"kenapa kau tadi sangat menyebalkan sih, kenapa kau harus menyapa ku di cafe tadi?". Gian memarahi istrinya begitu pria itu sampai di rumah
Sedangkan Laura yang tadinya hanya membaca buku kini ikut melirik sang suami dengan kesal
"Kenapa kau tidak suka dengan kenapa kau tidak mengenakkan ku pada teman-teman kantor mu huh!". Laura kembali menatap lebih tajam pria itu "Kau malu mengakui ku!?".
"Ya dan seharusnya seperti itu tidak bisakah kau sadar diri sedikit huh, lihat badan mu dan kulit mu seakan tidak pernah terawat padahal kau hanya di rumah saja!". Gian sangat geram melihat Laura dan tidak ingin kalah sedikit pun
"Jadi apa mau mu!". Laura dengan berani menatap balik suaminya "Bagaimana aku bisa melakukan perawatan seperti wanita lain jika suami ku saja tidak memperdulikan aku, dan aku hanya mengurusi keluarga mu saja!"
Plak!
Satu tamparan keras mendarat di pipi wanita itu, Gian telah kalang kabut karena perkataan Laura yang menurutnya tidak benar
"ck kau memang tidak bersyukur jika bukan karena bersama keluarga ku siapa yang akan menampung mu kau itu sebatang kara kau sadar itu!". Gian memberikan fakta yang membuat Laura semakin sakit hati "Lihat kau pasti tidak di terima bekerja karena penampilan mu yang memalukan itu!"
"Aku bisa bekerja, aku bahkan bisa melakukannya lebih dari pada yang kau minta!". Laura mencoba tegar tapi kedua pipi gadis itu sudah basah oleh air mata
"Kalau begitu buktikan!". Gian berkata tanpa perasaan padahal Laura sedang menangis saat ini
Laura berjalan melewati suaminya, mencuci wajahnya agar terasa segar, Gian tidak minta maaf sedikitpun kepada dirinya
Wanita itu memutuskan untuk tidak keluar kamar sama sekali, karena Gian juga tidak memintanya walau perutnya serasa sangat lapar
Gian juga sudah membawakan makan malam untuk keluarganya, bahkan iparnya juga berkunjung ke sana untuk makana malam bersama
"Di mana istri mu". Maya menatap putranya aneh "Dia semakin melonjak saja belakangan ini!"
"Dia sedang tidak enak badan". Gian menjawab malas dia melirik sedikit makanan di depannya lalu dengan sigap menyisihkan
"Untuk apa itu kak, aku masih lapar berikan pada ku kenapa kau menyisihkan nya". Yeni melirik lapar makanan itu.
"Untuk kakak ipar mu, dia bahkan tidak makan sejak tadi". Gian mengingat kejadian tadi siang dan dia yakin jika uang yang dia berikan itu tidak cukup "Aku akan memberikannya nanti pada dia"
"Ck kau terlalu perhatian Gian, dia itu tidak pantas untuk mu kau tahu belakangan ini pinggang ibu sangat sakit karena harus menyapu halaman". Maya mengeluh hanya kerena satu pekerjaan yang dia lakukan
Padahal selebihnya Laura masih turun tangan seperti biasa memasak dan membersihkan rumah termaksud mencuci pakaian keluarga itu
"Bersabarlah ibu, jika Laura mendapat pekerjaan dia akan menyewa pembantu". Gian menjelaskan
"Dengan rupa seperti itu aku tidak yakin". Lisa berkata dengan sangat sini seakan Laura juga bodoh
"Ya terserah kalian saja, yang penting ibu tidak ingin terus mengerjakan pekerjaan rumah ibu sudah tua, jika dia tidak mendapat pekerjaan suruh sia kembali ke rumah". Maya berkata dengan malas, wanita itu melanjutkan makannya tapa pikiran apa pun yang membuat merasa terganggu
Sehabis Gian benar-benar membawa makanan yang dia sisihkan ke kamar, Laura masih tertidur tanpa selimut yang menutupi tubuhnya
Gian menatap istrinya itu, ada hal di hatinya selalu ingin bersama wanita itu meski Laura tidak secantik dulu tapi wanita itu tetap membuat hatinya nyaman
Namun pria itu tetap tidak akan memperkenalkan Laura pada teman-temannya, padahal ada lowongan di kantor tempat dia bekerja tapi dia tidak ingin mengambil resiko untuk Laura bekerja di sana dan hanya mempermalukan dirinya
"Laura...". Gian menggoyangkan bahu wanita itu membangunkannya "Makanlah dulu sebelum tidur kau belum makan kan"
"Aku tidak mau makan". Laura menjawab singkat dia masih memalingkan wajahnya, "Aku hanya ingin tidur"
"Jangan membuat keributan Laura makanlah ini jangan sampai kau sakit dan membuat orang lain susah". Gian berubah kesal kejadian tadi siang masih terukir jelas di pikirannya "Jangan membuat ku marah Laura!"
