Menjelang petang,Galina membuka matanya.Riza tak ada di sana namun suara gemericik air terdengar jelas di telinga.Menatap sekeliling ruangan dengan televisi yang menyala.
Pintu di dorong dari luar,dan seorang dokter beserta perawat masuk.
"Selamat sore..?"
Galina tersenyum melihatnya.
"Bagaimana keadaan nya,apa masih demam?"
Dokter pun menempelkan tangan nya di kening Galina, sementara perawat meletakkan termometer di ketiak.
Galina menuruti semua perintah dokter,membuka lebar mata,menjulurkan lidah,hingga setengah duduk di ranjang di bantu oleh dokter,karena sedikit susah.
Riza keluar dari kamar mandi dan melihat itu.Mata nya seketika melihat penuh tanya.
Mereka pun menoleh Riza bersamaan.
"Wah mas, sepertinya adik nya mengalami pemulihan dengan pesat.Tensinya normal,panasnya turun drastis,hasil laboratorium bisa di ambil besok.Dan saya sudah membaca nya tadi,hanya kecapean saja dan banyak fikiran mungkin"
Dokter pun menoleh Galina,dan mengusap lengannya.
"Besok sudah bisa pulang,jaga kesehatan ya?"
Galina mengangguk "Terimakasih Dok "
Melewati Riza yang menatap sinis,padahal Dokter dan perawat sudah tersenyum padanya.
.
.
.
Riza meletakkan handuk yang basah di jemuran mini yang ada di selasar bagian dalam ruangan.Menyisir rambutnya dengan jemari dan menyemprotkan parfum yang dia bawa di tas.Beberapa saat lalu Mbak art datang dan membawa baju ganti untuk mereka.
Mata Galina sesekali melirik pria di hadapannya yang cukup jauh.Melihat selang infus,posisi nya tetap setengah duduk seperti tadi dokter membantunya.
Riza mendekati nya dan duduk di sebelah.Galina masih pura-pura melihat selang di sebelahnya.
"Na'..." Riza menatap Galina.
Galina pun menoleh dengan sangat hati-hati,bola matanya bergerak sedikit gerogi untuk menatap Riza.
"Na' aku..."
"Terimakasih sudah mengantar ku ke sini mas"
Riza tercengang,ucapan nya belum selesai tapi sudah di potong.
"Sudah menjadi tugas ku!"
Ucapannya terjeda sejenak,mereka diam.
"Na' maaf selama ini sudah membuat mu susah.Apa aku sangat keterlaluan padamu atau kau merasa tertekan tinggal bersama ku?"
Galina terdiam mendengarkan semua ucapan Riza.
"Katakan saja jika kau merasa tidak nyaman tinggal bersama ku,aku bisa menyewa Appartemen sendiri.Untuk kepribadian ku,Maaf jika aku sering bicara yang terdengar sangat tidak enak ditelinga mu!"
"Na' ada satu yang ingin aku tanyakan dan tolong jawab jujur!!"
Galina menatap Riza tak berkedip,menelan salivanya.Bersiap-siap untuk segala pertanyaan dari Riza.
"Apa mas?"
Riza menumpuk lengan nya di pinggiran ranjang,dan berdekatan dengan lengan Galina yang terdapat infusan di sana.Wajahnya sedikit maju dan menatap Galina lekat.
"Katakan lah jika kau ingin berpisah dengan ku,jika pernikahan ini membuat fisik dan mentalmu tidak baik!"
Seketika dada Galina merasa sesak mendengar nya,mata nya mengembun,bibir nya Kelu tak dapat bicara sepatah katapun.Karena sangat jarang mereka ngobrol,hingga terdengar ucapan Riza terlalu formal.
"Na...."
Perlahan Galina menegakkan kepalanya dan menatap Riza kembali.
"Harusnya aku yang bertanya kepada mas Riza,dari awal akulah yang membuat hubungan ini ada,dan dari awal pula aku yang tidak berfikir akan sejauh ini.Maaf sudah menyusahkan,dan membuat beban untuk mas Riza"
Tangan nya membenarkan rambutnya yang menutupi wajah.Meski terlihat masih kaku Galina berusaha bicara dengan Lues.
"Semua keputusan ada di mas Riza,Galina hanya menuruti nya saja".
Wajahnya tertunduk,mata nya sudah berkaca-kaca.Dia tahu seseorang di depan nya sangat dekat dan tak berkedip menatap nya.
Kedua nya hening,Riza mencoba menyelami perasaan gadis di depannya.Dan Galina yang berusaha menunduk menyembunyikan wajahnya.Berharap air matanya yang sudah di tahan tidak jatuh.
Mencoba meraih jemari Galina,Riza berdiri dari kursi dan berpindah duduk di pinggiran ranjang.Seketika Galina mendongak,dan air matanya jatuh ketika berkedip.
Riza mengusap pipinya,menarik tubuh yang kecil itu ke dalam pelukan nya.Tangis Galina semakin terdengar,dada nya naik turun.Riza seketika terkekeh.
Mengurai pelukan nya,Riza menangkup ke dua pipi Galina.
"Maaf sudah sering berbicara kasar,aku tidak tahu perempuan di depan ku sangat lembut.Itu karena kau yang membuat otak ku berfikir bahwa kau gadis pemberani karena kejadian itu!"
"Marilah menjalani hubungan ini dengan semestinya,meski aku tidak mempunyai perasaan dengan mu,tapi aku sadar Na,aku mempunyai adik perempuan seperti mu."
Galina mengerutkan keningnya. "Maksud mas Riza bagaimana?"
"Aku memang tidak tahu dengan perasaan ku,tapi yang jelas aku tidak bisa memutuskan berpisah dengan mu! Anggap lah saja aku kakak dan kau adikku!"
Galina semakin bingung di buat nya.
"Mas,tapi bagi Galina hidup hanya sekali,dan menikah sekali,Galina memang masih sangat muda.Apa beberapa tahun ke depan mas Riza akan menceraikan ku?"
Riza terdiam "Nanti aku tidak diakui jika aku menyakiti mu Na,mamah akan marah dengan ku!"
Galina tersenyum mendengar itu.Wajahnya menunduk.Dia sadar jika yang tulus menyayangi nya hanya lah Mamah Ara.
Terlalu sulit untuk di ucapkan oleh Riza,membuka hati tidaklah mudah.Terlebih lagi Riza sangat kaku dan tegas.
"Berusahalah sampai kamu menjadi yang spesial untuk ku Na!"
Gadis itu pun mengangguk dan tersenyum, lagi-lagi Riza membawanya di pelukan.Dengan perlahan Galina membalas pelukan Riza.
Semoga menjadi awal yang indah untuk kita,mas.Dan semoga aku bisa menjadi yang spesial untukmu.Tidak pernah terfikir akan mengenal mu dan menjadi bagian mu kelak.Namun aku selalu berdoa kepada Tuhan.Kabulkan doa-doa baik dari Bapak ,Ibu dan orang lain untuk Galina,dan untuk orang-orang yang Galina sayang!
Tanpa terasa Galina mengeratkan pelukan nya di dada Riza.Dan menaruh dagu di bahu Riza.Senyum nya mengembang merasakan hati nya,seperti ada kupu-kupu yang terbang.
Riza yang merasakan pelukan Galina erat,hanya tersenyum.
.
.
.
Pagi-pagi buta,drama berganti baju di mulai oleh kedua nya.Galina yang tak bisa mengaitkan bra nya,dan tetap tidak mau dibantu oleh Riza karena malu,meski lampu di matikan.
"Tidak mas!"
"Mas janji tidak akan melakukan yang lain Na,aku hanya membantu mu!"
Galina tetap menggeleng "Nanti saja menunggu perawat!"
"Tapi jika tidak di ganti basah,nanti kamu masuk angin! Ini ruang ber AC!"
"Hanya masuk angin saja kan?"
"Jangan cari penyakit Na,mas tidak mau kamu sakit lagi.Cukup dua hari mas tidak masuk kerja!"
Wajah Galina ditekuk,karena Riza sudah di depan ya dan sangat memaksa.
"Ya sudah,tapi janji jangan melihat yang lain?! Dan lampunya di matikan!"
Alhasil Riza dengan mata yang rapat dan hanya mengintip sedikit,melihat pengaitnya saja.Menahan segala perasaan yang tak jelas.Riza pun berhasil mengaitkan.
Hatinya berdesir ketika jarinya menyentuh punggung Galina yang sudah bisa ditebak pasti mulus.
.
.
.
To be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Greenindya
ayo semangat Galina buat Riza bucin sm kamu ✊✊✊
2023-10-23
0
@⍣⃝కꫝ🎸BuNdAιиɑ͜͡✦🇵🇸
semoga kedepannya hubungan kalian semakin membaik.
2023-10-23
0