"Wulan, sebenarnya sedekat apa kamu dengan Amir?" tanya Larnia.
"Hem, cukup dekat. Amir suka curhat dengan aku dan demikian hal nya aku. Itu saja!" jawab Wulan santai. Saat ini mereka berdua sedang duduk bersama sambil menikmati capucino dingin di sebuah kafe. Larnia mengerutkan dahinya menatap lekat sahabat dekatnya itu.
"Kamu yakin hanya sedekat itu saja? Jangan-jangan kamu pernah berkencan dengan Amir dan bahkan pernah mencoba sesuatu yang menantang. Misalnya one night love," ucap Larnia seolah-olah menuduh Wulan pernah melakukan hubungan badan dengan Amir.
"Astaga naga? Kamu ini loh, Larnia? Kenapa kamu bisa berpikir dengan dengan ku seperti itu sih? Jika aku pernah melakukan itu dengan Amir, aku tidak akan mungkin mengenalkan kamu dengan Amir. Amir itu, aku jamin pria lajang, polos dan tidak neko-neko. Aku rasa, Amir masih perjaka, hehe," ucap Wulan panjang lebar.
"Yah, siapa tahu saja setelah kamu bosan berkencan dengan Amir dan menjalin hubungan dengan nya, kamu melemparkan nya padaku. Apalagi kamu melihat aku sekarang ini sudah tidak lagi bersama dengan Junet. Hubungan ku dengan Junet sudah tidak bisa aku pertahankan lagi," kata Larnia.
"Aku sudah bersabar selama ini dengan nya. Rasanya sudah cukup aku menerima Junet yang memiliki banyak kekurangan nya. Sebagai seorang laki-laki dan suami, Junet tidak bisa diandalkan," kata Larnia.
"Sumpah disambar gledek deh, jika aku pernah melakukan hal itu dengan Amir. Walaupun aku diam-diam menyukai berondong, tapi aku menganggap Amir itu seperti adik, teman, bahkan sahabat. Tidak ada pikiran seperti itu dengan Amir. Entah kalau dengan Amir yah, karena hati dan pikiran seseorang aku tidak bisa menebaknya," ucap Larnia.
"Hem, oke! Aku percaya sama kamu. Maaf, Wulan! Aku sudah sangat takut jika dibohongi oleh seorang pria. Apalagi aku sudah beberapa kali gagal dalam membina rumah tangga. Aku selalu saja menyerah ketika dihadapkan dengan permasalahan di mana suamiku kedapatan membohongi ku. Ditambah lagi di belakang ku, dia bermain curang dengan ku," ucap Larnia.
"Seorang wanita jika sudah diselingkuhin, rasanya sudah sakit dan sulit untuk memaafkan. Untuk apa dipertahankan lagi, sedangkan secara materi, dia pun tidak menguntungkan bagiku. Aku bisa membahagiakan diriku sendiri dengan penghasilan yang aku hasilkan setiap hari, setiap minggu nya, setiap bulan. Aku bisa bersenang-senang tanpa mengandalkan duit dari laki-laki brengsek itu," ucap Larnia panjang lebar.
"Bagus Larnia! Sekarang saatnya kamu lebih selektif lagi dalam menentukan pilihan. Tapi aku rasa Amir adalah laki-laki yang tepat untuk kamu kok. Walaupun usia kamu dengan Amir sama-sama muda. Namun Amir sudah memiliki segalanya. Dia juga punya rasa tanggungjawab dan sifat mengayomi," sahut Wulan.
"Benarkah Wulan? Kamu yakin kan kalau Amir laki-laki yang baik? Kemarin saat aku bertemu dan berkencan dengan Amir di sebuah kafe, aku sudah menantang Amir untuk menikah dengan ku. Jika dia benar-benar serius dengan ku. Dan kamu sangat paham aku kan, Wulan? Aku tidak akan melakukan hubungan badan sebelum menikah. Itu prinsip aku," ucap Larnia.
"Hem, aku tahu kamu Larnia! Lalu apa tanggapan Amir saat kamu langsung menodong dan menantangnya untuk menikahi kamu?" sahut Wulan.
"Sepertinya Amir tidak pernah main-main dengan aku. Dia akan membuktikan bahwa dia serius ingin menjalin hubungan dengan ku ke jenjang pernikahan. Buktinya dia menceritakan kalau dia pekerjaannya sebagai toke karet dan kelapa sawit," ucap Larnia.
"Bos karet dan kelapa sawit? Larnia! Kamu dibohongi oleh Amir! Bahkan dia salah satu pemilik pabrik kelapa sawit dan juga karet di salah satu kota di pulau Sumatera," sahut Larnia.
"Aku dibohongi rupanya oleh bocah ingusan itu yah? Tapi tidak apa-apa, sepertinya dia memang tidak ingin terlalu membanggakan harta yang dia miliki," ucap Larnia.
"Benar! Mungkin saja dua pabrik itu dahulu nya adalah warisan dari bapak nya. Dan memang saat bapak nya masih hidup, Amir sudah memulai usaha sendiri sebagai bos karet dan kelapa sawit," cerita Wulan.
"Jadi bapak nya Amir sudah meninggal dunia?" sahut Larnia.
"Benar! Beliau meninggal dunia karena kecelakaan saat melakukan perjalanan ke pulau Jawa. Sekarang ibu dan adik Amir tinggal bersama Amir," cerita Wulan.
"Ya Tuhan! Kasihan Amir! Ternyata dia sudah tidak memiliki bapak," sahut Larnia.
"Sekarang jika kamu sudah mantap dengan Amir, jangan terlalu banyak mikir, Larnia. Setiap kehidupan rumah tangga, selalu ada saja permasalahan. Dan aku harap, dengan Amir inilah, kamu bisa langgeng hingga maut memisahkan kalian," kata Wulan.
"Semoga saja, Wulan! Doakan aku bisa lebih bersabar menghadapi karakter pria seperti Amir nanti," sahut Larnia.
"Kamu dan Amir harus sama-sama saling pengertian jika ingin hubungan rumah tangga kalian nanti bisa langgeng dan awet," kata Wulan.
"Aamiin semoga saja Wulan!" sahut Larnia sambil memeluk Wulan.
Sebenarnya ada rasa kekhawatiran yang selalu menghantui Larnia saat memutuskan kembali menikah. Kegagalan dalam berumah tangga nya itulah yang memberatkan langkah Larnia untuk kembali menikah dengan seorang pria. Apalagi Amir, pria yang belum lama ia kenal. Namun jika dirinya dihantui oleh kegagalan dari masa lalu nya, Larnia tidak akan berani melangkah dan melepaskan status jandanya. Sedangkan rasa sepinya akan terus menyelimuti dirinya jika dia tidak berani melangkah.
"Semoga saja aku tidak salah pilih. Aku pikir Amir pria yang matang dan dewasa. Tidak seperti Junet dan mantan suamiku yang lain di mana mereka selalu bergantung kepada ku dalam urusan materi," pikir Larnia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments