"Pertama, anda harus katakan juga pada presiden Jepang mengenai hal ini agar dia tidak berani macam-macam kembali" Ucap Arina dan diberi anggukan oleh Presiden
"Kedua, mengingat mereka juga terlibat dalam situasi saat ini, anda harus mencarikan tempat untuk kami tinggal bersama, sediakan transportasi dan bahan makanan ditempat itu" Jelas Arina satu persatu dengan wajah sayu
"Baik" Ucap pak presiden dan Arina menutup telpon setelah mengangguk pelan
Seketika Arina langsung terjatuh dari tepi ranjang ke lantai, kedua pria yang berpakaian jas itu dengan sigap membantu Arina untuk memapahnya keatas kasur.
"Luka-mu begitu parah nona" Ucap wanita itu setelah memeriksa luka Arina
"Kita harus kedokter" Ucap salah satu mereka
"Kau gila? " Ucap mereka saling bersautan memberikan opini.
Kondisi saat ini begitu tersusun rapi, kemungkinan besar bahkan ambulance yang akan dikendarai atau dokter yang akan menangani adalah komplotan mereka yang ingin mencelakai Arina.
"Lakukan disini saja" Ucap Arina dengan nafas yang terengah-engah.
"Disini? Nona sebaiknya kita lakukan di vila saja" Saran mereka
"Kau sudah mendapat lokasi yang dia kirim? Belum kan? Menunggunya hanya akan membuatku mati" Ucap Arina geram dengan keringat yang sudah keluar dari tubuhnya
"Cepatlah" Ucap Arina menatap tajam
"Baiklah nona, tapi kau harus menahannya ini akan sangat sakit" Ucap wanita berjas itu dengan wajah panik.
"Aku percayakan padamu" Ucap Arina menatap pengawal wanitanya itu yang juga merupakan seorang dokter.
"Baik" Ucapnya mengangguk dan mulai mengeluarkan koper hitam yang dibawanya tadi.
Dengan cepat tangan mereka membantu menyusun barang, infus dan menggunakan sarung tangan. Tak ada bius saat ini, karnanya mereka sangat gugup karna sakitnya pasti akan dua kali lipat. Luka bekas sayatan itu sudah terlanjur terbuka begitu lama ditambah Arina baru selesai mandi, membuat darahnya semakin banyak keluar.
"Cukup pegang aku" Ucap Arina ketika menyadari keraguan dari mereka
Dengan pandangan iba mereka akhirnya menghitung mundur dan memulai.
Satu tusukan jarum masuk ke kulit Arina dan membuat dirinya mengerang hebat,
"Tolong bantu pegangi dia" Ucap salah satu pengawal karna mereka bertiga kekurangan orang.
Dengan rasa ragu karna harus Memegang wanita mereka saling pandang sebelum ambil langkah
"Tolong lah" Ucapnya sekali lagi mengiba
"B-baik" Ucap mereka dan melangkah cepat mengelilingi Arina yang kini sedang menggeliat kesakitan.
Husein yang berada tepat disamping kanan kepala Arina memandangnya menahan sakit, membuat hatinya juga merasa sakit ditambah setelah mendengar dirinya ber telponan dengan presiden dia tidak jadi merasa benci tapi malah berganti kasihan. Kasihan ketika melihat wanita secantik ini malah dengan tanpa pikir bisa berkorban diri demi negara-nya. Meski dia tak tau apa sebenarnya masalah yang sedang presiden dan wanita ini bicarakan.
Mata Husein dan Arina bertemu, tampak mata Arina begitu sayu dan penuh air mata menatap mata Husein juga. Mulutnya yang disumbal dengan kain agar tak meninggalkan suara menjadi saksi betapa menyakitkan-nya dirinya saat ini.
Belum siap proses penjahitan disisi lain, Arina pingsan di tengah jalan, awalnya mereka khawatir Arina kenapa-kenapa. Tapi, setelah mendengar penjelasan wanita berjas hitam itu akhirnya mereka hanya memandang Arina dan diam.
"Akhirnya selesai juga" Ucap wanita itu dan memeriksa kondisi Arina, semua merasa lega meski Arina belum sadarkan diri.
Tak berselang lama badan Arina malah terguncang hebat mengagetkan mereka semua.
"Dia kenapa? " Tanya mereka bersaut-sautan
"Dia baru kehilangan darah yang banyak, tentu dia mengalami guncangan yang hebat" Jelas wanita itu
"Dia perlu pendonoran darah"
"Apa golongan darahnya? " Tanya pria itu bersautan karna panik
"O, apa diantara kalian ada bergolongan darah O? " Tanya nya
"Aku" Ucap dua orang pria salah satunya adalah Husein
"Baik akan aku donorkan secara bergantian" Ucap wanita itu dan langsung dengan sigap memasukkan jarum besar ke urat lengan salah satu diantara mereka.
Pendonoran darah berhasil dilakukan kini Arina tidak terguncang kembali.
"Sebentar lagi kita akan pergi, mereka sudah mengirimkan tempat untuk kita, maaf tuan sekalian, kami juga harus membawa kalian, silahkan kemasi barang kalian" Tutur pengawal itu dengan jelas dan diberi anggukan oleh mereka.
"Kita akan pergi setelah kalian siap menyimpan barang" Sambungnya kembali.
Tak butuh waktu lama karna mereka semua baru sampai dan belum sempat menata barang, kini mereka sudah siap pergi dengan koper di tangan mereka masing-masing.
"Kau ikut kami, kita pergi dengan mobil yang sama, selebihnya dia akan mengantarkan kalian" Ucap pengawal kepada pendonor dan yang lainnya.
"Baik" Ucap mereka dan mulai berjalan ke koridor hotel,
Arina yang masih belum sadarkan diri, digendong oleh pengawal itu dengan pria yang mendonorkan darahnya di sampingnya sembari memegang kantong infus dan kantong darah yang dipegang pengawal wanita di sampingnya.
Sekitar 8 menit mereka sampai disebuah vila mewah dengan dua lantai yang dikelilingi pohon rindang, sangat nyaman dan sunyi.
Pengawal membawa Arina masuk kedalam kamar dan meletakkannya ke kasur, setelah itu memanggil Husein untuk mendonorkan darahnya, karna mereka rasa sudah cukup banyak yang diberikan oleh pemuda yang pertama walaupun Arina masih perlu. Oleh karna itu mereka harus memberikan darah kembali.
Dengan sigap tangan wanita itu menyambungkan jarum itu ke lengan Husein dan meninggalkan ruangan.
"Mbak" Husein menghentikan langkah wanita itu.
"Saya ditinggal berdua saja dengan mbak ini? " Tanya Husein kembali melihat wanita itu hendak pergi meninggalkan mereka berdua.
"Iya, ada masalah? " Ucapnya dengan senyum ramah
"Tapi kami bukan mahram" Ucapnya kembali
Wanita itu mengernyitkan dahinya menatap Husein heran.
"Tidak papa ada cctv"
"T-tapi mbak"
"Maaf tuan, nona hanya membawa tiga pengawal ke sini, kami harus membagi tugas dahulu, nona sedang tidak sadarkan diri, dia tak mungkin akan melecehkan anda" Ucap wanita itu dan membuat Husein terdiam mendengar kalimat terakhir, kata 'melecehkan' membuat dirinya diam mematung seketika.
Husein akhirnya hanya bisa pasrah dan menghela nafas setelah kepergian wanita itu.
Matanya menyapu seluruh ruangan tanpa sisa membuang kebosanan. Hingga, matanya terhenti menatap wanita yang kini berada tepat didepannya, kulitnya yang putih, raut wajah yang begitu istimewa dan rambut panjangnya begitu cantik, bahkan bulu matanya begitu lebat sangat indah dipandang mata.
"Astaghfirullah Husein" Ucapnya kepada dirinya sendiri sembari memukul pipinya keras.
Suara Husein yang keras membangunkan Arina. Mata cantiknya menoleh kearah sumber suara itu. Arina bergerak merasakan tubuhnya yang sakit dan membuat Husein menoleh kearahnya.
"Kamu sudah sadar? " Tanya Husein melihat Arina yang bergerak untuk duduk.
Arina tidak menjawab sama sekali, Arina hanya menganggap itu pertanyaan yang tidak penting sama sekali. Husein membantu menambahkan bantal kebelakang Arina.
Arina yang baru bangun melihat sekeliling kamar dan hanya ada mereka berdua. Melihat itu Husein mencoba menjelaskan dari awal dan diberi anggukan oleh Arina.
"Nama kamu Husein kan? " Selidik Arina
"Iya betul, kok kamu tau ya? " Tanya Husein kembali heran, seingatnya dia sama sekali tidak mengenal wanita yang ada didepan-nya.
"Tau saja" Ucap Arina singkat.
"Nama kamu? " Husein bertanya kembali
"Panggil saja Arina" Jawab Arina menoleh kearah Husein
Husein yang mendapat tatapan itu tidak membalasnya tapi hanya menunduk.
"Kamu dari negara mana, kalau boleh tau" Tanya Husein kembali memecah keheningan
"Aku liat kamu tadi begitu faseh memakai bahasa Inggris dan Jepang, sekarang juga kamu sangat pandai berbahasa Indonesia" Tanya-nya kembali mengingat Arina begitu faseh saat berbicara bahasa Jepang dengan samurai itu dan berbahasa Inggris ketika bersama pengawal-nya.
"Indonesia, sama seperti mu" Jawab Arina dan memejamkan matanya.
Husein tercengang walaupun sebenarnya dia sudah menerka-nerka diawal. Melihat raut wajah Arina yang begitu kelelahan, Husein tidak bertanya kembali dan hanya diam
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Aranta Rian
Fighting 💘🫂
2023-10-16
0