"Finish" Ucapnya melihat Wajah Arina dan menghindar ketika ternyata wanita itu juga sedang memperhatikan dirinya.
"Clean your face with it is" Ucapnya dengan aksen Indonesia sembari memberikan tisu basah kepada Arina.
"Thanks" Ucap Arina menerima dan menyeka wajahnya yang penuh dengan lumuran darah.
Mereka hanya memperhatikan sekeliling yang penuh dengan kekacuan dan wanita yang kini bersama mereka adalah pelakunya.
Pakaian yang dikenakan oleh Arina cukup terbuka membuat mereka selalu menunduk kebawah dan tidak berani menatap Arina secara intens. Melihat tatapan itu, Arina yang tau dirinya menggunakan pakaian yang membuat mereka tak nyaman langsung bergegas menuju pintu keluar dengan susah payah.
Saat tangannya membuka pintu keluar Arina malah menutup kembali pintu itu cepat. Mereka menghindar dari pintu dan duduk keatas kasur dengan sesekali menatap Arina dengan tatapan bingung dan sedikit ngeri melihat wanita ini.
Ada CCTV batin Arina dan menutup pintu kembali, dengan penampilan-nya yang seperti ini bisa saja mendatangkan bahaya pada-nya.
Dengan tubuh yang masih begitu perih dan sakit Arina kembali duduk ketepi kasur berpikir sejenak sebelum bertindak, matanya kini tertuju kepada 6 pria yang kini sedang memandang kearah mayat samurai itu.
Arina kembali menatap tubuhnya, merasa dirinya tak pantas berpakaian seperti ini didalam ruangan yang penuh pria terutama mereka semua pasti dari kalangan yang paham agama, membuat Arina merasa segan dan merasa malu. Terlebih mereka tak mengucapkan sepatah dua patah kata pun.
Arina melihat kesebelah kasur dan mendapati ada sebuah koper yang terbuka disana. Arina langsung melangkah kesana dan berjongkok mencari sesuatu, entah apa yang ia cari.
"Hei.. What are you doing? " Ucap salah satu mereka bertanya melihat kopernya dibongkar yang Arina yakini namanya adalah Husein.
Arina tak menggubris pertanyaannya dia pergi begitu saja ke kamar mandi dengan membawa pakaian pria itu.
"Apa kita perlu telpon polisi atau pengurus hotel? " Tanya Husein kepada temannya
Arina yang mendengar itu langsung berteriak dari kamar mandi
"Don't do it" Dan hanya dijawab dengan keheningan.
10 menit kemudian Arina kembali dengan memakai sarung putih bermotif cantik di bawah-nya dan baju kaus hitam lengan pendek yang sedikit longgar di tubuh-nya. Dengan wajah pucat sayu Arina mendekat kearah mereka.
'Kini mereka mungkin sudah sedikit lebih nyaman' batin Arina
Tak berselang lama setelah Arina duduk terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar. Mata mereka langsung tertuju kearah Arina seolah meminta persetujuan untuk membuka pintu. Melihat Arina hanya terduduk dan terdiam tanpa respon salah satu dari mereka langsung berdiri membuka pintu.
Ketika pintu terbuka, orang yang ada diluar langsung menerobos masuk dan menutup pintu, mereka semua awalnya bingung. Tapi, ketika melihat dua orang pria dan satu wanita berjas hitam itu terduduk bertekuk lutut dilantai tepat didepan kaki Arina, mereka hanya diam dan membiarkan orang itu masuk meski tanpa ijin.
"Nona... K-kami" Ucap salah satu pria itu membuka suara dengan aksen Jepangnya.
Satu tamparan keras melayang ke pipi -nya dan berhasil membuat semua yang ada diruangan itu terkejut. Seakan menunggu giliran, kedua orang itu makin tertunduk dan langsung saja Arina menampar bahkan menendang mereka satu persatu. Setiap kali terjatuh mereka akan kembali duduk meski hidung dan bibir mereka terasa perih dan berdarah. Arina tak peduli dirinya menjadi tontonan yang tak pantas dimata ke enam pria agamis itu.
"Dimana kalian... Saat aku hendak dibunuh? " Tanya Arina setelah meluapkan emosinya
"Maaf nona... Saat kami berada dijalan ada kecelakaan yang terjadi, kami juga ditahan agar tidak meninggalkan lokasi kejadian, kurang lebih 30 menit akhirnya kami paham kalau ini tak tik mereka, setelah berulang kali menelpon nona. Tapi, tak ada jawaban sama sekali, kami semakin khawatir dan baru bisa bergegas sekarang, seolah ini memang sudah direncanakan mereka sejak awal" Tutur salah satu pria berbadan kekar itu menjawab
Arina hanya mengangguk pelan dan paham atas situasi ini, perlahan sayatan itu kembali menimbulkan rasa sakit dan membuat Arina tidak ingin membuat pelajaran lagi pada mereka.
"Nona presiden menelpon, kita harus mencari tempat yang pas" Sambung-nya sembari memberikan ipad berukuran besar berwana abu itu ke depan Arina.
"Tak perlu mereka orang Indonesia" Ucap Arina menggunakan bahasa Indonesia dan membuat seisi kamar terkejut dan memandang Arina, ternyata dia pandai bahasa Indonesia.
Panggilan video call tersambung dan tampak pak presiden sudah berada disana. Ke enam pria itu terkejut melihat wanita pembunuh ini berurusan dengan Presiden mereka. Tapi, mereka hanya memilih diam tanpa tanya dan menyaksikan saja.
"Apa kamu tidak apa-apa? " Tanya presiden pada Arina dengan tatapan heran ketika melihat pakaian yang dikenakan Arina tidak seperti biasanya.
"Aku tidak tau kenapa anda menelpon saya saat ini, dari awal sudah saya katakan bahwa saya tidak menyukai anda" Tutur Arina dengan tatapan dingin dan tajam. Setiap kata perkata yang dilontarkan Arina membuat ke enam pria ini terkejut atas ketidak sopanannya.
"Dengan mengirimkan saya untuk bertugas ke Osaka saat ini tentu menjadi peluang bagi anda untuk melenyapkan saya"
"Apa maksud-mu? kamu jangan salah paham" Bapak Presiden itu terkejut mendengar kata perkata dari Arina
Arina hanya tersenyum tajam dan membuka baju kaos itu didepan kamera. Pak presiden hanya memperhatikan dengan seksama, tampak Arina kini mengenakan surban sebagai penutup dadanya berbentuk segitiga dan mengikatnya kebelakang.
Husein yang melihat surban yang sering dia kenakan untuk sholat malah dipakai untuk menutupi dada Arina merasa emosi dan tidak bisa mengontrol wajahnya, Teman-temannya hanya melihat Arina tidak percaya bisa setidak sopan itu dan berbalik menatap Husein bergantian.
"Anda pasti paham panggilan video ini direkam, luka sayatan ini berasal dari pembunuh bayaran Osaka tempat hotel yang kalian atur untuk aku tinggali, aku ditugaskan kemari untuk keperluan negara. Jika, seandainya aku mati disini itu berarti Indonesia dan Jepang sudah berencana untuk melakukan itu, akan aku pastikan kalian juga harus terseret dan jatuh dari tempat duduk kalian saat ini" Ancam Arina
"Oh iya... Memang dengan membunuhku mungkin akan mendapatkan keuntungan bagi kalian dan hanya perlu memalsukan keadaan. Tapi, pak presiden" Ucap Arina sembari berjalan memegang i-pad ditangannya kearah ke-enam pria itu.
"Mereka konten kreator Indonesia, pemuda prestasi yang banyak dikenal di Indonesia, jika membunuhku maka pasti harus membunuh mereka... Dan kupikir kau tau apa yang akan terjadi jika terlalu banyak membunuh publik pigur" Ucap Arina yang kini duduk tepat didepan mereka.
"Apa yang kamu inginkan? " Tanya pak presiden ketika melihat banyak yang terlibat.
Arina tersenyum menyeringai mendapat jawaban itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Aranta Rian
🥰😘
2023-10-16
0