Membereskan rumah dan merapihkan semua barang-barang yang telah dibawa nya dari kampung.Pak Syamsir bahkan bingung harus melakukan apa di sana.Keseharian nya di sawah dan kebun namun sekarang dia harus duduk saja.
Hingga malam menjelang,Riza keluar dari kamar.Langkahnya terhenti ketika melihat mertua nya sedang duduk melamun dan menonton televisi.Walau bagaimana pun dia adalah orang tua, menghargai dan menghormati adalah kewajiban bagi Riza.
"Pak.. Dimana Galina?"
"Ada di belakang nak Riza"
Riza pun melangkahkan kaki nya ke dapur,benar saja dia ada di sana.
Tak sengaja menengok,Galina tersenyum canggung pada Riza.
"Mas, Galina sudah menanak nasi.Begini betul tidak?" Dia pun membuka magic com.Riza tahu yang dimaksud Galina,dikampung dia hanya memasak dengan panci yang bahkan bagian bawahnya terlihat hitam semua.
"Ini nya dinyalakan Na,jika nyalanya berwarna hijau berarti dia matang.Jangan dibuka sampai matang!"
Riza menekan bagian menanak,sudah bisa di pastikan jika beras yang di dalam melar dan hanya hangat.
Galina mengangguk,karena belum tahu dan tidak bertanya.
"Di lemari pendingin hanya ada telor,mas tidak apa-apa?"
Riza masih melihat istri di depan nya.
"Aku akan keluar,mobil ku sebentar lagi di antar oleh Ricko.Makan lah dulu jika merasa lapar,tidak usah menunggu ku!"
Hanya anggukan,Galina kembali membuka lemari pendingin.Riza pun melihat nya,memang benar tidak ada apa-apa selain telur disana.
.
.
.
Berjabat tangan dan menerima beberapa dokumen di dalam map,Riza dan Ricko telah membeli sawah.Tidak tanggung-tanggung satu hektar dia membelinya.
"Ini tidak terlalu banyak Pak?"
Riza menggeleng "Rick,besok aku ingin mengurus sesuatu.Gantikan jadwal ku meeting!"
Ricko pun mengangguk paham.Sebelumnya sudah mendapat mandat dari nyonya bos,dia tahu apa yang harus dilakukan.
Sementara Ricko meninggalkan Hafi di Aceh bekerja sendiri.Di sini dia mengurus Riza yang mendadak nikah.Ternyata urusan Riza lebih runyam dari pada Hafi dulu.
"Aku ingin kau besok sudah mendapat kartu untuk Galina.Bukan apa-apa,aku malas jika menunda mengurus nya.Itu kemauan Mamah!"
Ricko hanya mengangguk tak henti sesekali menulis semua perintah Riza.
Jika di fikir memang benar ucapan Riza,mengurus dari sekolah hingga keperluan Galina lalu Pak Syamsir dan juga kedepannya.Sudah terlanjur menolong kenapa tidak di tuntaskan sekalian.
Uang bisa dicari,namun keselamatan manusia tidak bisa datang kedua kali jika kita mampu membantu nya.
Dilihat dari pandangan Ricko,Riza langsung mengerjakan semua nya meski berat itu semua demi Mamah nya yang pernah berucap "Lakukan semua,dan tunggu hasilnya dari Tuhan!"
"Setelah ini aku antar kau pulang Rick,dan aku akan kediaman Papah!"
"Baik Pak.."
.
.
.
Tak butuh waktu lama,Riza sampai di rumah utama.Mobilnya memasuki gerbang dia pun keluar dari sana melenggang begitu saja masuk ke rumah.
Memasuki kamar dan membuka lemari,tubuhnya terpaku dan tercengang akan kekosongan lemari.Sepi tak ada selembar pun.
Ara yang mendengar ada seseorang masuk ke kamar Riza pun ikut masuk karena pintu terbuka.
"Kenapa kemari?!"
Riza menoleh "Astaga Mah,pakaian ku kemana?!"
Bukan jawaban melainkan pertanyaan lagi.
"Mungkin sudah sampai di rumah mu.Kamu belum menjawab kenapa kemari?"
"Mah,ini rumah Papah..."
"Bukan rumah mu juga ya Za! Kalau rumah Oma iya!!"
Ucapan Riza belum selesai namun Mamahnya terus menimpali hingga dia pun mengusak kasar wajahnya.
