Riza tidak menyangka jika obrolan mereka membuahkan hasil tangisan Mamah Ara.Dia fikir Mamah nya hanya memikirkan keinginan nya saja.Namun ternyata salah, Mamah nya teringat tentang kehidupannya yang tak mudah.
Segala hal dilalui sendiri tanpa orang tua,lebih beruntungnya lagi ada Paman dan Bibi nya yang selalu melindungi Mamah Ara,membimbing Ara.Meski pernah terjebak di hubungan yang salah pada saat menikah dengan suami pertama nya.Tapi itu menjadikan suatu cerita kehidupan untuk pelajaran lebih baik lagi.
Mamahnya kini berulang kali mengusap pipi yang basah.Melihat Galina yang sangat muda dan akan dijadikan sebagai tebusan untuk melunasi hutang Ayahnya memperjuangkan hidup Ibu yang sakit.Dan Tuhan berkehendak lain.
"Astaga Riza!!!... Kau apakan Mamah mu?!"
Tiba-tiba Fandi,Inggira dan Daffin masuk.Mereka memaksa keluar Papah nya untuk membeli kuliner yang sedang ngehitz dan baru buka di kota nya.
Fandi di ikuti kedua anaknya ikut bergabung di sana,duduk di sofa.Inggi dan Daffin berdesakan di sofa panjang.
"Kenapa sayang ku?"
Fandi meraih bahu Ara dan memeluknya.Pemandangan yang teramat lebay bagi ke tiga anaknya.Kedua orang yang sudah hampir tua sekali tapi seperti remaja yang baru puber dan merasakan cinta.
"Jangan pegang-pegang Za!" punggung tangan Riza seketika di tepuk oleh Fandi karena berusaha mengusap lengan Mamah nya.
"Apa'an Pah,tadi aku juga memeluk Mamah!"
"Haduhh,,kau pasti berbuat yang tidak-tidak lagi kan? Mamah mu sampai menangis begini!"
Inggira dan Daffin saling menyenggol kan bahu.
"Kau sudah menikah,harusnya jam segini tidak kemari.Dirumah dan menjaga istrimu!"
Riza mulai jengah dengan ucapan papah nya yang seolah mengerti semua nya.Kebiasaan Papah seperti itu dan selalu sok tau.
Sekali lagi Ara mengusap bawah mata nya,dan tersenyum mendengar ucapan demi ucapan dari bibir suaminya.
"Bukan mas,aku hanya menasehati Riza.Dan aku teringat masa lalu ku yang bahkan lebih beruntung dari Galina"
"Padahal sudah berpuluh tahun lamanya,tapi masih ada orang seperti keluarga Galina.Kita tidak tahu ada berapa lagi orang yang tidak beruntung di luar sana!"
Fandi pun mengangguk,dia mengerti jika obrolan Riza dan istrinya ternyata obrolan adu nasib.
Jam terus menanjak dan tak terasa sudah pukul sepuluh lewat empat puluh menit.Obrolan mereka bahkan belum selesai ketika Daffin meminta bertemu dengan kakak ipar dadakan nya.
"Ya ampun kak,dia pasti lebih cantik dari ku kan?" Kata Inggi.
"Gak,kakak tetap paling cantik!" Daffin memeluk Inggira erat.
Ya Bagi Daffin dan kedua adiknya dari mommy She,Inggira lah paling cantik.
"Mita lah paling cantik!"
Plak!!!
"Ahh!!...Mah!"
"Dia adikmu Za! Ingat Galina..Galina!" Ara mengingatkan itu,karena Riza terus menyebut Mita jika beradu cantik.
Semua tahu jika Riza lah yang lebih dulu mengenal Mita dibandingkan Hafi,namun dia tidak seberuntung Hafi yang berhasil menikahi Mita.
"Bercanda,,Astaga tangan nya enteng banget sih mah kalau buat mukul!!"
"Mamah gemas jika kau menyebut Mita,sebut saja saat bersama Hafi pasti kalian berkelahi!"
Daffin di ujung sofa tertawa geli.Pasalnya beberapa kali juga dia mendengar dan Riza selalu menyebut Mita.
.
.
.
Semua yang mamah nya ucapkan Riza berusaha menyimpan di otak nya.Mencatat di ponsel lalu mengirimkan ke Ricko.
Ricko di sebrang sana membaca dan berdecak kesal.Sama-sama ciptaan Tuhan namun otak nya harus bekerja extra untuk mengingat segala kepentingan Riza dan Hafi.
Padahal mereka bukan siapa-siapa ku!
Ricko berdecak kesal.Hanya diberikan waktu untuk mengurus lalu setelah itu kembali ke Aceh.