Laura berbalik dengan mata sembapnya karena menangis berjam-jam, tangannya dengan cepat mengambil makanan dari tangan Gian dan memakannya
"Bagus begitu yang ku inginkan". Tangan Gian terulur untuk mengusap lembut wajah wanita itu "Aku minta maaf..."
Laura masih diam dan sibuk dengan makanannya, berbicara dengan Gian hanya akan menambah masalah baginya pria itu tidak pernah mengalah dan harus benar
"Jangan muncul di hadapan ku ketika bersama dengan teman ku". Gian memberi peringatan dengan lembut
"Kau tidak mencintai ku lagi?". Laura menanyakan hal yang membuat Gian membelalak matanya "Kau bahkan tidak ingin orang tahu aku istri mu"
"Bukan itu yang ku maksud Laura, ada beberapa hal yang tidak bisa ku jelaskan".
"Aku ingin tahu, memangnya kenapa?'. Laura sedih dan juga bingung dengan pernyataan Gian pria itu tidak menginginkan dirinya "Bagaimana jika kau di posisi ku, apa kau tidak marah"
Bagaimana itu bisa terjadi, kau seharusnya bangga memiliki suami tampan seperti ku. Gian bergumam kesal dia lupa jika Laura ada wanita karir yang sangat cantik dulu, dengan posisi yang tinggi Laura bahkan tidak malu dengan jabatan Gian yang lebih rendah darinya
"Laura kau tidak memikirkan diriku apa?". Gian menatap serius "aku bukan malu karena fisik dan penampilan mu sekarang tapi jika teman-teman ku melihat mu seperti ini mereka akan mencela ku dan mengambil keuntungan dari ku".
"Apa maksud mu?". Laura bingung
"Ya reputasi ku cukup bagus di kantor, aku tidak ingin di cap sebagai suami yang tidak peduli hingga penampilan mu seperti ini". Gian menjelaskan nya dengan seksama "Kau mengerti kan"
Laura hanya terdiam lagi dia sedikit luluh karena penjelasan pria itu, tapi apa itu benar Gian juga tidak pernah merawatnya dengan baik dan itu juga benar
"Aku mengerti aku tidak akan muncul di hadapan mu lagi, sebelum aku memperbaiki penampilan ku". Laura melanjutkan makanannya dia sudah sangat lapar dan tidak ingin berdebat
"Kau serius kan?". Gian memastikan
"Ya aku serius, terimakasih untuk makanan ini".
"Untuk apa berterimakasih sayang, itu sudah kewajiban ku". Gian mencium kening wanita itu dengan lembut. "Cepatlah makan, kau harus beristirahat karena besok kau masih wawancara dan ujian".
Gian duduk di sebelah Laura menemani wanita itu sampai selesai makan pria itu terus mengusap lembut kepala wanita itu hingga Laura merasa lebih baik
Pria itu selalu seperti itu ketika mereka selesai bertengkar hingga Laura sendiri tidak bisa berpaling dia terus menyayangi pria itu, walau perlakukan buruk yang terus di berikan oleh Gian kepada dirinya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Dek Erna II
lanjuut thor...
2023-09-04
1