"Apa iya aku harus pindah,dan memindahkan semua nya seperti ini.Tidak ada sisa pun untuk aku pakai disini? Mamah mengusir ku atau bagaimana?!!"
"Za,bukan nya Mamah pilih kasih.Tugas mu sekarang menjadi pemimpin keluarga.Jangan seperti anak kecil, Galina harus kau bimbing! Jika Mamah melarang untuk tidak menyentuhnya tidak mungkin.Anak Mamah normal kan?!"
Mendengar itu seketika Riza sedikit bingung ingin menjawab.Dirinya bahkan tidak menyentuh sama sekali Galina,namun terkadang sering terlintas bayangan ketika Galina naik di atas dada nya saat di gubuk itu.
Riza pun memejamkan mata dan menggeleng cepat!
"Nah kan,kau pasti sedang memikirkan nya!"
Kepergok membayangkan,Riza berlalu berjalan cepat keluar dari kamar dan di ikuti oleh Ara.
"Za,jangan kemana-mana dulu Mamah ingin bicara!!".
Langkahnya terus mencoba menyamakan dengan Riza,karena Riza terlalu cepat.Dan seakan terburu-buru.
"Mbak ikut aku satu ya Mah?"
"Kamu tidak butuh pembantu di sana Za!"
Menghempaskan tubuhnya di sofa panjang.Riza benar-benar lelah dengan situasi ini.Hari-hari nya mendadak sibuk berkali-kali lipat.
"Galina besok sekolah,lalu siapa yang akan mengurus rumah Mah? Mamah menjadikan dia menantu kan bukan pembantu?".
"Hustttt!! Sembarangan!"
"Maksud aku,biar mbak yang mengajarinya mengurus rumah.Satu atau dua bulan kembali lagi ke sini!"
"Lalu Mbak akan tidur dimana?"
"Nanti aku bikinkan kamar dibelakang sedikit!"
Ara tanpa fikir panjang harus mengalah pada anakny.Merelakan art dirumahnya untuk membantu sementara waktu di rumah nya yang dahulu.
Memang rumah itu sudah banyak perubahan,selain di jaga dua orang pengawal.Beberapa waktu lalu sempat di bangun karena Ara berfikir suatu saat akan ditempati anaknya atau di sewakan.
Kedua manusia Ibu dan anak mengobrol panjang lebar,dari mulai kehidupan Galina yang sederhana,usia,sekolah dan tentunya masa depan.Riza mendengarkan semua ucapan Mamah nya.
"Dan mamah yakin,kamu belum menyentuhnya Za.Kalau bisa jangan,Galina masih sekolah,bagaimana jika kalian khilaf dan Galina hamil? Seusia nya rawan Za,Kalaupun melahirkan Ibu nya bisa tak tertolong"
Riza tetap diam,matanya melihat televisi.Telinga nya mendengar kan dan sesekali menoleh melihat wajah Mamah nya yang semakin hari semakin terlihat kerut di sebelah matanya.
"Cari beberapa orang untuk mengerjakan sawah.Jangan hanya padi yang ditanam di sana,kalau bisa sayuran dan yang lain!"
"Sewa lah rumah untuk para pekerja,kalau dilihat dari letaknya cukup jauh dari sini.Ambil satu pekerja Mita yang berkompeten dan jujur,ajak dia untuk membimbing Pak Syamsir.Mungkin jika di desa beliau bisa sendiri.Tapi ini kota!"
"Mamah yakin Pak Syamsir tahu tentang persawahan dan perkebunan,beli lah bibit unggul dari produsen.Mamah harap kau melakukan semua ini Za.Sekalipun nantinya kau tetap tidak bisa membuka hatimu untuk Galina dan kalian bercerai, Mamah tetap menganggapnya anak untuk menemani Inggira!"
Tanpa terasa air mata Ara menetes.Mengingat darimana asalnya dan dari keluarga yang tidak mampu.Ditinggalkan kedua orang tua saat umurnya masih muda.Ara termasuk masih beruntung karena dia tergolong orang yang mampu.Tidak seperti Galina,gadis pintar,cantik yang hampir dirampas kebebasan nya oleh manusia yang tidak punya otak.
.
.
.
To be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
@⍣⃝కꫝ🎸BuNdAιиɑ͜͡✦🇵🇸
riza gak akan menceraikan galina. yg ada malah jatuh cinta
2023-10-20
0