Malam itu, di dalam hutan yang mendalam, Dharon dan kawan-kawannya berhenti di sebuah tempat yang cukup aman untuk beristirahat sejenak. Mereka berkumpul di sekitar api unggun yang remang-remang, cahayanya hanya cukup untuk menerangi wajah mereka yang lelah. Dharon, dengan wajah serius, mendekati Pangeran Eldric yang duduk sendiri di sisi api unggun tersebut.
"Dharon," ujar Eldric dengan suara tenang, "Apa yang membuatmu begitu yakin bahwa aku mengikuti kalian?"
Dharon melirik ke arah temannya, yang dengan tegang memperhatikan percakapan mereka. "Kami tahu kau mengikuti kami dari mulai di sungai rohani sampai ke tempat ini.Kami melihat tanda-tandamu di sepanjang perjalanan ini, seperti ini." Dharon menunjukkan sepotong kain yang ia temukan di tengah hutan.
Eldric mengerutkan kening, seolah-olah mencoba mengingat sesuatu. "Aku bisa melepaskan tanda-tanda itu begitu saja. Apa yang membuatmu berpikir bahwa aku akan mengikuti kalian?"
Dharon merasa semakin frustrasi. "Bisakah kau memberikan kami jawaban yang jelas?"
Eldric tersenyum, tetapi senyumnya penuh dengan rahasia. "Dharon, jawaban terkadang datang dalam bentuk pesan yang sulit dipahami. Kalian harus terus berjuang dan mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh alam dan takdir."
Ketidakjelasan jawaban Eldric membuat Dharon semakin frustrasi. "Pangeran, kami tak punya waktu untuk teka-teki."
Namun, sebelum Eldric bisa memberikan jawaban lebih lanjut, suara angin seakan memekik di telinga mereka. Pangeran itu tiba-tiba menghilang dalam sekejap, seakan menjadi bagian dari hutan itu sendiri. Para pahlawan melihat dengan kagum dan kebingungan, mencoba mencari tahu apa yang baru saja terjadi.
Dharon menatap ke arah tempat Eldric menghilang, penuh pertimbangan. "Kita akan terus melanjutkan perjalanan kita. Mungkin Eldric benar, jawaban akan datang saat kami mengikuti petunjuk alam dan takdir. Yang penting, kita tidak boleh kehilangan harapan."
Para pahlawan bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan mereka, meskipun dengan hati yang penuh kebingungan. Mereka tahu bahwa tantangan mereka belum berakhir, dan mereka harus tetap bersatu dan kuat untuk menghadapinya. Dalam kegelapan hutan yang gelap, mereka terus berjalan, memikirkan apa yang mungkin menanti mereka di ujung perjalanan ini.
*****
Saat ini mereka sudah ada di depan Labirin Bayangan,ketika mereka memasuki labirin, suasana berubah drastis. Cahaya matahari yang terang tiba-tiba menghilang, digantikan oleh kegelapan yang mencekam. Suara langkah kaki mereka bergema di dinding-dinding batu, menciptakan gema aneh yang membuat bulu kuduk merinding.
"Hei, apakah kalian mendengar itu?" tanya Lyra.
"Hening, sangat hening," sahut Drako.
Mereka melangkah lebih jauh ke dalam labirin, menyusuri lorong-lorong sempit yang terlihat serupa. Suasana menjadi semakin mencekam, dengan bayangan-bayangan yang terus mengancam. Tiba-tiba, sebuah suara datang dari kejauhan, seperti bisikan angin yang mencoba mengirim pesan.
"Pahlawan-pahlawan, selamat datang di labirin Bayangan. Kalian mungkin berpikir bisa mengalahkan segala rintangan, tetapi apakah kalian siap menghadapi rahasia yang tersembunyi di dalam diri kalian sendiri?" bisikan itu berkata.
Para pahlawan saling berpandangan, mempertanyakan makna dari kata-kata misterius itu. Namun, mereka tidak memiliki waktu untuk merenung lebih lama, karena di depan mereka muncul sosok-sosok bayangan yang tiba-tiba hidup dan menyerang dengan kejam.
Pertempuran pun pecah di dalam labirin yang gelap itu. Senjata dan sihir berbenturan, menciptakan cahaya kilat yang sesekali menerangi kegelapan. Pahlawan-pahlawan berjuang dengan keberanian dan kemampuan mereka yang luar biasa. Setiap serangan mereka dijawab dengan kejam oleh para penjaga labirin yang misterius.
"Tidak ada yang bisa menyingkirkan kami dari sini!" seru Dharo dengan kekuatan naga yang menghancurkan segala hal di jalannya.
Namun, semakin lama pertempuran berlangsung, semakin jelas bahwa musuh-musuh ini bukanlah lawan sembarangan. Mereka memiliki kecerdikan dan kekuatan yang luar biasa, mampu mengantisipasi gerakan para pahlawan.
Ketika pertempuran mencapai puncaknya, Arin terkena luka parah. Darah mengalir deras dari luka di lengannya, tetapi dia tetap bertahan dengan gigih. Pahlawan-pahlawan lain juga terlihat semakin lelah, namun semangat mereka tidak pernah padam.
**
Di tengah gemuruh pertarungan yang tak pernah berhenti, para pahlawan merasa kelelahan yang mendalam. Mereka telah berjuang sekuat tenaga untuk serangan yang tak ada habisnya. Matahari terbenam di balik langit merah darah, dan pahlawan-pahlawan itu hampir putus asa dalam upaya mereka untuk melindungi dunia.
Namun, tiba-tiba, ketika kegelapan malam mulai melanda, cahaya biru yang mempesona muncul dari langit. Cahaya tersebut memancar begitu terangnya sehingga mata mereka hampir tak bisa memandang. Sesaat sebelum mereka bisa bereaksi, cahaya itu menyerang mereka dengan kekuatan yang luar biasa.
Pahlawan-pahlawan itu merasakan tubuh mereka terasa ringan, seolah-olah mereka sedang mengambang di antara bintang-bintang. Ketika mereka mencoba memahami apa yang sedang terjadi, mereka tiba-tiba merasa kehilangan kendali atas diri mereka sendiri. Mereka merosot ke dalam keadaan tidak sadar, seperti terlempar ke dalam alam mimpi yang menampilkan masa lalu mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments