Seketika Husein langsung berdiri dari duduknya dan berdiri tepat menghadap Arina. Segera Arina memegang kedua telapak tangan Husein dan memapah-nya pelan.
'************ sialan' batin Arina kesusahan melangkah karna ************-nya yang terluka parah
Husein yang melihat wajah Arina yang sedikit berkerut menahan sakit langsung mengecilkan langkah kaki-nya agar Arina tak kesusahan. Tapi, bukannya makin mudah, Husein malah membuat Arina menabrak dada-nya dan jatuh ke pelukan-nya.
Dug jantung Husein berdetak seketika kala gumpalan kembar itu menyentuh dada-nya. Ada rasa lembut dan nyaman yang berhasil membuat Husein terdiam seketika. Matanya kini tertuju pada pinggul Arina yang tampak dari dalam baju yang terkesiap karna pelukan-nya, sangat putih dan indah dipandang mata.
"Kamu bisa jalan gak sih? " Arina mendorong Husein.
"Eh i-iya maaf" Ujar Husein
Husein akhirnya mengusir pikiran negatif-nya dan mulai memapah Arina kembali. Hingga, sampai kedekat sofa.
"Arina... Aku mau ganti baju dulu sebentar ya" Ujar Husein sebelum meninggalkan Arina.
"Iya" Jawab Arina
Husein tersenyum mendengar jawaban lembut dari Arina dan pergi berlalu kekamar mandi setelah mengambil baju yang akan ia kenakan dari dalam lemari.
"Huh.... Aku kenapa sih" Husein berbicara sendiri sembari menatap dirinya dari pantulan kaca
"Aku gak pernah kayak gini, kamu seharusnya terbiasa... Kok bisa-bisanya kamu gini? " Tanya Arina bertubi-tubi pada Husein kecil-nya yang tampak sedikit memberontak tidak seperti biasanya.
"Baru aja sehari liat ginian, gimana nanti seterusnya" Husein berdecak kesal pada dirinya sendiri.
Husein akhirnya keluar dari kamar mandi setelah berkompromi lama dengan Husein kecil agar tidak melakukan hal itu lagi.
Tampak Arina kini duduk dengan anggun menghadap jendela menikmati suasana dari dalam kamar melihat keluar jendela. Pantulan cahaya matahari membuat kulit Arina semakin bercahaya dengan kemeja putih yang ia kenakan.
Melihat Husein yang baru muncul dari dalam kamar mandi, Arina segera menoleh kearah-nya.
"Ganti baju kok lama gitu? "
"Enggak papa, sekalian mandi tadi" Jawab Husein yang kemudian duduk tak jauh dari Arina.
"Ini komplek apa ya? Kok banyak bangunan kayak asrama gitu? " Tanya Arina
"Ini pesantren" Jawab Husein
"Pesantren? " Tanya Arina kembali
"Iya ini pesantren, buya pemimpinnya, yang kamu liat sekarang itu arah kiri tempat asrama pria disebelah kanan itu asrama wanita. Jadi, rumah buya di tengah-tengah asrama putra putri" Jelas Husein
Arina mengangguk tanda paham atas penjelasan Husein dan kembali menatap keluar jendela. Arina malah teringat sesuatu.
'Apa aku gak keliatan dari luar jendela ya?' Batin Arina bertanya-tanya.
Arina hendak bertanya pada Husein. Tapi dia malah melihat Husein yang terdiam melihat kearah-nya. Arina langsung mengurungkan niat-nya untuk bertanya dan memperhatikan kemana arah mata Husein. Betapa terkejutnya Arina kala mendapati Husein yang menatap tubuhnya yang kini tampak terekspos jelas dari balik kemeja putih karna pantulan cahaya matahari.
"Kurang ajar, lihat apa kamu ha" Arina spontan melempat bantal sofa yang ada di pangkuannya kewajah Husein.
Husein terkejut bukan main "Astaghfirullah enggak kok Arina" Husein mencoba berdalih
"Enggak apanya jelas-jelas kamu liat payu dara aku kan? " Ucap Arina dengan nada yang sedikit tinggi
Husein yang kaget mendengar penuturan Arina langsung menutup mulut Arina rapat-rapat takut didengar orang dari luar.
"Akhhh sakit Arina" Dengus Husein merintih karna gigitan Arina.
"Rasain, Siapa suruh kamu... " Belum sempat Arina meneruskan ucapannya Husein kembali menutup mulut Arina
"Arina jangan teriak-teriak diluar banyak orang" Husein menghentikan Arina.
"Tadi aja kamu sok suci, abis itu diam-diam malah liatin" Ujar Arina kala Husein melepas tangan-nya dari mulut Arina.
Husein mengaku dan meminta maaf atas perlakuan-nya.
"Kita gini apa gak keliatan dari luar? " Tanya Arina
"Enggak kok, cuman kita yang bisa liat keluar" Jawab Husein dan kembali duduk kesofa
"Ohh iya" Jawab Arina mengangguk pelan.
Arina memandang Husein yang menunduk malu di hadapan-nya karna kejadian tadi. Tiba-tiba saja muncul ide jahil dari otak Arina.
Segera Arina melangkah kedepan Husein yang masih menunduk. Arina menyikap pelan bajunya hingga keliahatan bokong putih dan molek milik-nya. Kemudian, mendudukkan dirinya diatas pangkuan Husein dengan membelakangi-nya.
"Kamu ngapain? " Tanya Husein kaget.
Arina tak membalas sama sekali dan melanjutkan aksi-nya. Dengan tenang Arina membuka pelan tiga kancing kemeja yang ia kenakan menggunakan tangan kiri-nya. Hingga, tampak gumpalan kembar dari dalam kemeja itu tampak ingin meloncat keluar. Arina kini langsung berbalik menghadap Husein dengan tetap berada dipangkuan Husein.
Husein terperangah hebat kala mendapati Arina yang berpenampilan sangat erotis seperti ini tepat berada dekat di pangkuannya.
"Astaghfirullah Arina, kamu ngapain? " Husein menatap Arina kaget.
"Emang aku ngapain? Gak boleh ya dekat gini sama suami aku sendiri? " Ucap Arina meletakkan tangannya ke leher Husein
"B-bukan itu maksudku" Husein mencoba mengalihkan pandangannya.
"Bukan gimana? " Jawab Arina dengan nada sedikit menggoda dan memegang dagu Husein.
Husein terdiam melihat tatapan Arina yang sangat sayu,tak bisa dipungkiri kalau dia memang sangat ingin sekali menyentuh tubuh molek milik Arina. Walaupun Arina adalah istrinya, dia tak akan mungkin bisa menyentuh Arina tanpa ijin-nya. Tapi, apakah ini termasuk dari kata mengijinkan?.
Arina terus mendekatkan tubuhnya pada Husein yang sekarang terdiam menatap matanya, Arina dengan jahil merapatkan dada-nya kedepan wajah Husein yang kini sudah memerah menahan malu. Arina bahkan sudah merasakan ada yang mengeras dari bawah ************-nya.
Arina tersenyum puas melihat tingkah Husein. Padahal dia sama sekali tidak berbuat lebih pada Husein.
"Arina.... " Husein mencoba berbicara dengan nada berat
"Aku tak tau apa maksudmu, tapi jangan merayu-ku, aku sama seperti lelaki lainnya aku juga punya nafsu" Lirih Husein dengan nafas yang tak beraturan menahan hawa nafsu yang sudah menyelimuti dirinya.
Arina menatap Husein lama setelah mendengar ucapan dari Husein.
"Aku tau kau pasti tidak akan mengizinkan aku untuk menyentuh-mu, karna-nya tolong jangan rayu aku seperti ini" Tambah Husein menatap Arina
"Baiklah.... " Ucap Arina setuju
Husein mendengus kesal meski awalnya dia juga sudah menerka Arina pasti hanya akan bermain -main seperti tadi. Arina memandang wajah yang kini telah menunduk dengan suara kesal dari sana.
"Kamu turun lahh... " Perintah Husein tapi terhenti dengan gerakan Arina yang berhasil membuatnya terdiam seketika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments