BAB 2 Pertemuan Dengan Amir

"Jadi nama kamu Amir? Teman sekolahnya Wulan, sahabat ku yah?" tanya Larnia pada Amir.

Saat ini keduanya sudah duduk berhadap-hadapan di sebuah kafe di pusat kota. Di atas meja sudah ada di hadapan mereka minuman dan juga hidangan yang siap dimakan oleh keduanya. Namun Amir dan juga Larnia masih sibuk mengaduk-aduk juz minuman buah gelas mereka masing-masing. Sesekali tersenyum menunjukkan senyuman termanis diantara mereka. Keduanya seperti jaim satu sama lain.

"Benar! Namaku Amir! Lengkapnya Amir Said Syah. Orang biasa memanggil aku dengan Amir. Demikian juga Wulan, sahabat kamu itu," ucap Amir.

Amir masih tidak capek-capek nya menunjukkan senyuman termanis nya pada Larnia. Larnia pun tidak berkedip memandangi wajah Amir yang cukup dibilang ganteng. Badannya yang besar dan maco cukup membuat pikiran dan imajinasi Larnia menjadi treveling kemana-mana.

Larnia mungkin saja tipe wanita yang mudah bosan. Bukan lantaran pasangan nya yang tidak bisa memuaskan dirinya. Mungkin saja variasi bagi Larnia sangat dibutuhkan supaya awet dan langgeng saat menjalin hubungan dengan Larnia.

Memang karakter Larnia tidak mudah ditebak. Saat dia menyukai seseorang, dia akan begitu peduli dan sangat rela berkorban demi membuat pasangan nya seperti seorang raja. Namun saat Larnia sudah merasakan titik bosan itu, pasangan nya bisa tidak dihiraukan nya. Apalagi jika pasangan nya tidak peka dan tidak bisa membuat Larnia senang karena banyak fantasi dan kemauannya.

"Hem, sedekat apa kamu dengan Wulan sahabat ku? Jangan-jangan kamu pernah berkencan dengan Wulan? Atau kamu mantan kekasih nya Wulan?" ucap Larnia seolah ingin mengetahui dan memastikan kalau Amir dekat dengan Wulan hanyalah teman biasa dan tidak ada hubungan spesial apapun dengan Wulan.

"Wulan adalah teman bicara yang enak, kok! Dengan Wulan, aku seperti sedang berbicara dengan kakakku sendiri. Jangan khawatir, aku dan Wulan hanya teman. Karena antara kami memang tidak ada hubungan spesial, atau lebih dari teman saja," terang Amir seolah-olah sangat paham apa yang dipikirkan oleh Larnia.

Larnia seperti terlihat menarik napasnya dengan lega. Amir tersenyum melihat ekspresi Larnia yang terlihat menggemaskan itu.

"Syukur lah kalau begitu! Aku kan dengan Wulan adalah sahabatan. Jadi aku tentu saja tidak mau menjalin hubungan dengan mantan atau bekas kekasih Wulan. Oh iya, kamu masih lajang atau sudah pernah menikah?" ucap Larnia.

"Mbak, usiaku masih juga dua puluh tujuh tahun loh, mbak! Masa aku terlihat sudah menikah sih, mbak? Aku tentu saja masih lajang. Dan mbak harus tahu loh, kalau aku masih perjaka loh," ucap Amir sambil tersenyum lebar.

Sejurus kemudian, Larnia jadi berpikir. Lalu mulai membayangkan apa yang dikatakan oleh Amir bahwa dirinya masih perjaka ting ting. Apa benar, di zaman sekarang pria seganteng Amir ada yang masih perjaka?

"Usia dua puluh tujuh tahun sekarang ini, seorang pria ada yang sudah menikah kok. Terus soal kamu masih perjaka ting ting itu, aku kok kurang percaya dengan pengakuan kamu itu yah," sahut Larnia sambil mengedip kan satu bola matanya.

"Hahaha, mbak Larnia kalau tidak percaya dengan ku, mbak bisa memastikan kebenarannya loh!" ucap Amir. Sukses ucapan Amir membuat Larnia tiba-tiba menjadi memanas seluruh tubuh nya. Tentu saja pikiran kotor nya kembali bertraveling hingga sampai ke ujung pulau tak berpenghuni.

