Bab 13 Seharian Bersama Arina

"Bagaimana keadaan-mu sekarang nak?, tadi kata Husein kamu demam" Ucapnya basa-basi mencoba berbicara dengan ramah

"Gak masalah, ibu gak perlu khawatir" Jawab Arina ketus datar tanpa memandang ibu-nya Husein yang lebih tepatnya adalah ibu mertuanya

Ibu Husein hanya tersenyum mendengar tutur kata dari Arina yang mungkin masih belum bisa menerima keadaannya saat ini.

"Jangan panggil ibu nak, panggil umi sama seperti Husein. Kamu udah jadi menantu Umi, kamu jadi anak umi sekarang" Ucap Umi dengan tangan yang mencoba menyentuh tangan Arina juga.

'Dasar sok baik, munafik' batin Arina merasa jijik dan benci mendengar untaian kata dari wanita paruh baya yang sekarang duduk didepannya.

"Tadi umi bikinin kamu bubur kacang ijo sama susu putih biar badan kamu jadi lebih enakan" Tutur umi perhatian

Arina melihat kearah nampan yang sudah berada diatas meja disamping tempat tidur-nya dengan suara yang membisu.

"Dihabisin ya" Ucap umi kembali sebelum beranjak pergi.

Melihat tak ada jawaban sama sekali dari Arina menantu-nya itu, dia kembali bertanya pada Arina.

"Apa kamu suka bubur kacang nak? "

Merasa risih dengan keberadaan wanita itu " Enggak" Jawab Arina spontan

"Kamu gak suka bubur kacang? " Umi kembali memastikan

Mendengar pertanyaan itu diulang kembali Arina hendak meninggikan suaranya, seketika matanya kembali melihat warna lampu dari penyadap suara dari bawah meja belajar milik Husein dan mengurungkan niatnya.

"Enggak mungkin aku gak suka Umi" Ucap Arina sopan dengan wajah yang dia paksakan tersenyum

"Ohh umi pikir Arina gak suka" Ucap umi kembali dan berdiri dari duduknya

"Umi tinggal pergi dulu ya"

"Iya umi" Jawab Arina dengan wajah yang masih dia paksakan tersenyum

Seketika wanita paruh baya yang baru saja Arina sebut dengan sebutan umi yang merupakan ibu mertuanya itu kini telah hilang dari balik pintu kamar.

Tinggal mereka berdua didalam kamar. Husein kembali duduk kedekat Arina dengan diam.

"Bantuin kek" Ketus Arina kala melihat Husein yang hanya diam tak berinisiatif membantu dirinya

"Oh I-iya"  Jawab Husein kikuk dan mulai membantu Arina untuk menyuapi-nya mengingat dirinya sedang sakit.

Dengan telaten Husein menyuapi Arina dengan lembut dan pelan sambil sesekali mengelap bibir Arina yang belepotan menggunakan tisu.

Arina tak henti memandang Husein dengan lekat tanpa melepaskan-nya barang kali sedetik saja.

'Jika bukan karna harta, lalu karna apa dia mau menikahi-ku? " Batin Arina kembali memikirkan pertanyaan dan ungkapan ayah-nya tadi malam.

Satu mangkuk bubur dan segelas susu putih itu pun tuntas habis tanpa sisa dilahap Arina. Tangan Husein kini membuka bungkusan pil obat yang sudah diberikan oleh dokter tadi malam.

"Ini" Husein memberikan pil itu ketangan Arina untuk diminum-nya.

"Apa kau buta ha?" Arina kesal melihat Husein yang seolah-olah tak melihat lengannya yang luka hingga tak bisa mengangkat tangan-nya

"I-iya maaf" Husein terkejut seketika mendengar suara Arina dan kini mulai membantu Arina memasukkan pil obat itu kedalam mulut Arina dan menyuapi-nya air minum.

"Sudah? " Tanya Husein memastikan

Arina hanya mengangguk pelan tanda sudah cukup. Husein meletakkan gelas air putih diatas meja kembali usai Arina merasa cukup dan kembali duduk dikursi samping Arina.

"Aku mau ke salon, rambut-ku udah lepek" Ungkap Arina

"Kamu gak boleh keluar dulu Arina" Ujar Husein mengingatkan

"Kamu gila ya? Kamu gak liat rambut aku udah jorok kayak gini? Mana bau lagi" Oceh Arina lebar

"Kan bisa kerimbat disini aja" Jawab Husein

"Kamu gak liat keadaan aku sekarang? Kalo bisa ya aku bakal sekalian mandi juga" Jawab Arina cerewet

"Maaf Arina, tapi kejadian tadi malam bikin kami terpaksa kurung kamu di kamar... Kamu gak boleh keluar dulu" Jelas Husein

Arina menghela nafas kesal mendengar penjelasan dari Husein.

Husein melirik kearah Arina yang tampak begitu kesal.

"Ya udah, Kamu aja bantuin aku keramas" Ujar Arina menatap Husein yang sedang melihat-nya juga.

"Aku?! " Tanya Husein kembali dengan jari telunjuk yang menunjuk kearah-nya.

"Iya kamu, kenapa? " Tanya Arina kembali "Gak mau? "

"Bukan gitu kok Arina" Husein menggeleng pelan

"Ya udah sini bantuin aku" Tambah Arina kembali

Husein seperti bawahan Arina yang begitu patuh dan takut salah bicara dengan Arina yang layaknya seperti majikan Husein. Dengan gerakan pelan Husein merangkul pinggang Arina dan menggendong-nya kedalam Pelukan Husein kemudian berlalu kekamar mandi.

Tampak lampu kamar mandi yang terang menyinari ruangan kamar mandi besar bernuansa putih dengan kaca transparan sebagai pembatas dari bath up dengan closed duduk di samping tembok.

Husein meletakkan dengan pelan Arina kedalam bath up besar berwarna putih itu. Husein kemudian melangkah mengambil handuk kecil dari samping pintu untuk meletakkan-nya dibelakang leher Arina.

"Pakai shampo ini dulu boleh? " Tanya Husein

"Terserah" Jawab Arina tanpa melihat merek shampo yang ditunjuk Husein.

Husein langsung mengambil kursi berukuran kecil dan menghadap Arina yang kini telah berbaring dengan rambut yang menjulur keluar bath up. Tangan Husein kini mulai beraksi membasahi rambut Arina dengan pelan menggunakan air hangat dari shower yang ada di tangan-nya kemudian mengenakan shampo di rambut Arina. Husein terus meratakan dan sedikit memijat kepala Arina agar berbuih. Lama dia memijat kepala Arina, matanya malah tertuju pada sela-sela lipatan dada milik Arina yang tampak dari kain sarung yang ia kenakan sedari tadi malam. Gundukan itu sangat besar ditambah Arina yang sama sekali tak mengenakan bra membuat gundukan itu semakin tampak jelas begitu indah dimata Husein

"Akh... Pedas" Pekik Arina sembari mengucek matanya perih

Seketika Husein tersadar dan langsung membantu Arina mencuci wajahnya dengan air yang ada di tangan Husein.

"Pelan-pelan" Ketus Arina

"I-iya" Jawab Husein gugup dengan wajah yang malu-malu.

Usai membilas rambut Arina, Husein langsung membantu Arina duduk dan membalut kan handuk kerambut Arina. Tampak punggung Arina kini sudah basah dengan kain sarung yang masih dia pegang menggunakan tangan kiri-nya.

"Sebentar aku ambil handuk dulu" Ungkap Husein kala sudah membantu Arina keluar dari bath up

"Hmm" Arina mendehem tanda setuju dengan tangan kiri yang sedari tadi memegangi sarung basah ditubuh-nya.

"Ini" Husein memberikan handuk tebal berwarna putih kepada Arina

"Kenapa? Kamu gak mau makein-nya? " Tanya Arina seketika

"E-enggak gitu, nanti aku salah li... Astaghfirullah Arinaaa" Husein langsung menyebut dan spontan menutupi tubuh Arina, kala Arina melepas sarung yang ia kenakan sampai membuat dirinya bertelanjang dada tepat dihadapan Husein yang kini berdiri tegak berusaha menutupi tubuh Arina.

Terpopuler

Comments

Aranta Rian

Aranta Rian

Dapat Arina... dibuat senyam senyum aku mah

2023-10-16

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Serangan DiOsaka
2 Bab 2 presiden
3 Bab 3 vila
4 Bab 4 Alex
5 Bab 5. Acara bakar-bakar
6 Bab 6. Kepulangan ke Indonesia
7 Bab 7. Diperistri dalam 10 menit
8 Bab 8 kenapa menikahi-ku
9 Bab 9. Husein yang bingung
10 Bab 10 Melarikan Diri
11 Bab 11 Kembali Kepada Husein
12 Bab 12 Arina Demam
13 Bab 13 Seharian Bersama Arina
14 Bab 14 Kemeja Putih
15 Bab 15 Arina Yang Nakal
16 Bab 16 Keganasan Husein
17 Bab 17 Ketahuan Ummi
18 Bab 18 Janji Keluar
19 Bab 19 Sebuah Telpon
20 Bab 20 Menepati janji
21 Bab 21 Diluar
22 Bab 22 Kelicikan Arina
23 Pulang kerumah
24 Aku gak bisa sholat
25 Kembali ke Jakarta
26 Kolam Renang
27 Naif
28 Fakta
29 Perbincangan Dengan Pak Presiden
30 Dewan
31 Pertemuan dengan ketua partai
32 Bergabung dengan partai
33 Teka Teki
34 Politik
35 Ayah
36 Kekejaman Ayah
37 Perhatian Husein
38 Kondisi Arina
39 Pertemuan Dengan Organisasi
40 Konsekuensi Para Pengkhianat
41 Do'a Dari Husein
42 Rekaman
43 Alibi Alex
44 Deepdark
45 Pertengkaran
46 Husein yang kelu
47 Bertemu Dengan Alex
48 Menemui Husein
49 Meninggalkan-ku Kembali
50 Bercumbu Kembali
51 Bukti
52 Penembakan
53 Tak ada cinta tulus untukmu
54 Ancaman
55 Kehidupan John
56 Tersadar
57 Bertemu Kembali
58 Kau Terlalu membuat-ku kecewa
59 Lupakan Alex
60 Bingung
61 Arina Hospital
62 Apa Dia Mendengar-nya
63 Meninggalkan-ku?
64 Malam Sunyi
65 Hutan
66 Hanya kau satu-satunya
67 Mencoba Terbuka
68 Kamar Mandi
69 Janji Dinner
70 Bonus
71 Permintaan Tolong
72 Salah Tapi Tak marah
73 Ustad-ku
74 Isu
75 Membawa Husein
76 Solusi
77 Bukan Pemarah
78 Penjelasan Husein
79 Kamera
80 Ancaman
81 Bersabar kembali
82 Bukan Modal
83 Keputusan Arina
84 Husein yang tak tau
85 Pendonor-an Besar-besaran
86 Taushiyah
87 Bukan Sembarang Wanita
88 Kawal dan Bawa
89 Lelah
90 Keputusan Husien
91 Live streaming
92 Kedatangan Segerombolan Pria
93 Arina Terluka
94 Rumah Sakit
95 Langkah yang diambil tanpa Nona
96 Menuju Tempat
97 Sekian Lama
98 Karma
99 Larut
100 Fakta Saat Nona Tertidur 1
101 Fakta Saat Nona Tidur 2
102 Kabur
103 Dimana Alixia
104 Berkorban
105 Abdi
106 Ratu pasar Gelap
107 Pergerakan Awal
108 Red Room
109 Penghinaan
110 Harga Jual Tubuh Ratu
111 Sosok lain dari pria ini
112 Pergerakan Husein
113 Monster
114 Bagaimana tidak mencintai orang seperti ini
115 Intelijen
116 Digiring
117 Introgasi
118 Keluar
119 Honeymoon
120 Berkorban Diri
121 Rajam
122 Dimana Arina
123 Keberadaan Arina
124 Keadaan Sang Kekasih
125 Sumpah Mati-ku
126 Perih
127 Sumpah Serapah mulut tanpa akal
128 Putusan Hakim
129 Harapan
130 Gaun Pertama dan Terakhir untuk Istriku
131 Malam Terakhir
132 Eksekusi
133 Arina-ku Yang Malang
134 Kejadian hari itu
135 Kerelaan Arina
136 Mata Media
137 Kembali
138 Kelu Muhammadku
139 Campur Tangan Sang Maha Kuasa
140 Finish...
Episodes

Updated 140 Episodes

1
Bab 1 Serangan DiOsaka
2
Bab 2 presiden
3
Bab 3 vila
4
Bab 4 Alex
5
Bab 5. Acara bakar-bakar
6
Bab 6. Kepulangan ke Indonesia
7
Bab 7. Diperistri dalam 10 menit
8
Bab 8 kenapa menikahi-ku
9
Bab 9. Husein yang bingung
10
Bab 10 Melarikan Diri
11
Bab 11 Kembali Kepada Husein
12
Bab 12 Arina Demam
13
Bab 13 Seharian Bersama Arina
14
Bab 14 Kemeja Putih
15
Bab 15 Arina Yang Nakal
16
Bab 16 Keganasan Husein
17
Bab 17 Ketahuan Ummi
18
Bab 18 Janji Keluar
19
Bab 19 Sebuah Telpon
20
Bab 20 Menepati janji
21
Bab 21 Diluar
22
Bab 22 Kelicikan Arina
23
Pulang kerumah
24
Aku gak bisa sholat
25
Kembali ke Jakarta
26
Kolam Renang
27
Naif
28
Fakta
29
Perbincangan Dengan Pak Presiden
30
Dewan
31
Pertemuan dengan ketua partai
32
Bergabung dengan partai
33
Teka Teki
34
Politik
35
Ayah
36
Kekejaman Ayah
37
Perhatian Husein
38
Kondisi Arina
39
Pertemuan Dengan Organisasi
40
Konsekuensi Para Pengkhianat
41
Do'a Dari Husein
42
Rekaman
43
Alibi Alex
44
Deepdark
45
Pertengkaran
46
Husein yang kelu
47
Bertemu Dengan Alex
48
Menemui Husein
49
Meninggalkan-ku Kembali
50
Bercumbu Kembali
51
Bukti
52
Penembakan
53
Tak ada cinta tulus untukmu
54
Ancaman
55
Kehidupan John
56
Tersadar
57
Bertemu Kembali
58
Kau Terlalu membuat-ku kecewa
59
Lupakan Alex
60
Bingung
61
Arina Hospital
62
Apa Dia Mendengar-nya
63
Meninggalkan-ku?
64
Malam Sunyi
65
Hutan
66
Hanya kau satu-satunya
67
Mencoba Terbuka
68
Kamar Mandi
69
Janji Dinner
70
Bonus
71
Permintaan Tolong
72
Salah Tapi Tak marah
73
Ustad-ku
74
Isu
75
Membawa Husein
76
Solusi
77
Bukan Pemarah
78
Penjelasan Husein
79
Kamera
80
Ancaman
81
Bersabar kembali
82
Bukan Modal
83
Keputusan Arina
84
Husein yang tak tau
85
Pendonor-an Besar-besaran
86
Taushiyah
87
Bukan Sembarang Wanita
88
Kawal dan Bawa
89
Lelah
90
Keputusan Husien
91
Live streaming
92
Kedatangan Segerombolan Pria
93
Arina Terluka
94
Rumah Sakit
95
Langkah yang diambil tanpa Nona
96
Menuju Tempat
97
Sekian Lama
98
Karma
99
Larut
100
Fakta Saat Nona Tertidur 1
101
Fakta Saat Nona Tidur 2
102
Kabur
103
Dimana Alixia
104
Berkorban
105
Abdi
106
Ratu pasar Gelap
107
Pergerakan Awal
108
Red Room
109
Penghinaan
110
Harga Jual Tubuh Ratu
111
Sosok lain dari pria ini
112
Pergerakan Husein
113
Monster
114
Bagaimana tidak mencintai orang seperti ini
115
Intelijen
116
Digiring
117
Introgasi
118
Keluar
119
Honeymoon
120
Berkorban Diri
121
Rajam
122
Dimana Arina
123
Keberadaan Arina
124
Keadaan Sang Kekasih
125
Sumpah Mati-ku
126
Perih
127
Sumpah Serapah mulut tanpa akal
128
Putusan Hakim
129
Harapan
130
Gaun Pertama dan Terakhir untuk Istriku
131
Malam Terakhir
132
Eksekusi
133
Arina-ku Yang Malang
134
Kejadian hari itu
135
Kerelaan Arina
136
Mata Media
137
Kembali
138
Kelu Muhammadku
139
Campur Tangan Sang Maha Kuasa
140
Finish...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!