Ucapan mamah Ara selalu terngiang di telinga Riza.
Alhasil Riza pun melepas ciumannya dan turun dari ranjang,masuk kamar mandi menutup pintu dengan keras.
Berdiri di depan cermin,meneguk saliva nya.Melihat pantulan diri nya di sana.Bayang-bayang bibirnya yang ******* bibir Galina sangat terlihat jelas.
Dan sempat menyentuh dua aset berharga milik Galina, namun suara Mamah terus terdengar.Riza memejamkan mata dan membuka nya kembali.Melihat bibirnya dari pantulan dan menggigit nya.
Senyuman terbit di bibir Riza.
"Ternyata baru pertama melakukan,aku bahkan tidak percaya karena tingkah mu waktu itu.Galina!!.."
Riza pun menggelengkan kepala dan meraih handuk di ujung untuk di dekatkan di sebelah wastafel.Mandi adalah jalan satu-satunya untuk meredam jiwa yang sudah memanas.
.
.
.
Mobil melaju sangat pelan,entah apa yang direncanakan Riza.Sudah Galina dipaksa menunggu di mobil lebih dari setengah jam.Padahal jadwal jam tambahan belajar pukul sembilan lima belas.
Week end jalanan sangat macet,banyak orang-orang menghabiskan waktu di luar hanya sekedar jalan dan berlibur sejenak.
Berkali-kali Galina melihat jam di pergelangan tangan,namun sedari tadi pula Galina tidak berani menoleh ke arah samping.Dari rumah hingga sekarang kedua nya masih terdiam.
Tidak ada yang bicara dahulu maupun mengutarakan apapun.
Lampu merah terakhir dan seratus meter lagi sekolah Galina.Langsung menyebrang dan masuk di area parkir.Riza menghentikan mesin mobilnya.
Galina yang tahu mobil berhenti pun mencoba membuka pintu tanpa menoleh.
"Terimakasih mas!" ucapnya,tapi tatapannya ke lain arah.
Langkah kaki kirinya sudah setengah turun,namun pergelangan tangan nya di tarik oleh Riza.
Galina menoleh dan membesarkan bola matanya.Riza memegang kedua bahu wanita di depan nya.
"Apa??...." Ucap Galina pada Riza.
Lelaki itu pun terkekeh "Ponsel mu tertinggal di ranjang.Bagaimana bisa menghubungi mas jika ponsel tertinggal.Galina tidak mau kan pulang naik ojek lagi?!"
Seolah tidak terjadi apapun,Galina memutar bola mata dan memandangi pria di depannya.
"Galina hanya enam puluh sampai sembilan puluh menit,kemungkinan pukul sepuluh sudah keluar Mas!" ucap Galina pada Riza,gadis itu tahu jika Riza butuh pernyataan nya untuk menjemput.
"Nanti Galina telfon mas,jika sudah keluar kelas!."
Riza pun mengangguk,dan melihat Galina berbalik badan lalu turun dari mobil.Menutup kembali pintu,Galina tak menengok ke belakang sama sekali.
Tring!
Ponsel Riza berbunyi menandakan sebuah pesan masuk.
Terimakasih sudah membelikan,dan mengingatkan 😌
Tanpa panggilan atau apapun,hanya sebuah kalimat.
"Dingin sekali dia,kenapa jadi seperti itu setelah aku cium bibir nya?!"
Bibirnya menyunggingkan senyum tipis.
.
.
.
Bukan lalu pergi setelah Galina turun,Riza masih di sana dan tak bergeser pun padahal sudah tiga puluh menit.Kelas Galina sangat terlihat dari tempatnya parkir.
Beberapa kali Galina keluar,dan masuk membawa buku.Mungkin buku paket pelajaran atau buku tumpuk siswa.
Kadang kala suara riuh gemuruh terdengar dari kelas Galina.Riza yang mendadak perut nya bunyi menjalankan kembali mobil nya mencari Restauran atau Hotel untuk sekedar makan.Belum sarapan dan langsung mengantar kan Galina membuat dirinya lupa jika harus mengisi perutnya.
.
.
.
"Mbak..." Ucap seorang wanita setengah tua memasuki pintu begitu saja.
Mbak art pun keluar dari arah dapur dan mendekati suara itu.Matanya berbinar ketika melihat seseorang yang sangat dia kenal.
"Nyonya sudah pulang?"
Ara mengangguk,meletakkan bobot tubuhnya di sofa dan meraih air mineral yang sudah di tata di meja.
