BAB 17 Rencana Licik

"Maksudnya apa memberikan minuman pada mereka berdua dengan diam-diam diberi obat pembangkit daya seksualitas. Apa maksud nyonya besar sih? Bukankah mas Amir sudah menikah dengan mbak Larnia?" gumam mbok Darmi seraya mengaduk minuman yang kini sudah ia beri obat yang mengandung afrodisiak.

"Ya sudahlah, aku akan mengantarkan minuman ini dulu ke kamar tamu," ucap mbok Darmi.

⭐⭐⭐⭐⭐

"Silahkan diminum tuan, nona!" ucap mbok Darmi setelah meletakkan dua cangkir minuman untuk Amir dan Cintya.

"Terima kasih banyak, mbok Darmi!" sahut Amir. Cintya tersenyum menatap mbok Darmi yang berlalu dari dalam kamar tamu yang akan ditempati Cintya untuk bermalam hari ini.

"Kamu minum teh nya, Cin! Aku balik dulu ke kamar yah. Dienakkan saja bermalam di sini malam ini. Besok pagi aku akan mengantarkan kamu pulang," kata Amir sambil berdiri dari duduk nya. Namun Cintya dengan cepat menahan lengan Amir.

"Jangan buru-buru dong balik ke kamarnya. Mentang-mentang sudah punya istri cantik. Lagipula minuman kopi kamu yang dibuatin pembantu kamu, belum kamu minum dan habiskan," ucap Cintya. Amir menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Benar sih! Tapi Larnia istriku pasti sudah menunggu aku," sahut Amir yang akhirnya kembali duduk. Cintya terlihat tersenyum lebar menunjukkan senyuman nya yang paling manis.

"Kita sudah lama tidak bertemu dan juga mengobrol. Tidak ada salahnya bukan, kamu cerita bagaimana rasanya menjadi suami itu. Hehe," kata Cintya.

"Rasa nya gurih dan nikmat, Cin! Makanya cepetan kamu segera menikah dan menyusul seperti aku. Kamu akan memiliki suami yang akan menafkahi kamu. Hidup kamu berasa lebih lengkap lagi karena setiap tidur ada yang menemani tidur," ucap Amir sambil cengar-cengir. Cintya tersenyum sambil menyeruput teh manis panas di cangkirnya. Amir pun ikutan mencicip kopi di cangkirnya.

"Tidak ada seorang pria pun yang menyukai aku, mas Amir. Tidak ada yang menginginkan aku menjadi istrinya. Menyedihkan bukan?" sahut Cintya.

"Bukan tidak ada, Cintya! Tapi belum ada atau belum ketemu jodoh nya. Lagipula yang aku lihat, kamu terlalu banyak milih-milih. Jadi diantara laki-laki yang mendekati kamu banyak yang kamu tolak. Akhirnya pada mundur teratur deh," kata Amir.

"Kamu kan tahu, mas Amir! Dari dulu aku selalu mencintai kamu. Dan kamu itu adalah tipe laki-laki yang akan aku jadikan suami. Tapi sayangnya kamu tidak menyukai aku. Cintaku bertepuk sebelah tangan," ucap Cintya.

"Kok jadi membahas masa lalu," sahut Amir.

"Sampai sekarang aku masih menyukai kamu, mas! Tapi sayangnya aku harus sadar kalau mas Amir sekarang telah menikah dan punya istri," ucap Cintya.

Amir dan Cintya saling diam. Keduanya sama-sama menghabiskan minuman di cangkirnya masing-masing.

"Sepertinya aku sudah merasa ngantuk, Cintya. Maaf, aku harus kembali ke kamar yah. Kamu tidak apa-apa kan kalau aku tinggal sendiri di kamar ini?" ucap Amir.

"Tidak apa-apa mas!" sahut Cintya.

"Ya sudah, selamat istirahat yah!" kata Amir.

Di saat Amir membuka handle pintu kamar tamu itu, ternyata pintu nya tidak bisa dibuka. Amir dan Cintya kini saling berpandangan.

"Ada apa mas Amir?" tanya Cintya.

"Kok pintu nya tidak bisa dibuka? Siapa yang mengunci kita dari luar?" ucap Amir.

"Jangan-jangan pembantu di rumah kamu yang mengantarkan minuman tadi," tebak Cintya.

"Mbok Darmi, maksud kamu?" sahut Amir.

"Iya, benar! Masak ibu sih? Ibu kan tidak mungkin iseng seperti ini kan," ucap Cintya.

