"Bagaimana keadaan-mu sekarang nak?, tadi kata Husein kamu demam" Ucapnya basa-basi mencoba berbicara dengan ramah
"Gak masalah, ibu gak perlu khawatir" Jawab Arina ketus datar tanpa memandang ibu-nya Husein yang lebih tepatnya adalah ibu mertuanya
Ibu Husein hanya tersenyum mendengar tutur kata dari Arina yang mungkin masih belum bisa menerima keadaannya saat ini.
"Jangan panggil ibu nak, panggil umi sama seperti Husein. Kamu udah jadi menantu Umi, kamu jadi anak umi sekarang" Ucap Umi dengan tangan yang mencoba menyentuh tangan Arina juga.
'Dasar sok baik, munafik' batin Arina merasa jijik dan benci mendengar untaian kata dari wanita paruh baya yang sekarang duduk didepannya.
"Tadi umi bikinin kamu bubur kacang ijo sama susu putih biar badan kamu jadi lebih enakan" Tutur umi perhatian
Arina melihat kearah nampan yang sudah berada diatas meja disamping tempat tidur-nya dengan suara yang membisu.
"Dihabisin ya" Ucap umi kembali sebelum beranjak pergi.
Melihat tak ada jawaban sama sekali dari Arina menantu-nya itu, dia kembali bertanya pada Arina.
"Apa kamu suka bubur kacang nak? "
Merasa risih dengan keberadaan wanita itu " Enggak" Jawab Arina spontan
"Kamu gak suka bubur kacang? " Umi kembali memastikan
Mendengar pertanyaan itu diulang kembali Arina hendak meninggikan suaranya, seketika matanya kembali melihat warna lampu dari penyadap suara dari bawah meja belajar milik Husein dan mengurungkan niatnya.
"Enggak mungkin aku gak suka Umi" Ucap Arina sopan dengan wajah yang dia paksakan tersenyum
"Ohh umi pikir Arina gak suka" Ucap umi kembali dan berdiri dari duduknya
"Umi tinggal pergi dulu ya"
"Iya umi" Jawab Arina dengan wajah yang masih dia paksakan tersenyum
Seketika wanita paruh baya yang baru saja Arina sebut dengan sebutan umi yang merupakan ibu mertuanya itu kini telah hilang dari balik pintu kamar.
Tinggal mereka berdua didalam kamar. Husein kembali duduk kedekat Arina dengan diam.
"Bantuin kek" Ketus Arina kala melihat Husein yang hanya diam tak berinisiatif membantu dirinya
"Oh I-iya" Jawab Husein kikuk dan mulai membantu Arina untuk menyuapi-nya mengingat dirinya sedang sakit.
Dengan telaten Husein menyuapi Arina dengan lembut dan pelan sambil sesekali mengelap bibir Arina yang belepotan menggunakan tisu.
Arina tak henti memandang Husein dengan lekat tanpa melepaskan-nya barang kali sedetik saja.
'Jika bukan karna harta, lalu karna apa dia mau menikahi-ku? " Batin Arina kembali memikirkan pertanyaan dan ungkapan ayah-nya tadi malam.
Satu mangkuk bubur dan segelas susu putih itu pun tuntas habis tanpa sisa dilahap Arina. Tangan Husein kini membuka bungkusan pil obat yang sudah diberikan oleh dokter tadi malam.
"Ini" Husein memberikan pil itu ketangan Arina untuk diminum-nya.
"Apa kau buta ha?" Arina kesal melihat Husein yang seolah-olah tak melihat lengannya yang luka hingga tak bisa mengangkat tangan-nya
"I-iya maaf" Husein terkejut seketika mendengar suara Arina dan kini mulai membantu Arina memasukkan pil obat itu kedalam mulut Arina dan menyuapi-nya air minum.
"Sudah? " Tanya Husein memastikan
Arina hanya mengangguk pelan tanda sudah cukup. Husein meletakkan gelas air putih diatas meja kembali usai Arina merasa cukup dan kembali duduk dikursi samping Arina.