"Oke, oke aku percaya deh sama kamu! Daripada kamu modus ingin berkencan dengan ku. Sedangkan kita belum juga menikah. Dalam prinsipku, walaupun aku kawin cerai sampai beberapa kali, aku tidak pernah melakukan hubungan badan dengan seorang pria manapun sebelum kami menikah," ucap Larnia.

"Wah, keren mbak Larnia! Jadi penasaran aku jadinya," sahut Amir.

"Btw, jangan memanggil aku dengan embel-embel mbak dong! Kesannya kita itu seperti adik kakak saja," ucap Larnia.

"Hem, baiklah Larnia" kata Amir. Larnia terlihat malu-malu saat mendengar panggilan itu dari mulut Amir.

"Oh iya, aku ingin tanya sesuatu pada kamu, boleh kan?" sahut Larnia.

"Boleh dong! Tanya apa, aku akan menjawabnya," kata Amir.

"Kamu kerja di mana, Mir? Kamu bukan pria pengangguran kan?" tanya Larnia langsung ke sasaran. Tentu saja dia tidak ingin kembali memiliki suami yang notabene seorang pengangguran dan tanpa penghasilan. Amir tersenyum lebar mendengar pertanyaan dari Larnia.

"Aku kerja, Larnia! Jangan khawatir jika aku tidak bisa kasih makan ke kamu setelah aku menikahi kamu nanti. Yah walaupun penghasilan ku tidak sebanyak kamu, tapi aku bisa kok kasih makan setiap hari untuk kamu," ucap Amir.

"Jadi, apa pekerjaan kamu? Biaya hidup ku sangat mahal loh. Dari perawatan kecantikan saja sudah mahal. Ditambah biaya shopping aku," urat Larnia.

"Hem, memang aku bukan pria yang kaya raya, Larnia. Tapi aku termasuk laki-laki yang bertanggung jawab dan suka memanjakan wanita. Soal biaya hidup itu sebenarnya sangat murah, Larnia cantik. Yang bikin mahal itu adalah gaya hidup," kata Amir.

"Maaf jika aku belum bisa memenuhi kamu soal gaya hidup kamu nanti. Tapi percaya lah, kalau aku akan berusaha membuat kamu senang dan bahagia," urai Amir panjang lebar.

"Aku adalah bos karet dan kelapa sawit. Selain itu aku memiliki banyak truk-truk untuk melancarkan dan mengelola usaha ku itu ke pabrik besar," kata Amir jujur.

Ucapan Amir mampu membuat Larnia klepek-klepek. Sebenarnya yang sangat dibutuhkan Larnia bukan harta yang melimpah. Pria yang mampu mengerti akan kemauannya itulah yang dibutuhkan Larnia. Walaupun pria itu memberikan sedikit nafkah pada dirinya saat menikah nanti. Dan tidak semata-mata menggantungkan hidup nya pada dirinya semata. Ini yang selama ini terjadi pada mantan -mantan suaminya Larnia. Karena Larnia sudah sangat cukup dengan penghasilan nya, sehingga suaminya tidak memberikan nafkah lahirnya walaupun sedikit saja. Bahkan mengandalkan Larnia yang sudah mandiri dan mapan sebagai wanita karier yang sukses dan berhasil.

"Baiklah! Kalau kamu serius dengan ku! Satu minggu dari sekarang, aku tantang kamu untuk menikahi aku. Bagaimana?" tantang Larnia akhirnya. Dalam hati Larnia dia berdoa semoga Amir benar-benar serius dengan dirinya yang notabene seorang janda yang sudah beberapa kali menikah.

"Kamu yakin, Larnia?" sahut Amir dengan berbinar.

"Tentu dong! Aku tidak akan seserius ini kalau sudah mau mendatangi seseorang di kafe seperti ini. Karena aku sudah menyelidiki kamu sebelum ini, dan semua yang kamu katakan padaku adalah kebenarannya. Kamu pria yang jujur. Dan aku juga percaya dengan Wulan sahabat ku kalau kamu laki-laki yang polos. Aku suka itu Amir," kata Larnia dengan mengedipkan satu bola matanya.

Amir seperti terhipnotis. Dia juga tidak main-main untuk menikah dengan Wulan yang usia keduanya sama. Mereka sama-sama berusia dua puluh tujuh tahun. Yang membedakan diantara keduanya adalah Larnia lebih berpengalaman dalam urusan rumah tangga. Sedangkan Amir, dia belum satu kali pun menikah alias lajang atau bujangan.

Terpopuler

Comments

⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾

⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾

Gercep nih😁😁👍👍

2023-09-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!