Amir dan Cintya hanya bisa menarik nafasnya dalam-dalam. Mereka saling terdiam. Apalagi kedua nya mulai merasakan sesuatu yang aneh hinggap di dalam tubuh mereka. Gejolak mereka semakin membara dan panas. Amir dan Cintya sulit membendung hasrat yang semakin membuncah itu.

"Mas Amir!" gumam Cintya.

"Cintya! A-aku ahhh," sahut Amir.

Mereka saling berpandangan. Sejurus kemudian mereka saling mendekat dan mengikis jarak. Sebenarnya sekuat tenaga Amir dan Cintya berusaha menahan hasrat yang bergejolak itu. Namun pengaruh obat yang mengandung afrodisiak itu membuat keduanya sulit menepis dorongan nafsu syahwat yang semakin meledak. Hingga pada akhirnya keduanya sama-sama saling membutuhkan. Kemudian terjadilah sesuatu yang nikmat itu walaupun itu adalah terlarang bagi keduanya.

Entah siapa yang memulai nya, keduanya sama-sama membantu saling melepaskan pakaian yang melekat pada tubuh mereka.Tanpa ragu mengikis jarak hingga keduanya benar- benar melakukan hubungan terlarang itu.

Kamar ber-AC itu kini anak manusia lawan jenis telah saling memberi dan menerima. Keduanya benar- benar sudah lupa dengan norma. Bahkan Amir sendiri sesaat lupa bahwasanya dia telah menikah. Dan Cintya sebenarnya belum pantas ia renggut kehormatan nya.

Benar! Cintya yang masih perawan itu harus terkoyak kesuciannya oleh Amir yang merupakan suami orang. Memang dulu keduanya pernah dekat dan saling berhubungan. Bahkan hampir saja menikah. Mungkin saja keduanya masih memiliki rasa. Sisa cinta yang sempat ditepis oleh Amir dan Cintya. Karena ada kesempatan dan di dalam tubuh mereka meronta ingin meluapkan segala hasrat yang mungkin saja sudah lama terpendam.

⭐⭐⭐⭐⭐

Mereka saling berpandangan. Sejurus kemudian mereka saling mendekat dan mengikis jarak. Sebenarnya sekuat tenaga Amir dan Cintya berusaha menahan hasrat yang bergejolak itu. Namun pengaruh obat yang mengandung afrodisiak itu membuat keduanya sulit menepis dorongan nafsu syahwat yang semakin meledak. Hingga pada akhirnya keduanya sama-sama saling membutuhkan. Kemudian terjadilah sesuatu yang nikmat itu walaupun itu adalah terlarang bagi keduanya.

"Mas Amir! Sakit!" ucap Cintya pelan.

"Maaf, aku menyakiti kamu! Aku akan pelan-pelan melakukan nya," bisik Amir yang sudah lupa bahwasanya dirinya telah menikah. Amir lupa bahwasanya telah merusak mahkota Cintya.

Benar selaput dara Cintya koyak sudah. Benteng harga diri dan kebanggaan nya sebagai seorang anak gadis telah direnggut oleh Amir. Cintya rela memberikan itu pada Amir. Karena sejatinya Cintya masih menyukai Amir yang notabene telah menjadi suami orang.

Kamar ber-AC yang sudah dikunci dari luar itu memaksa Amir dan Cintya melakukan kegiatan mesum di sana. Apalagi pengaruh obat perangsang pembangkit data seksualitas telah diminum keduanya tanpa mereka ketahui. Semua adalah rencana licik dari bu Marni dan juga Andy. Demi menyatukan Amir dan Cintya serta memaksa Larnia untuk pisah dengan Amir.

Kedua nya tertidur pulas setelah lelah menyelesaikan kegiatan panas itu berdua. Setelah nya Cintya merasa letih karena menangisi yang sudah Amir lakukan terhadap dirinya.

"Aku aku sudah tidak suci lagi. Setelah ini apakah mas Amir akan bertanggungjawab dan menikahi aku?" gumam Cintya sambil mengusap air matanya.

⭐⭐⭐⭐⭐

Di saat pagi hari, Cintya mulai terjaga. Namun posisi nya sedang dipeluk oleh Amir. Bahkan keduanya masih polos di atas peraduan di kamar tamu rumah Amir.

"Mas Amir! Bagaimana ini?" ucap Cintya ikut merasa bersalah.

"Aku juga tidak tahu. Kenapa kita bisa melakukan hal yang dilarang?" sahut Amir.

"Bagaimana kalau ini diketahui oleh istri mas Amir? Aku takut istri mas Amir akan menyalahkan aku," ucap Cintya.

"Tolong, Cintya! Jangan sampai hal ini diketahui oleh Larnia, istriku. Rumah tangga ku bisa hancur dan berantakan. Bisa-bisa kalau Larnia tahu, langsung menuntut cerai dengan ku. Sedangkan kami baru saja menikah. Pernikahan kami baru seumur jagung. Masak aku harus menyandang gelar status duda. Demikian juga halnya Larnia. Dia akan menjadi seorang janda yang ke tujuh kalinya," ucap Amir panjang lebar.

"Tapi mas! Masa mas Amir tidak mau bertanggung jawab atas semua yang mas Amir lakukan terhadap ku. Mas Amir kan tahu dengan pasti. Kalau aku sudah tidak suci lagi. Dan mas Amir lah yang telah merenggut kesucian ku," sahut Larnia.

"Maaf, Cintya! Tapi semua kejadian ini mengalir begitu saja. Aku dan kamu seperti ada yang menggerakkan," kata Amir bingung.

Mereka masih saling berpandangan. Mereka masih di atas peraduan dan masih polos dan hanya berbalut selimut. Hingga tanpa mereka duga tiba-tiba pintu kamar mereka dibuka oleh seseorang. Amir dan Cintya yang sebelumnya dalam mode saling dekat langsung berusaha menjauh. Namun karena mereka masih terlihat berantakan. Jelas-jelas jika orang melihat penampilan keduanya sudah bisa menduga bahwasanya mereka berdua usai melakukan kegiatan yang enak-enak.

"Amir! Cintya! Kalian berdua?" ucap bu Marni.

"Mas Amir!" Apa yang mas Amir lakukan dengan wanita itu?" sahut Andy, adik dari Amir.

Tentu saja bu Marni dan Andy sekongkol membuat keributan pagi itu. Dan mereka berdua lah yang membuka pintu kamar itu yang semalam telah sengaja di kunci oleh mbok Darmi.

Amir dan Cintya segera turun dari atas peraduan di kamar tamu itu. Mereka berusaha menutupi aurat mereka. Amir dan Cintya sebenarnya hendak memakai pakaian nya kembali. Tapi pintu kamar masih terbuka lebar dan masih ada bu Marni dengan Andy.

"Ibu! Andy! Aku bisa menjelaskan semua nya. Aku dan Cintya seperti ada yang menjebak kami. Sehingga kami berdua bisa.... " ucap Amir yang ingin membela dirinya.

Namun tiba-tiba saja keributan di pagi itu sampai juga ditelinga Larnia. Di saat Larnia hendak berangkat bekerja setelah semua urusan rumah selesai.

"Ada apa yang terjadi bu?" tanya Larnia yang kini sudah ikutan ke kamar tamu itu karena mendengar ribut-ribut.

"Lihatlah suami kamu dengan wanita lain telah melakukan tindakan mesum di kamar ini. Apakah kamu sebagai istri tidak bisa menjaga suami kamu, Larnia? Sehingga Amir bisa bermain api di rumah nya sendiri. Bahkan membawa wanita lain di rumah nya. Dan aneh nya kamu tidak mengetahui nya," ucap bu Marni.

Tentu saja bu Marni berusaha mengompori Larnia supaya terbakar api kecemburuan dan amarah melihat perselingkuhan suaminya. Larnia membulat bola matanya melihat Amir dengan wanita lain berada di kamar itu dalam kondisi berantakan dan masih terlihat bertelanjang dada.

"Mas Amir! Kalian? Astaghfirullah! Kamu tega mas Amir!" ucap Larnia.

"Larnia! Tunggu Larnia! Aku bisa menjelaskan semuanya, sayang!" teriak Amir.

Larnia segera berlari keluar meninggalkan rumah itu. Lebih baik bagi Larnia untuk tidak menyaksikan situasi yang membuat dirinya semakin mengamuk dan emosi. Lebih baik dirinya menjauh dan berangkat bekerja. Hati nya begitu sakit melihat pengkhianatan yang telah dilakukan oleh suaminya. Dia tidak mengira jika Amir telah berkhianat. Dan bahkan dengan tega membawa wanita selingkuhan nya masuk ke rumah nya.

"Apa yang akan dijelaskan mas Amir? Jelas-jelas mas Amir telah bersama dengan wanita itu. Bahkan semalam mereka ada di kamar yang sama. Di saat aku berprasangka baik kalau suamiku tidur dan menemani ibu nya yang sedang sakit. Ternyata ini kenyataan nya," gumam Larnia sambil mengusap air matanya yang luruh di pipi nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!