"Aku mau ke salon, rambut-ku udah lepek" Ungkap Arina
"Kamu gak boleh keluar dulu Arina" Ujar Husein mengingatkan
"Kamu gila ya? Kamu gak liat rambut aku udah jorok kayak gini? Mana bau lagi" Oceh Arina lebar
"Kan bisa kerimbat disini aja" Jawab Husein
"Kamu gak liat keadaan aku sekarang? Kalo bisa ya aku bakal sekalian mandi juga" Jawab Arina cerewet
"Maaf Arina, tapi kejadian tadi malam bikin kami terpaksa kurung kamu di kamar... Kamu gak boleh keluar dulu" Jelas Husein
Arina menghela nafas kesal mendengar penjelasan dari Husein.
Husein melirik kearah Arina yang tampak begitu kesal.
"Ya udah, Kamu aja bantuin aku keramas" Ujar Arina menatap Husein yang sedang melihat-nya juga.
"Aku?! " Tanya Husein kembali dengan jari telunjuk yang menunjuk kearah-nya.
"Iya kamu, kenapa? " Tanya Arina kembali "Gak mau? "
"Bukan gitu kok Arina" Husein menggeleng pelan
"Ya udah sini bantuin aku" Tambah Arina kembali
Husein seperti bawahan Arina yang begitu patuh dan takut salah bicara dengan Arina yang layaknya seperti majikan Husein. Dengan gerakan pelan Husein merangkul pinggang Arina dan menggendong-nya kedalam Pelukan Husein kemudian berlalu kekamar mandi.
Tampak lampu kamar mandi yang terang menyinari ruangan kamar mandi besar bernuansa putih dengan kaca transparan sebagai pembatas dari bath up dengan closed duduk di samping tembok.
Husein meletakkan dengan pelan Arina kedalam bath up besar berwarna putih itu. Husein kemudian melangkah mengambil handuk kecil dari samping pintu untuk meletakkan-nya dibelakang leher Arina.
"Pakai shampo ini dulu boleh? " Tanya Husein
"Terserah" Jawab Arina tanpa melihat merek shampo yang ditunjuk Husein.
Husein langsung mengambil kursi berukuran kecil dan menghadap Arina yang kini telah berbaring dengan rambut yang menjulur keluar bath up. Tangan Husein kini mulai beraksi membasahi rambut Arina dengan pelan menggunakan air hangat dari shower yang ada di tangan-nya kemudian mengenakan shampo di rambut Arina. Husein terus meratakan dan sedikit memijat kepala Arina agar berbuih. Lama dia memijat kepala Arina, matanya malah tertuju pada sela-sela lipatan dada milik Arina yang tampak dari kain sarung yang ia kenakan sedari tadi malam. Gundukan itu sangat besar ditambah Arina yang sama sekali tak mengenakan bra membuat gundukan itu semakin tampak jelas begitu indah dimata Husein
"Akh... Pedas" Pekik Arina sembari mengucek matanya perih
Seketika Husein tersadar dan langsung membantu Arina mencuci wajahnya dengan air yang ada di tangan Husein.
"Pelan-pelan" Ketus Arina
"I-iya" Jawab Husein gugup dengan wajah yang malu-malu.
Usai membilas rambut Arina, Husein langsung membantu Arina duduk dan membalut kan handuk kerambut Arina. Tampak punggung Arina kini sudah basah dengan kain sarung yang masih dia pegang menggunakan tangan kiri-nya.
"Sebentar aku ambil handuk dulu" Ungkap Husein kala sudah membantu Arina keluar dari bath up
"Hmm" Arina mendehem tanda setuju dengan tangan kiri yang sedari tadi memegangi sarung basah ditubuh-nya.
"Ini" Husein memberikan handuk tebal berwarna putih kepada Arina
"Kenapa? Kamu gak mau makein-nya? " Tanya Arina seketika
"E-enggak gitu, nanti aku salah li... Astaghfirullah Arinaaa" Husein langsung menyebut dan spontan menutupi tubuh Arina, kala Arina melepas sarung yang ia kenakan sampai membuat dirinya bertelanjang dada tepat dihadapan Husein yang kini berdiri tegak berusaha menutupi tubuh Arina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Aranta Rian
Dapat Arina... dibuat senyam senyum aku mah
2023-10-16
1