Melihat itu seketika mbak art memegang kotak penyimpanan air mineral.
"Saya buatkan teh atau yang lain saja!?"
Ara menggeleng dan mulai meminum nya.
"Nanti saja Mbak,aku sedang haus sekali.Motor Fandi mogok di ujung sana,sudah ku bilang pakai mobil.Tapi bandel katanya ingin nostalgia!"
Ara memutar bola matanya jengah.Hari ini sangat panas dan di pastikan Nyonya nya itu jalan dan meninggalkan suaminya di ujung.
Menutup mulut nya, ternyata mbak art menahan senyum.
"Tuan dimana?"
"Ngobrol di rumah sebelah sana dengan pak teguh,beliau juga mengerti tentang otomatis.Ahhh entah lah mbak,saya capek yang jelas!"
Mengerti dengan keadaan rumahnya dulu.Ara meraih selembar tabloid jadul untuk ber kipasan.Ac hanya lah tersedia di kamar saja.
"Nyonya,hari ini Galina dan Den Riza sedang keluar,mereka turun dan keluar kamar pukul delapan,bahkan Den Riza turun dengan rambut yang basah!"
Ternyata mbak art tidak hanya membantu di sana,dia juga di tugaskan untuk memata matai Anak dan juga menantunya.
"Benar itu mbak?" tanya Ara meyakinkan.
Mbak art pun mengangguk.
"Selama saya pergi menemani Mita,apa terjadi sesuatu?"
Mbak art berfikir sejenak,dan mencoba mengingat nya.
"Seperti nya hanya Galina yang pernah di rawat di Rumah sakit nyonya!!"
Seketika Ara tercengang dengan pernyataan mbak art sekaligus mata-mata nya di sana.Art itu pun mengangguk.
Mbak art juga baru tahu jika nyonya besarnya tidak mengetahui itu.
.
.
.
Kembali lebih cepat dan berpindah posisi parkir.Riza tak mengabari jika sudah di sana,dan Galina pun belum mengabarinya jika sudah keluar kelas.Matanya melihat Galina bersama beberapa siswa lain,berkerumun dan saling tertawa.Ada salah satu yang membuat mata nya memicing.
Sekolah seperti ini ada cowok nya?
Tanya Riza dalam hatinya sendiri.Bukan hanya satu dua orang,lima orang bersenda gurau bersama di sana.Dan bahkan Galina merasa sangat senang dan bahagia.
Tak lama ponsel Riza berdering.
Mamah ku ❤️
Begitulah yang terlihat di layar ponsel nya.
"Ha....."
"Za,jika sudah selesai cepat pulang.Mamah di komplek menunggu kalian dari tadi!!"
"Iya mah.."
Bagai petasan di sebelahnya,suara Ara langsung meluap dan meletup terdengar jelas di telinga Riza.Sekalipun menjauhkan ponsel nya pun suara ara masih terdengar jelas.
Panggilan di akhiri dan Riza beralih ke aplikasi hijau untuk mengirim pesan pada Galina.Selesai menutup,mata nya melirik cukup jauh di depan sana.
Dahi Riza mengerut,ketika melihat seorang siswa membenarkan tali sepatu Galina yang lepas.Dan Galina meraih ponsel baru nya di tas.Membuka pesan yang terlihat.
"Hah...?" tanya sendiri dan tercengang.
Wajahnya mendongak dan benar saja Riza bukan hanya di mobil,dia sudah turun dari mobil dan mendekati nya dengan mata yang santai.
Seketika Galina menarik sepatu nya.
"Na,belum selesai!" Temannya pun mendongak kepada Galina,namun Galina melihat orang di depan nya sana.
Teman nya pun ikut menoleh ke belakang.
"Pulang Galina, Mamah menunggu di rumah!"
Tidak banyak kata,Riza langsung berbalik melangkah kembali ke mobil.
"Siapa Na?.."
"Kok di tunggu Mamah,bukannya ibu mu sudah meninggal?"
Sedangkan seorang yang membenarkan tali sepatu Galina,ingin meraih nya namun Galina seketika berdiri.
"Temen-temen,Galina pulang dulu ya?? Daaaah..."
Pertanyaan dari temannya tak satupun terjawab.Galina sedikit lari karena Riza sudah masuk ke dalam mobil.
Beruntung tali sepatu tidak sempat terinjak di jalan.
.
.
.
to be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
@⍣⃝కꫝ🎸BuNdAιиɑ͜͡✦🇵🇸
kenapa gitu banget temenannya, galina?
2023-10-26
0