Arin adalah seorang wanita yang lahir di sebuah desa kecil yang terletak di pinggiran hutan yang lebat. Dia tumbuh bersama orangtuanya yang penuh kasih, Elinor dan Roderick,dan kakaknya,Aiden.dalam kedamaian dan kebahagiaan. Desa mereka hidup dalam perdamaian yang langka, jauh dari perang dan pertempuran yang sering menghantui kerajaan-kerajaan di sekitarnya.
Sejak kecil, Arin dan Aiden selalu memandang orang tuanya sebagai contoh yang sempurna. Elinor adalah seorang penyembuh terampil yang sangat dihormati oleh seluruh desa. Dia mengajarkan Arin dan Aiden segala hal yang perlu diketahui tentang tanaman obat-obatan, ramuan penyembuhan, dan cara merawat orang yang sakit. Roderick, di sisi lain, adalah seorang ahli pedang yang handal. Dia mengajarkan Arin dan Aiden seni berpedang dan menginspirasinya untuk menjadi seorang kesatria.
Namun, masa lalu kelam datang mengejar keluarga kecil ini ketika sebuah kelompok penjahat yang dikenal sebagai "Klaiman Hitam" menyerang desa mereka. Pada malam yang mengerikan itu, Arin, yang masih sangat muda, terbangun oleh suara gemuruh dan suara orang berteriak. Dia merayap keluar dari tempat tidurnya dan menyelinap menuju suara itu.
Apa yang dia saksikan selamanya akan terukir dalam ingatannya. Orangtuanya, Elinor dan Roderick, berdiri tegak di tengah desa, melawan pasukan penjahat yang lebih besar. Pedang Roderick bersinar terang di bawah bulan purnama, sementara Elinor mencoba menyembuhkan mereka yang terluka di antara kericuhan. Namun, meskipun usaha mereka, Klaiman Hitam terlalu kuat.
Arin ingin melindungi kedua orangtuanya, tapi tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang.Dia adalah Aiden,kakaknya.Aiden menarik Arin untuk bersembunyi agar tidak ketahuan oleh Klaiman Hitam.
Arin dan Aiden menyaksikan dengan ngeri saat orang tuanya terbunuh di depan mata mereka. Mereka merasakan kehilangan yang mendalam dan kemarahannya yang membara. Kemudian, pamannya yang telah lama menghilang dari desa muncul. Namanya adalah Rowan, seorang pria yang selama ini Arin dan Aiden hanya dengar dalam cerita-cerita keluarga.
Rowan datang membawa pedang yang bersinar dengan kekuatan ajaib. Dengan pedang itu, dia berhasil mengusir Klaiman Hitam dari desa.
Setelah melihat bayangan masa lalu saat orang tuanya dibunuh,badan Arin kemudian ditarik kesuatu tempat.Di sana dia melihat dirinya yang berusia 14 tahun tengah bermain dibelakang rumahnya.Saat itu,dia adalah seorang remaja yang energetik dan selalu penasaran tentang berbagai hal di dunia ini. Namun, hari ini akan menjadi hari yang sangat istimewa baginya, karena pamannya akan mengajarinya ilmu bela diri dan berpedang, dia sangat bersemangat untuk belajar dari sang paman.
"Selamat pagi, Arin!" sapa Rowan sambil melambaikan tangannya.
Arin melompat kegirangan. "Selamat pagi, Paman Rowan! Aku sangat senang melihatmu."
Rowan mengelus kepala Arin dengan lembut. "Aku juga sangat senang melihatmu, nak. Bagaimana apa kau sudah siap belajar ilmu bela diri dan pedang denganku?."
Arin mengangguk antusias. "Iya, Paman! Aku ingin menjadi kuat seperti Paman Rowan."
Rowan tersenyum bangga. "Baiklah, kita mulai hari ini. Pertama, kita akan mulai dengan dasar-dasar ilmu bela diri. Ingat, kekuatan sejati tidak hanya datang dari tubuhmu, tetapi juga dari pikiran dan hatimu."
"Aku juga ingin berlatih bersamamu,Paman.Kau tidak ingin mengajariku juga? Apa sekarang hanya Arin keponakanmu?," Aiden keluar dari dalam rumah memasang wajah cemberut yang terlihat sangat menggemaskan.
Paman Rowan tertawa melihat tingkah Aiden dan mengajaknya berlatih ilmu bela diri dan pedang bersamanya.Aiden mengangguk dengan semangat.
Mereka mulai berlatih di halaman belakang rumah, dengan Rowan mengajarkan gerakan-gerakan dasar dan teknik-teknik pernapasan kepada Arin dan Aiden. Selama berjam-jam, mereka bekerja keras, dan Arin dengan tekun mencoba meniru setiap gerakan yang diajarkan pamannya.
Ketika matahari mulai tenggelam, Rowan berhenti sejenak dan berkata, "Sekarang, mari kita belajar pedang. Pedang adalah senjata yang memerlukan keseimbangan, ketepatan, dan kehati-hatian. Aku akan mengajarkan kalian teknik dasarnya."
Mata Arin dan Aiden berbinar. Mereka mengambil pedang yang telah disiapkan oleh pamannya dan mereka mulai berlatih. Rowan dengan sabar memandu kedua keponakannya, mengajarkan bagaimana memegang pedang dengan benar dan bergerak dengan elegan.
Selama berbulan-bulan, Arin dan Aiden terus berlatih dengan tekun di bawah bimbingan paman Rowan. Mereka tidak hanya menjadi guru dan murid, tetapi juga menjadi sahabat yang erat. Kedua saudara itu mulai merasakan perubahan dalam diri mereka,baik secara fisik maupun mental.
Badan Arin kembali ditarik ke tempat di mana dia melihat kakaknya sedang bertarung dengan makhluk bertopeng.Arin ingat,topeng itu sama persis dengan topeng yang dipakai kakaknya saat akan menghalangi ia dengan teman-temannya ke Labirin Bayangan.
Di tengah malam yang gelap dan menakutkan, Aiden berdiri tegak di tengah hutan yang dipenuhi oleh makhluk-makhluk bertopeng dari aliansi kegelapan. Bulan tersembunyi di balik awan, dan hanya cahaya redup dari bintang-bintang yang menggantung tinggi di langit yang menerangi jalan Aiden. Dia mengetahui bahwa pertarungan ini akan menjadi salah satu yang paling sulit dalam hidupnya.
Makhluk-makhluk bertopeng itu melingkari Aiden dengan gerakan gesit dan anggun. Tubuh mereka tertutup oleh mantel hitam yang misterius, dan wajah mereka tersembunyi di balik topeng yang gelap, sehingga Aiden tidak bisa melihat ekspresi mereka. Tetapi dia merasakan kejahatan yang terpancar dari aura mereka.
Dengan pedang di tangannya, Aiden mulai menyerang. Dia melompat ke depan dengan lincah, berusaha menyerang makhluk-makhluk bertopeng itu satu per satu. Namun, para makhluk itu lebih berpengalaman dan memiliki kekuatan magis yang mengerikan. Mereka dengan mudah menghindari serangan-serangan Aiden dan membalasnya dengan serangan balik yang mematikan.
Napas Aiden semakin memburu, dan peluh mengalir deras di wajahnya. Dia tidak bisa menyerah sekarang. Pamannya, Rowan, dan desanya berada dalam bahaya. Mereka adalah orang-orang yang paling Aiden cintai di dunia ini, dan dia tidak akan membiarkan mereka terluka oleh makhluk-makhluk ini.
Namun, meskipun Aiden berjuang sekuat tenaga, dia akhirnya terdesak ke sudut. Makhluk-makhluk bertopeng itu mengelilinginya, menutupi setiap jalan keluar. Salah satu dari mereka, yang tampaknya menjadi pemimpin, melangkah maju. Suaranya bergema seperti guruh di malam yang gelap.
"Kau hampir menghibur kami, anak manusia," kata makhluk bertopeng itu dengan suara yang dingin dan tajam. "Tetapi sekarang, kami memiliki tawaran untukmu."
Aiden menatap makhluk itu dengan kehati-hatian. "Apa yang kalian inginkan?"
Makhluk bertopeng itu tersenyum, meskipun tidak bisa terlihat di balik topengnya. "Kami ingin kau menghalang utusan Raja Aldrick yang akan menuju labirin bayangan. Mereka mencari artefak cahaya kehidupan, dan kami tidak ingin mereka berhasil.Kalau perlu habisi saja mereka. "
Aiden merasa kebingungan. "Mengapa aku harus membantu kalian?"
Makhluk bertopeng itu menjawab dengan tegas, "Kami punya sandera. Pamamu, Rowan, dan desanya. Jika kau tidak mau membantu kami, mereka akan menderita akibatnya."
Aiden merasa hatinya berdebar keras. Dia tidak punya pilihan. Dia harus menghalangi para pahlawan yang akan pergi ke labirin bayangan, meskipun dia tidak tahu apa yang sebenarnya ada di sana.
"Baiklah," kata Aiden dengan suara bergetar. "Aku akan melakukannya." Ia yakin Arin dan teman-temannya dapat mengalahkannya.
Makhluk bertopeng itu tersenyum puas. "Pilihan yang bijaksana, anak manusia. Kami akan memberimu petunjuk tentang apa yang harus kau lakukan. Jangan sekali-kali berpaling dari tugas ini, atau konsekuensinya akan sangat buruk."
Dengan hati yang berat, Aiden menerima petunjuk-petunjuk tersebut.
Seketika tempat itu berubah menjadi hutan yang lebat,Arin memandang sekelilingnya.Ini adalah hutan di mana dia dan makhluk bertopeng misterius yang ternyata kakaknya menghalangi jalan para pahlawan ke Labirin Bayangan.
Arin melihat pertarungan yang membuatnya kembali merasakan sakit yang mendalam.Di pertarungan itulah kakaknya mati terbunuh.Arin dapat mendengar Aiden dibalik topengnya saat melawan Drako dan Dharon.
"Bagaimana mungkin aku membunuh adikku sendiri," Aiden sekali-kali menyuri pandang kearah Arin yang sedang melawan makhluk bertopeng lainnya.
"Maafkan kakak,Arin.Tidak ada pilihan lain,lebih baik kakak yang mati daripada harus membunuhmu dan membiarkan aliansi kegelapan itu membunuh paman dan orang-orang di desa," kata Aiden dalam hati saat menatap mata coklat Arin yang mengeluarkan air mata.
Tanpa sadar Arin kembali menangis dan semuanya berakhir gelap,dia tidak bisa melihat apapun hanya kegelapan yang ada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments