiro Danau Akan menjadi pusat dari salah satu titik yang menyebarkan pengaruh dari Badai Belut yang merupakan ulah monster bernama Umihirogaru."
"Jadi semuanya terhubung mengapa fasilitas yang diberikan oleh Organisasi Hēnok dari Libra Liberation, lalu kurangnya penyebaran informasi menyebabkan banyaknya penduduk yang beranggapan bahwa Badai Belut adalah fenomena alam yang terjadi secara periodik."
"Dan kunci dari masalah yang ada di Pulau Hokkaido adalah Umihirogaru, yaitu si Raja Belut yang Yukari sampaikan berdasarkan cerita dari pastur dan suster di Gereja Ortodoks itu. Jadi saat ini yang perlu kita rencanakan adalah bagaimana cara kita menghadapinya dengan strategi yang efektif. Oleh karena itu kita harus menyusun rencana mulai sekarang."
Kata Juna sambil melihat ke masing-masing anggota tim yang berkumpul di sesi diskusi ini. Sakuya kemudian bertanya sambil mengangkat tangannya.
"Bagaimana rencana yang akan kita eksekusi untuk menghadapi Umihirogaru? Apakah berarti kita harus membagi tugas sesuai dengan apa yang cocok bagi kita?"
Juna lalu meresponnya sambil mengangguk.
"Iya, dan pengeksekusian rencana ini tentunya akan memakan waktu lama agar bisa berjalan efektif. Oleh karena itu kita harus mempersiapkan diri kita masing-masing dengan memanfaatkan semua informasi dan apa yang kita dapatkan dari penyelidikan kemarin."
"Jadi untuk saat ini, kita beristirahat dulu di hotel yang ada di Kota Sapporo, untuk dipikirkan baik-baik sambil berkoneksi terhadap masing-masing pihak yang paling berpengaruh dalam permasalahan ini."
Juna dengan rasa tanggung jawab dan keinginan yang besar untuk menyelesaikan masalah ini ingin menyusun rencana yang efektif. Selain itu dengan mendengar pengaruh Satomi yang tersebar di Kota Sapporo semakin mendorong niat dan keinginannya untuk mewujudkan visi itu, diam-diam dari orang-orang yang ada di sekitarnya.
Pada diskusi saat itu berakhir dengan banyaknya informasi yang berhubungan satu sama lain dan berpengaruh besar dalam eksekusi misi kali ini. Sekalipun anggota tim Catasthrophe Hunter yang berpartisipasi dan bekerja sama memiliki motif dan keinginan yang berbeda-beda entah itu tersirat atau tidak, kerja sama ini menunjukkan bagaimana hal yang mereka pegang sangat berpengaruh pada kinerja mereka di organisasi tersebut.
................
...----------------...
(Disisi lain)
Jauh dari para anggota Catasthrophe Hunter yang saat ini sedang berdiskusi dan bersiap-siap meninggalkan Seikan untuk pergi ke Kota Sapporo, terdapat seseorang yang diam-diam mengawasi mereka sambil duduk di suatu tempat yang sulit terjangkau mata.
"Menarik ya....."
Ia memiliki wujud wanita cantik dengan penampilan seperti siluman rubah berwarna ungu bercampur merah di bagian rambut dan telinga rubahnya. Ia memiliki ekor sembilan di belakangnya dan menggunakan kimono yang indah dan cocok dengan badannya yang ramping.
"Para boneka yang menarik dari Astraea Conviction... yang memiliki dedikasi untuk melawan Sang Raja Belut..."
Wanita itu tertawa kecil sambil memandangi mereka, terhibur oleh tindakan mereka dengan senyuman yang licik dan misterius.
"Sepertinya tidak ada ruang bagiku untuk mencari masalah sejak dewa itu pasti akan langsung turun tangan untuk mengacaukannya. Tetapi ini akan menjadi tontonan menarik untuk mengawasi boneka-boneka yang menakjubkan ini..."
Sambil menutup mulutnya dengan kipas Ia melanjutkan perkataannya.
"Kau pasti sedang mengawasi mereka dari sana bukan...?"
"Izanagi-no-Mikoto...."
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments