Pukul dua belas malam Arina juga belum bisa terlelap sama sekali. Dia berbolak-balik kesana kemari tanpa henti, Arina memandang punggung yang kini membelakangi diri-nya yang tak lain adalah suami-nya
Husein sudah terlelap dari tadi tanpa terganggu sedikitpun. Ingin rasanya Arina mencabik-cabik punggung itu dan membuangnya ke laut untuk disantap hiu, dia tak habis pikir kenapa pria agamis seperti Husein mau menikah dengan wanita seperti dirinya.
Arina masih menerka-nerka apa yang telah ayah pertaruhkan agar bisa mendapatkan persetujuan pria ini. Jika masalah uang, Husein bukan orang miskin yang bisa disogok dengan uang, dia juga jauh dari hal yang berbau politik.
Arina tau betul keluarga Husein hanya menjalani kehidupan secara agamis saja. Tak ada berbaur dengan pemerintah dan politik. Hingga, tak memungkinkan jika Husein dijebak dengan dunia politik agar menikahi dirinya.
Penat memikirkan itu semua, Arina mendengus kesal seketika mata Arina malah tertuju keatas meja kecil di samping tempat tidur Husein. Ada kunci mobil dan kunci kamar yang tergeletak begitu saja disana.
Arina menatap kunci itu dengan senyuman yang sumringah.
'Apa dia begitu bodoh' batin Arina
Perlahan Arina menyikap selimut dengan pelan dan turun dari ranjang menjinjit-jinjit kaki-nya. Tangannya dengan sigap langsung meraih gamis yang tergeletak dilantai dan mengambil kunci mobil serta kunci kamar dengan pelan.
Dengan cepat kini Arina lolos dari dalam kamar dan mulai mencari-cari tempat parkir. Pandangan Arina terperangah dengan suasana rumah Husein yang berhasil mengejutkannya.
Halaman rumah yang sangat luas dikelilingi gedung-gedung megah bertingkat tiga mengelilingi rumah itu layaknya asrama dengan kamar yang beraturan. Bahkan, ada masjid besar dengan dua tingkat disana lampu-lampu menerangi setiap gedung.
Arina bertanya-tanya dalam hati 'komplek apa yang didiami oleh Husein saat ini? Kenapa begitu banyak bangunan yang seperti asrama mengelilingi rumahnya? '
Tak ingin larut dalam rasa penasaran, Arina memilih melangkah mencari tempat parkir dan menekan remot mobil. Tampak dari sudut rumah ada sebuah mobil hitam mengkilau menyinarkan lampunya dan berbunyi. Dengan langkah cepat Arina langsung masuk kedalam mobil dan menghidupkan-nya.
Arina mulai menyetir mobil mencari jalan keluar. Tampak dari jauh ada sebuah gerbang putih yang tinggi menjulang keatas dengan sebuah kantor pos kecil disamping-nya. Arina menyetir mobil kearah sana dengan perlahan agar tak ada yang curiga. Seorang satpam keluar dari posko membuka pintu gerbang dengan wajah mengantuk dan sesekali menguap. Usai membukakan pintu, Satpam itu menghampiri kaca mobil.
"Mau kemana nak Husein? " Tanya satpam itu di samping kaca mengira yang menyetir adalah Husein.
Arina sama sekali tidak menjawab apalagi membuka jendela pintu mobil. Arina langsung menginjak pedal gas dan pergi meninggalkan komplek itu.
'Mereka pikir bisa semudah itu ngejebak aku? ' batin Arina tertawa puas ketika dengan mulus keluar dari gerbang itu.
Arina bergegas mengubungi salah satu pengawalnya agar menyiapkan segala urusan-nya, jarinya dengan cepat menekan tombol demi tombol ponsel milik Husein yang dia ambil tadi.
"Urus keberangkatan-ku malam ini" Ucap Arina ketika dari sana sudah mengangkat telpon
"Aku akan kebandara sekarang. Lakukan dengan cepat" Perintah Arina.
Kini Arina mulai mencari rute dari GPS yang ada di mobil menuju bandara terdekat.
"Tidak disangka perjalanan ini sangat begitu mulus" Gumam Arina dengan smirk di wajahnya.
Arina terus menyetir mobil dengan santai dan hati yang senang tanpa memikirkan hal apapun. Dia hanya perlu meninggalkan Husein selamanya. Dia tak perlu bertemu kembali, pernikahan ini juga bisa disebut dengan pernikahan sembunyi-sembunyi. Dia hanya perlu tidak berhubungan dengan Husein, pernikahan secepat kilat ini juga tak terdaftar di kua. Jadi masalah ini dapat tuntas tanpa dia harus turun tangan sama sekali.
"Berhenti" Suara seseorang tiba-tiba menggelegar dari mobil yang sekarang tepat disamping Arina.
Arina mengernyitkan dahinya tanpa menepi sama sekali. Mata Cantik-nya menyipit mencoba memperhatikan siapa orang yang berbuat gila seperti itu di tengah jalan.
"Ayah?! " Arina terkejut melihat pria disamping sopir adalah ayahnya
Sontak segera Arina menancap gas cepat melarikan diri dari kejaran ayah-nya. Arina mencoba meloloskan diri dari kejaran yang semakin mendekat, dengan tenaga yang sudah terkuras sejak tadi, Arina mencoba tetap stabil menahan sakit di tubuh-nya, Arina merasa sangat kewalahan menghadapi tiga mobil dengan kecepatan kilat mengejar mobil Arina tanpa henti.
Kini mobil itu sudah berada disisi kanan dan kiri Arina. Mencoba menghentikan Arina agar berhenti mengebut dan berhenti. Satu mobil disamping kiri Arina maju mendahului Arina tepat didepan mobil dan menjauh sebelum berbalik arah. Arina yang melihat mobil itu berbalik tanpa ampun menuju kearahnya sontak Arina langsung menginjak pedal rem dari kecepatan tinggi. Alhasil, Arina yang mencoba menghindar malah membuat mobil yang dia kendarai terbalik seketika dan terseret beberapa meter.
Seketika penglihatan Arina menjadi kunang-kunang dengan rasa sakit yang begitu dahsyat, darah mulai mengucuri dahinya dan menetes pelan ke pipi-nya. Luka bekas jahitan itu pun tersobek kembali dan mengeluarkan darah segar dari balik bungkusan perban putih.
"Cepat keluarkan dia" Perintah Ayah Arina kala sudah mendekat
"Baik tuan" seru mereka dengan cepat berusaha membantu Arina keluar
Arina menatap ayah-nya dengan perasaan yang sangat sakit begitu dalam. Perlahan air matanya menetes perlahan mencampuri warna darah dipipi-nya.
"Ayah... Kenapa kau harus sampai seperti ini padaku? " Arina bertanya dengan lirih memandangi wajah ayahnya setelah berhasil keluar dari mobil
"Bawa dia ke dalam mobil" Perintah Ayah Arina tanpa menjawab pertanyaan dari anak-nya itu.
Arina berjalan dengan bantuan oleh dua pengawal pria berbadan tegap dikedua sisi-nya. Arina menangis melihat perlakuan ayah-nya untuk kali pertama padanya seperti ini.
"Lihat ini" Ucap sang Ayah memberikan sebuah dokumen didalam map hitam pada Arina yang masih membungkuk sambil menangis tanpa suara.
Arina menatap kearah ayahnya sebelum tangannya membuka map hitam tersebut. Tak ada rasa bersalah dan wajah hangat seperti dulu terlukis diwajah ayah Arina, ayahnya yang saat ini bersama dirinya seperti orang yang tak sama seperti yang dia kenal sejak kecil.
Tangan Arina membuka perlahan map hitam ditangannya mengeluarkan kertas dokumen dari dalam map dan mulai membaca baris perbaris yang tertera disana. Dengan mata yang membelalak dan tak percaya Arina terus membaca sampai habis sebelum akan bertanya pada ayah-nya.
"Ayah... Apa maksudnya ini semua? " Arina tak Terima dengan setiap kalimat yang tertera dalam dokumen.
"Tak ada yang perlu dijelaskan Arina, semua sudah dijelaskan didalam dokumen" Jawab sang ayah dengan perasaan enteng
"Ayahhhh" Teriak Arina menggelegar dari dalam mobil
"Dengar Arinaaa" Balas ayah dengan membalas teriakan Arina
"Jika kau melarikan diri seperti ini lagi atau bahkan bercerai dengan Husein. Maka, hotel dengan cabang-cabang yang ayah punya akan menjadi hal milik Husein dan perusahaan pengembang teknologi di Jepang akan menjadi hak milik John" Ancam ayah dengan mata yang membelalak pada Arina
Dengan tatapan yang tak percaya Arina membalas tatapan sang ayah tajam
"Jadi, ini yang kau janjikan pada pria brengsek itu agar dia mau menikah dengan-ku ha? "
"Dan satu lagi... Jika kau berbuat kurang ajar pada seluruh keluarga Husein... Ayah akan membuka organisasi yang susah payah kau bentuk pada awak media" Tambah ayah Arina
"Pantas saja dia juga membantu ayah untuk menikahkan-ku dengan pria bajingan gila harta itu, ternyata memang ini niat nya dasar anak pungut" Ucap Arina kasar menyebut John.
"Arinaaa" Satu tamparan keras melayang di pipi Arina membuat kepalanya terbentur keras kejendela pintu mobil.
Satu tamparan keras itu membuat Arina terdiam seketika. Ayahnya berani berbuat kasar seperti ini padanya hanya karna para pria brengsek itu.
Ayah Arina tersadar seketika setelah tangannya melayang menampar keras anak perempuan-nya itu, dengan perasaan cemas ayah Arina mendekat kearah Arina mencoba meraih kepala Arina memeriksa keadaan-nya.
"Arina anak-ku" Lirih sang ayah dengan suara bergetar
"Jangan sentuh aku" Arina menepis keras tangan ayahnya dan membuka mobil keluar dari dalam sana dengan perasaan yang sangat hancur memenuhi dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Aranta Rian
Fighting
2023-10-16
0