"Kamu turun lahh... " Perintah Husein tapi terhenti dengan gerakan Arina yang berhasil membuatnya terdiam seketika.
Arina dengan cepat mengecup bibir ranum milik Husein yang sedari tadi tak berhenti mengoceh, Arina terus menggerakkan bibir dan lidahnya tanpa henti memasukkan-nya tak berjeda kedalam mulut Husein. Husein yang terkejut atas tingkah Arina tak menolak sama sekali sentuhan dan kecupan yang Arina berikan padanya. Perlahan tangan Husein masuk kedalam kemeja Arina dan menyentuh punggung Arina lembut. Husein kemudian memegang leher Arina agar tak lepas dari aktifitas mereka saat ini dan mulai membalas ciuman yang Arina berikan padanya. Arina yang mendapati perlakuan seperti itu langsung memeluk Husein kedalam pelukan-nya dengan rapat tanpa celah sedikit pun.
Kini, Arina merasakan deru berisik dari jantung Husein yang berdetak sangat keras. Sementara itu, Husein merasakan dua gumpalan kembar itu sangat dekat dan rapat ditubuh-nya, Husein merasa nyaman dan senang saat gumpalan itu menyentuh kulit lehernya intens. Sangat lembut dan kenyal.
Arina menolak dada Husein agar melepas tautan bibirnya untuk mengambil nafas. Dia sangat heran kenapa bisa Husein bisa seganas ini. Bahkan, sangat mahir, Arina menjadi heran mendapati pria agamis yang katanya tak pernah bersentuhan dengan wanita ini kini sangat ganas di hadapan-nya. Bahkan, Arina sempat kewalahan menghadapi Husein.
Sudah lama sejak dia tidak berciuman dengan seorang pria kembali. Awalnya Arina kira dia akan muntah karna jijik saat disentuh seorang pria. Tapi, tak disangka sentuhan dan kecupan dari Husein malah mampu membuatnya bergairah meski Arina membuang pikiran itu. Tak ada bedanya antara Alex dan Husein, mereka berdua sama-sama berparas pria tampan meski Alex adalah wanita.
Arina memandangi wajah Husein yang tiba-tiba saja tampak tampan dimatanya. Mata yang terukir alis tajam dengan hidung mancung dan rahang tegas menghiasi wajah-nya. Membuat Husein tiba-tiba tampak begitu gagah dan tampan dimata Arina.
Perlahan Arina malah ingin kembali mencoba bibir Husein yang sudah basah dibuatnya sendiri. Husein merasa begitu senang dan menyambut kecupan dari Arina sang istri. Dia langsung menggendong Arina menuju kasur tanpa melepaskan tautan bibir-nya.
Mereka terus beradu sampai Arina merasa lelah. Tapi, Husein bagai tak merasa cukup dan terus lapar kemudian menyusuri leher jenjang Arina mencium dan menjilatinya perlahan. Arina yang mendapati perlakuan seperti itu mendesah seketika karna merasa nyaman atas sentuhan dari Husein. Sampai ketika tangan Husein mulai nakal menyentuh seluruh tubuh Arina yang kini sudah terlihat sempurna dengan kancing kemeja yang Husein lepas satu persatu.
Husein memandang gumpalan kembar itu dengan mata yang takjub, sementara Arina sudah tak sanggup menghentikan Husein lagi karna tubuhnya sudah lemas seketika.
Melihat Arina yang terdiam tanpa menolak, Husein yakin itu adalah sinyal bahwa Arina mengijinkan Husein untuk menyentuh-nya lebih. Tangan Husein kini mulai meraba dua gunung kembar itu yang dari tada malam sudah sangat membuatnya hilang akal.
Ahhh Arina mendesah ketika dada-nya disentuh lembut oleh Husein.
'Ternyata seperti ini bentuk-nya.... Suara *******, dan rasanya yang begitu nikmat' Batin Husein memandangi dan terus menggarai tubuh Arina.
Husein kini mulai mengecup dada Arina secara bergantian tanpa henti dan mengemut-nya pelan tanpa henti. Merasakan tubuh Arina yang lemas, Husein segera menidurkan Arina keatas kasur dari pangkuan-nya dan mulai membuka baju kaos yang ia kenakan.
Tampak tubuh Husein layaknya atletis dengan otot yang tegap dan dada bidang terukir indah disana, perut Husein yang berbentuk kotak-kotak membuat Arina tak ingin berhenti memandang-nya.
Dengan segera Husein kembali melahap kedua gunung kembar itu dengan sangat ganas dan membuat Arina meringis sakit kenikmatan dengan tangan yang menjambak rambut Husein kuat. Lama Husein bergelut diantara kedua bayi Arina itu tapi tak pernah membuatnya puas. Hingga, ****** Arina memerah seketika. Kini, tubuh Arina penuh dengan bercak merah di mana-mana karna keganasan Husein.
"Husein... Udah" Arina mencoba mendorong kepala Arina lemas agar berhenti mengemut ******-nya ganas.
Tapi, Husein sama sekali tak menghiraukan ucapan Arina sampai tangan-nya menyentuh kearea terlarang Arina.
"Husein" Ucap Arina kembali dengan sedikit berteriak.
Seketika Husein menghentikan gerakan-nya yang buas kemudian memandang Arina yang kini sudah tampak lemas dengan bercak merah di leher dan memenuhi dada Arina. Husein kemudian tersadar kala melihat luka yang berbalut perban di tubuh Arina. Arina mungkin akan kesakitan jika dia melakukannya sekarang.
"M-maaf Arina... Aku udah nyakitin kamu" Ucap Husein menatap Arina dibawah kungkungan-nya.
Arina menatap Husein diatas tubuhnya yang kini penuh dengan keringat. Arina tidak membalas perkataan Husein karna dia sudah sangat lemas dia tak menyangka Husein akan begitu gila dan ganas. Sedikit dia merasa menyesal telah berani merayu Husein yang ternyata seperti serigala.
Ternyata benar kata orang-orang 'orang yang agamis bahkan mempunyai nafsu yang lebih besar dari pada orang biasa karna dia tidak pernah menyentuh lawan jenis' jadi, wajar saja Husein seperti serigala yang baru melihat daging setelah kelaparan berhari-hari.
Arina menutup matanya lelah tanpa memperdulikan tubuhnya yang sudah tak karuan tanpa seutas kain akibat ulah dari Husein. Husein yang melihat Arina memejamkan matanya langsung berdiri menghindar dan menutupi tubuh Arina dengan selimut.
Husein berlalu kekamar mandi untuk menjernihkan pikirannya, lama Husein di kamar mandi akhirnya keluar dengan wajah yang lebih segar. Matanya tertuju pada sang istri yang sudah terlelap masuk kealam mimpi membelakangi-nya.
Husein tersenyum mengingat kejadian tadi kemudian naik keatas kasur untuk tidur sejenak setelah mengenakan kembali baju kaos yang ia lepas tadi. Husein tidak menyangka waktu berputar begitu cepat. Kini, jam yang menggantung didinding sudah menunjukkan pukul 11;30.
Husein menyibakkan selimut pelan dan masuk kedalam selimut disamping Arina yang kini sudah terlelap menghadap-nya. Husein memandang lekat-lekat wajah Arina dan menyembunyikan rambut Arina kesela-sela telinganya agar wajah cantik Arina terpampang jelas di mata-nya.
Husein kemudian mengecup pelan kening Arina dan membawa Arina kedalam pelukan-nya dan mulai memejamkan matanya dengan memeluk Arina. Wajah Husein tampak tersenyum bahagia sampai dia terlelap masuk kedalam mimpi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments