Mereka melanjutkan perjalanan mereka melintasi desa dan tiba di pasar desa. Pasar ini sibuk dengan aktivitas, penduduk Desa Abadi berbicara dengan hangat dan tertawa dengan gembira sambil melakukan transaksi. Para pahlawan melihat-lihat berbagai barang yang dijual di pasar, dari pakaian tenun tangan yang indah hingga kerajinan tangan yang rumit.
Elysia antusias berkata, "Aku ingin membeli sesuatu sebagai kenang-kenangan dari tempat ini. Mereka pasti memiliki barang-barang yang unik di sini."
Mereka berjalan ke toko-toko kecil yang menjual berbagai macam barang. Salah satu dari mereka menemukan selembar kain sutra yang sangat halus dan berwarna-warni. Kain itu dijual oleh seorang wanita tua yang terlihat bijaksana.
"Kain ini adalah karya seni sejati," kata wanita tua itu. "Kami menghasilkannya dengan teliti selama bertahun-tahun. Kain ini memiliki keindahan yang abadi, sama seperti desa kami."
Para pahlawan sepakat dan memutuskan untuk membeli kain tersebut. Mereka membayar dengan murah hati, dan wanita tua itu tersenyum tulus kepada mereka.
"Terima kasih, para pahlawan," katanya. "Semoga kain ini selalu mengingatkanmu pada kebijaksanaan dan keindahan Desa Abadi."
Setelah berbelanja, mereka melanjutkan perjalanan mereka melalui pasar. Mereka melewati penjual makanan yang menawarkan hidangan lezat seperti nasi goreng, sate, dan es krim buatan sendiri. Pahlawan-pahlawan itu merasa lapar setelah perjalanan panjang mereka, jadi mereka memutuskan untuk mencicipi hidangan-hidangan tersebut.
Saat mereka menikmati makanan mereka di bawah payung bambu, seorang pria tua duduk di dekat mereka. Pria itu memiliki jenggot panjang dan mata yang penuh dengan kebijaksanaan.
"Selamat datang, para pahlawan," kata pria tua itu dengan lembut. "Saya adalah salah satu tetua Desa Abadi. Kami senang bisa memiliki kunjunganmu di sini."
Para pahlawan menyapa pria tua itu dengan hormat. Mereka ingin tahu lebih banyak tentang Desa Abadi dan penduduknya yang bijak.
Pria tua itu tersenyum dan berkata, "Kami di Desa Abadi hidup dalam harmoni dengan alam dan satu sama lain. Kami percaya pada kebijaksanaan dan perdamaian. Kami menghormati tradisi dan nilai-nilai lama, dan kami selalu berusaha untuk menjaga keindahan alam ini."
Para pahlawan mendengarkan dengan penuh perhatian, terinspirasi oleh kata-kata pria tua itu.
Pria tua itu melanjutkan, "Kami juga percaya bahwa kebahagiaan sejati berasal dari dalam diri kita sendiri, bukan dari benda-benda material. Itulah mengapa kami selalu mencari kebijaksanaan dan pemahaman dalam hidup kami."
Mereka mengangguk setuju, merasa terinspirasi oleh filosofi hidup yang dipegang oleh penduduk Desa Abadi.
Setelah berbincang-bincang dengan pria tua itu, para pahlawan melanjutkan perjalanan mereka di sekitar desa. Mereka mengunjungi taman yang indah dengan bunga-bunga yang beraneka ragam dan air mancur yang mengalir dengan indah. Mereka juga melihat sekelompok anak-anak belajar di bawah pohon rindang dengan seorang guru yang bijaksana.
Waktu berlalu dengan cepat dan para pahlawan merasa semakin terkesan oleh Desa Abadi dan penduduknya yang bijak. Mereka akhirnya memutuskan untuk bermalam di desa ini sebelum melanjutkan petualangan mereka ke tempat lain.
Malam itu, mereka diundang ke sebuah rumah besar yang terbuat dari kayu dan batu. Mereka diberikan makan malam yang lezat oleh tuan rumah mereka, seorang tetua yang sangat bijak dan penuh cerita. Mereka duduk di sekitar perapian dan mendengarkan cerita-cerita tentang sejarah Desa Abadi dan legenda tentang pahlawan-pahlawan masa lalu.
Ketika malam tiba, mereka tidur dengan nyenyak di kamar yang nyaman dan hangat. Mereka merasa bersyukur telah memiliki kesempatan untuk mengunjungi Desa Abadi dan belajar dari penduduknya yang bijak.
Keesokan pagi, para pahlawan berpamitan kepada penduduk Desa Abadi dengan hati yang berat. Mereka tahu bahwa mereka telah menemukan tempat yang istimewa yang akan selalu mereka ingat.
Tetua Desa Abadi, seorang pria bijak yang telah hidup selama berabad-abad, duduk di tengah mereka. Wajahnya yang penuh keriput dan mata yang berkilau dengan pengetahuan, memberikan pesan yang sangat penting kepada para pahlawan.
"Anak-anak," ujar Tetua dengan suaranya yang dalam, "Kalian adalah pahlawan-pahlawan yang akan membawa artefak Cahaya Kehidupan dan mengalahkan kegelapan. Namun, sebelum kalian melanjutkan perjalanan, ada beberapa hal yang perlu kalian ketahui."
Lyra mendongakkan kepalanya. "Apa yang Anda maksud, Tetua?"
Tetua tersenyum, lalu mulai bercerita, "Lyra, kau harus tahu bahwa konflik yang terjadi dimasa lalumu berdampak sangat besar."
Tetua melanjutkan, "Arin, telah terjadi sesuatu di desamu,hal itu membuat kau kehilangan orang-orang yang kau sayangi."
Arin termenung memikirkan pesan dari tetua Desa Abadi itu.Apa maksudnya? Apa yang telah terjadi di desanya? Dan kehilangan orang yang ia sayangi? Arin benar-benar bingung.
Dharon mengangkat kepalanya. "Apa Anda tahu tentang ribuan mayat yang terbaring diatas tanah,Tetuah?.Apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka?."
Tetuah tersenyum "Perjalanan ini bukan hanya tentang pencarian artefak cahaya kehidupan di Labirinth of Shadows,tetapi juga mengungkapkan sebuah pesan.Kalian harus ingat petunjuk yang kalian dapatkan saat di pegunungan angin."
Tetuah melanjutkan, "Kalian adalah pahlawan-pahlawan terpilih. Kalian memiliki potensi untuk mengubah nasib di Eldoria. Jangan pernah lupakan misi kalian. Cahaya Kehidupan adalah harapan terakhir kita."
Pahlawan-pahlawan itu mengangguk dan melanjutkan perjalanan mereka dengan tekad yang bulat. Setelah berbicara dengan Tetuah Desa Abadi, mereka kembali melanjutkan perjalanan untuk menghadapi segala rintangan yang ada di depan mereka.
Dengan berbagai masalah dan bahaya yang menantang, mereka tahu bahwa perjalanan mereka tidak akan mudah. Namun, dengan kebersamaan dan tekad mereka, mereka siap untuk menghadapi semua yang akan datang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Download
Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Comments