ELDORIA 12

Saat dipertengahan jalan, para pahlawan dihadang oleh makhluk bertopeng yang muncul dari bayangan, bergerak dengan cepat dan lincah. Mereka membawa senjata-senjata tajam yang berkilau di bawah sinar bulan. Para pahlawan segera bersiap untuk pertempuran yang akan datang.

Dialog pun pecah di antara para pahlawan saat pertarungan dimulai.

"Siapa kalian?!" tanya Arin,dengan pedangnya siap di tangan.

"Sepertinya mereka ingin menghalang kita untuk menemukan artefak Cahaya Kehidupan," Dharon menatap makhluk bertopeng itu dengan tajam siap mengeluarkan kekuatan naganya.

Makhluk bertopeng itu menyerang para pahlawan,pertarungan pun terjadi.Para pahlawan menggunakan keahlian mereka yang luar biasa untuk menjaga diri dari serangan makhluk bertopeng. Setiap serangan mereka disambut dengan pertahanan yang kuat, dan pertarungan semakin intens.

Arin mengayunkan pedangnya dengan presisi yang luar biasa, mengenai beberapa makhluk bertopeng itu.Tetapi saat pertempuran berlangsung, sesuatu menarik perhatiannya.

Arin melihat sebagian wajah dari salah satu makhluk bertopeng yang terlihat sangat akrab. Ada sesuatu yang membuatnya terguncang. Dia teringat pada seseorang yang sudah lama dia cari, seseorang yang telah menghilang tanpa jejak.

"Kalian tidak boleh mendapatkan artefak itu.Kalian harus mati!," kata makhluk bertopeng itu, suaranya terdistorsi oleh topengnya.

"Siapa kau?" tanya Arin,suaranya gemetar.

Namun, makhluk bertopeng itu hanya tertawa dengan misterius. Pertempuran berlanjut dengan semakin ganas, dan para pahlawan semakin kesulitan menahan serangan makhluk-makhluk ini.

Dalam kekacauan pertarungan, Arin berusaha untuk mengikuti makhluk bertopeng yang memiliki wajah yang terlihat akrab. Dia menghindari serangan dan berusaha mendekati makhluk itu. Saat dia semakin mendekat, dia bisa melihat wajah itu dengan jelas. Dan saat dia melihat wajah itu, dia tidak bisa percaya apa yang dia lihat.

"Kakak?" gumam Arin dengan mata berkaca-kaca.

Wajah yang tersembunyi di balik topeng itu adalah wajah kakak laki-laki Arin yang telah menghilang bertahun-tahun yang lalu. Kakaknya, Aiden, yang dulu sangat dekat dengannya, sekarang berdiri di depannya sebagai salah satu makhluk bertopeng yang mengancam misi mereka.

"Apa yang terjadi padamu, Aiden?" desis Arin, mencoba memahami apa yang telah terjadi.

Aiden hanya melihat Arin dengan mata kosong. "Aku telah memilih jalan ini," katanya, suaranya penuh dengan kesedihan yang dalam.

Pertempuran berlanjut di sekitar mereka, tetapi bagi Arin dunia seolah-olah melambat saat dia mencoba berbicara dengan kakaknya yang telah lama hilang itu. Dia mencoba untuk memahami alasan di balik perubahan drastis kakaknya ini.

"Kau harus kembali, Aiden," kata Arin engan penuh harap.

Aiden hanya menggelengkan kepala. "Aku tidak bisa, Arin. Sudah terlambat bagi aku."

Arin merasa air mata mengalir di wajahnya. Dia ingin menyelamatkan kakaknya, tetapi dia tahu bahwa pertempuran ini harus dimenangkan terlebih dahulu. Mereka berdua harus bertarung.

Pertempuran berlangsung dengan sengit, dan akhirnya, para pahlawan berhasil mengalahkan makhluk-makhluk bertopeng tersebut. Mereka terpaksa mengalahkan Aiden, yang akhirnya jatuh ke tanah dengan wajah yang masih tersembunyi oleh topengnya.

Arin berlutut di samping kakaknya yang terluka. Dia mencoba mencabut topeng itu, dan saat wajah Aiden terungkap, dia melihat ekspresi kesedihan di mata kakaknya.

"Aku minta maaf, Arin," gumam Aiden dengan susah payah.

Arin hanya bisa menangis. Pertarungan ini telah merobek keluarganya, dan meskipun mereka telah mengalahkan ancaman ini, Arin juga telah kehilangan salah satu anggota keluarganya.

Dalam keheningan yang berat, para pahlawan memandang ke arah Arin, mata cokelatnya yang penuh dengan air mata, menangis dengan histeris. Dia memeluk tubuh kakaknya yang terbujur kaku di sampingnya. Kakaknya telah gugur dalam pertarungan yang sengit.

"Arin," kata Elysia Elf berhati lembut yang selalu menjadi pendengar yang baik, "Kami turut sedih atas kehilangan kakakmu."

Arin menundukkan kepalanya, rambutnya yang panjang dan gelap menutupi wajahnya. Tangisannya masih pecah dalam isakan yang menyayat hati. Dia meraih baju besi kakaknya dan menciumnya dengan penuh cinta.

"Kakakku telah mati ," gumam Arin dengan suara bergetar. "Setelah bertahun-tahun menghilang. Sekarang dia pergi..."

Dalam momen ini, para pahlawan merasakan beban yang luar biasa di pundak mereka. Mereka adalah sahabat-sahabat yang telah berjuang bersama dalam misi yang besar dan saat ini, mereka harus menghadapi kehilangan yang mendalam bersama-sama.

Drako, yang selalu dianggap sebagai pemimpin mereka, datang mendekati Arin dan berlutut di sampingnya. "Arin,Aku yakin kakakmu pasti memiliki alasan melakukan ini semua. Kami semua merasa kehilangan yang sama, tetapi kita harus tetap bersatu dan menyelesaikan misi ini."

Arin mengangguk perlahan, namun tangisnya masih belum reda. Kekuatan pahlawan sekarang diuji hingga batasnya, bukan hanya dalam pertarungan fisik melawan kekuatan gelap, tetapi juga dalam menghadapi kesedihan yang mendalam.

Lyra memulai sebuah doa yang tenang dan membumi. "Semoga kakakmu menemukan kedamaian di alam selanjutnya. Semoga kita dapat menemukan kekuatan dalam hati kita untuk meneruskan perjuangan ini."

Sementara Lyra berbicara, pahlawan-pahlawan yang tersisa itu bergantian berlutut di samping Arin, menawarkan dukungan mereka dengan tatapan penuh empati. Mereka tahu bahwa saat-saat sulit ini akan menguji mereka, tetapi persahabatan mereka lebih kuat daripada semua cobaan.

Setelah beberapa saat, Arin menghela nafas dalam-dalam dan mengangkat wajahnya, mencoba untuk mengatasi kesedihannya. "Terima kasih, semuanya," ucapnya dengan suara lemah. "Kita harus memakamkan kakakku dengan layak. Mau bagaimanapun dia tetap kakakku,keluargaku ."

Pahlawan-pahlawan itu segera mulai mengumpulkan puing-puing untuk membuat sebuah makam. Mereka bekerja bersama dengan hati yang berat, menguburkan kakak Arin.

Saat matahari terbenam di ufuk barat, mereka berkumpul di sekitar makam yang baru selesai.Lyra membacakan doa terakhir, dan Arin menempatkan bunga-bunga yang dia pungut di sekitar makam. Tangisnya sudah berubah menjadi ekspresi duka yang dalam.

"Kami akan selalu bersamamu,saat melakukan misi yang diberikan Raja Aldric kita telah menjadi sahabat."

Arin mengangguk, matanya kini penuh dengan tekad. Dia tahu bahwa dia harus meneruskan perjuangan mereka untuk mencari artefak cahaya kehidupan.

Mereka semua bangkit dan bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan. Mereka tahu bahwa tantangan yang lebih besar menanti mereka, tetapi mereka telah belajar bahwa persahabatan dan tekad yang kuat adalah kunci untuk mengatasi segala rintangan.

Saat mereka berjalan pergi dari makam kakak Arin, matahari terbit kembali, memberikan harapan baru yang bersinar di cakrawala. Bersama-sama, mereka akan menghadapi kegelapan dengan keberanian dan tekad yang tak tergoyahkan, karena mereka adalah pahlawan yang siap berjuang untuk menyelamatkan dunia.

****

Snar matahari bersinar terang di langit, menggambarkan pemandangan yang indah di depan mata para pahlawan. Mereka telah berpetualang sejauh ini, melintasi hutan lebat,gunung angin yang mengantar petunjuk dari masa depan, sungai rohani yang penuh dengan ilusi masa lalu, dan pertarungan yang membuat salah satu pahlawan kehilangan anggota keluarganya untuk sampai ke perbatasan Desa Abadi. Desa ini sudah lama terkenal sebagai tempat yang dihuni oleh penduduk yang sangat bijak, dan pahlawan-pahlawan ini sangat penasaran untuk melihatnya dengan mata mereka sendiri.

"Kita telah mencapai perbatasan Desa Abadi!" Seru salah satu dari mereka dengan sukacita. "Aku sudah mendengar banyak cerita tentang kebijaksanaan penduduknya. Sekarang, kita akan melihatnya sendiri."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!