Sampai dirumah yang kini ditinggali bersama Galina dan mertua nya Riza membuka pintu,ternyata ruang tamu sudah gelap.Hanya dapur saja yang dinyalakan oleh Galina.
Langkah kaki Riza menapaki tangga dan mulai menaikki tangga demi tangga hingga membuka pintu.Riza tahu Galina sedang di walk in closet merapikan baju Riza yang beberapa menit lalu datang.
Tanpa berkata apapun Galina diam dan begitu pula dengan Riza.Hanya lirikan bola mata nya saja yang terus mengawasi gerak gerik suaminya hingga masuk ke dalam kamar mandi.
Berakhir tidur di sofa berselimut tipis dan Riza di ranjang yang nyaman.Entah kenapa Riza masih belum bisa mengalah untuk Galina tidur satu ranjang dengan nya.Jadi keputusan Galina di anggap kemauan,Dan Riza menganggap itu semacam cara Galina berterima kasih.
.
.
.
Pagi-pagi sekali Galina sudah bangun dan kebawah,lagi dan lagi hanya ada telur dan nasi sisaan kemarin Bapak dan dirinya makan.
Mas Riza tidak makan semalam.Lalu dia makan apa dan dimana?
Tanpa berfikir lama,Galina merebus air.Itu hal yang pertama dilakukan sehari-hari.
Bapak nya membuka pintu kamar dan ingin buang air kecil.
"Sudah bangun nak?"
Hemmm... Hanya anggukan dan deheman jawaban dari Galina.
Setelah pak Syamsir keluar Galina pun masuk.Dia akan mandi dan juga sholat karena adzan sudah berkumandang.
"Galina nanti sholat berjamaah dengan Bapak saja ya?"
"Dikamar?..."
"Jangan,di ruang tengah saja.Meja nya bisa digeser dan itu cukup untuk orang dua atau tiga Pak!"
Pak Syamsir pun mengangguk.
"Tunggu Galina sebentar Yah!"
"Iya nak!"
Pak Syamsir juga sangat tahu karakter anak gadisnya.Pernikahan dadakan yang dilakukan dan tidak semudah itu juga mereka saling membuka hati.Meski tidur di kamar yang sama,mereka bahkan tak mengobrol.
.
.
.
Jam di dinding menunjukkan pukul 06.00 pagi.Galina yang ke atas terkejut melihat suaminya yang sudah terbangun dan memakai pakaian rapi. ia pun masuk ke kamar dan menghampiri suaminya untuk mengajak sarapan.
"Mas,sarapan di bawah sudah ditunggu Bapak".
Riza pun mengangguk dan meraih beberapa map yang dia bawa semalam.Melihat Galina yang masih memakai pakaian biasa dahinya mengerut.
"Bukan kah hari ini kamu sekolah,dimana seragam mu?"
Langkah Galina yang akan berbalik terhenti.Memangi pakaian rumahan dan seragam,ternyata Riza menemukan sekolah untuknya secepat itu.
"Apa aku benar sekolah sekarang?"
"Iya,kau sekolah nanti aku yang mengantar ,menjemput dan aku ada urusan dengan kepala sekolah disana!"
"Tapi di desa hanya dua seragam,apa tidak apa-apa jika aku memakai seragam Senin sampai Kamis?"
Riza mengangkat alisnya "Apa seragam mu?"
"OSIS..."
"Ya sudah pakai saja itu,masalah jadwal dan lain sebagainya bisa menyusul!!"
Galina mengangguk,membalikan badan dan menuju lemari pakaian di sana.Berganti baju,Riza sudah lebih dulu turun.
.
.
.
"Selamat pagi Pak?"
Terlihat suapan Pak Syamsir yang menggantung di udara karena sapa'an dari menantunya.
"Selamat pagi nak Hafi,maaf Bapak sarapan duluan.Di desa kami biasa sarapan pagi."
Tak lama Galina turun dan sudah menggunakan seragam putih abu-abu miliknya yang sudah sangat kusam.Rambutnya dia gerai dan terselip jepit rambut dibagian kanan dan kiri.
Menoleh dengan tatapan mata Pak Syamsir,ternyata lelaki tua itu melihat anaknya.Riza pun beberapa saat terdiam melihat Galina yang begitu cantik dan imut padahal tak memakai apapun di wajahnya,hanya bedak bayi yang selalu setia ada di tas nya.
"Aku sudah siap mas!"
.
.
.
To be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
@⍣⃝కꫝ🎸BuNdAιиɑ͜͡✦🇵🇸
setelah ini, ajak galina belanja kebutuhan pribadi ya, riza
2023-10-21
0