Bismillahirrohmanirrohim.
"Bagaimana perasaan Aditya?" Ulya baru saja menyelesaikan tawanya.
"Aditya cudah meraca baik mbak Lia."
"Syukurlah, kita pulang sekarang atau Aditya mau lihat-lihat daerah disini dulu." Tawar Ulya.
"Kita pulang caja mbak."
"Baik lah pangeran tampan." Goda Ulya mencolek hidung Aditya.
Untunglah tidak terjadi apa-apa pada Aditya, Ulya dan Cia membawanya ke klinik tepat waktu. Setelah mengantar Aditya Cia pamit lebih dulu pada Ulya karena ada hal penting yang harus dia kerjakan.
"Mbak Lia, teman mbak Lia mana?"
"Mbak Cia maksudnya?" Aditya mengangguk sebagai sebuah jawaban yang diberikan untuk Ulya.
"Mbak Cia bilang ada perlu jadi dia minta maaf sama Aditya tadi nggak bisa nemenin mbak Lia sama Aditya."
"Ohhh." Responya pendek saja.
Kedua orang berbeda usia itu sekarang sudah sedang berjalan santai di bawa trik matahari yang sedikit bersahabat siang itu, mereka baru saja keluar dari klinik, tak jarang keduanya tertawa bersama. Ulya berjalan pelan menggandengan tangan mungil Aditya, Ulya juga memperhatikan langkah Aditya yang masih sangat kecil.
"Kita pulang cama ciapa mbak Lia?" Disaat Aditya sedang bertanya pada Ulya tiba-tiba keduanya mendengar seorang memanggil nama Ulya.
"Ulya." Panggil orang itu sambil berjalan mendekati Ulya dan Aditya. Ulya mencari sumber suara yang baru saja memanggilnya.
"Kak Zevran, ada apa ya, kak?"
Laki-laki yang baru saja memanggil nama Ulya itu tidak langsung menjawab pertanyaan Ulya, dia terlihat ngos-ngosan seperti habis berlari di kejar anjing.
"Ulya, gue dengar anak-anak pada gosipin lo, emang bener yang mereka bilang?" tanya laki-laki itu kedua netranya melirik Aditya.
Wajah Aditya sudah tidak enak dilihat kala laki-laki bernama Zevran sudah berada di depan mereka berdua, dia menatap tak suka pada Zevran apalagi jelas sekali Zevran menatap Ulya terus dengan tatapan khawatir.
"Masalah Aditya?"
"Iya, dia anak kamu?" Zevran balik bertanya pada Ulya.
"Iya mbak Lia mommy Aditya, ayo mom kita pulang." Aditya menarik-narik gamis Ulya agar gadis itu menuruti kemauan dirinya.
"Aditya ng."
"Mau pulang mbak Lia, Aditya mau pulang." Paksanya dengan jurusan andalan Aditya, dia mulai memperlihatkan wajah memelas pada Ulya, kedua bola matanya sudah mulai berkaca-kaca.
Akhirnya Ulya mengangkat tubuh Aditya ke dalam gendongannya tidak tega melihat bola mata Aditya yang sudah bercaka-kaca itu, satu kali kediapan saja pasti air matanya akan tumpah saat itu juga.
"Maaf ya kak Ulya buru-buru, Assalamualaikum." Tanpa menunggu jawaban dari Zevran, Ulya segera meninggalkan laki-laki itu.
"Wa'alaikumsalam." Jawab Zevran lirih.
Zevran menatap kepergian Ulya dan Aditya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan, tapi laki-laki itu terlihat seperti menyukai Ulya. Sedangkan Aditya selalu menatap tak suka pada laki-laki yang dekat dengan Ulya, seperti pertemuan pertama Aditya dengan Fahri. Sebelum tahu kalau Fahri, abangnya Ulya, Aditya menatap tak suka pada Fahri tapi setelah tahu siapa Fahri, Aditya malah dekat dengan abangnya Ulya.
"Astagfirullah, Aditya maaf mbak Lia lupa minta jemput bang Fahri." Ulya meruntuti kebodohannya sendiri.
Sementara Aditya tidak menggubris perkataan Ulya, dia malah menarik-narik hijab Ulya agar gadis itu menatap kearah dirinya.
"Ada apa, Aditya?"
"Nggak ucah minta jemput om Fahri teruc juga nggak ucah pesen grabcar."
"Kita pulangnya gimana?" tangan Aditya terangkat menunjuk kesebuah mobil yang mendekati mereka.
"Daddy!" panggil Aditya saat mobil Hans berhenti didekat mereka.
"Kita pulang cama daddy." Kelihatannya Aditya senang sekali dijemput oleh daddy.
"Ayo naik." Suruh Hans pada Ulya yang masih setia menggendong Aditya.
Memang Hans berencana menjeput Ulya dan Aditya setelah mendegar Aditya meminta izin pada dirinya kalau mereka mau pergi ke kampus Ulya.
"Gimana serus di kampus mbak Lia?" Hans mulai membuak topi pada sang anak.
Deg!
'Astagfirullah, gimana kalau pak Hans tahu Aditya abis jatuh, terus Aditya juga ngadu sama pak Hans, tamat riwayatku.' Keluh Ulya dalam benaknya
Untungnya sedikit kemudian Ulya bisa bernafas lega karena Aditya tidak menceritakan kejadian yang menimpanya di kampus tadi. Tanpa sepengetahuan Ulya, Hans tau apa yang terjadi hari ini di kampus Ulya, karena dia tentu saja menyuruh orang untuk menjaga anaknya dari kejauhan. Hans tidak marah pada Ulya tapi mungkin nanti dia akan menegur Ulya, dia teringat dari pengalaman sebelumnya bagaimana saat itu Hans langsung memarahi Ulya malah kena semprot adik sendiri.
"Ceru daddy, hari ini Aditya cangat cenang cekali pokonya." Jawab Aditya antusias.
"Bagus lah kalau Aditya senang daddy juga ikut senang."
45 menit berlalu akhirnya mereka sampai di kediaman Kasa. Milda terlihat sudah menunggu ke pulang cucunya.
"Assalamualaikum grandma." Sapa Aditya hebo.
"Wa'alaikumsalam sayang."
Tak lupa Hans dan Ulya juga ikut mengucap salam, Milda menyuruh mereka semua masuk. Sekarang keadaan di kediaman Kasa sudah terlihat menghangat tidak seperti awal-awal kedatangan Ulya di rumah tersebut, bahkan tak jarang Milda mengajak Ulya berbincang-bincang.
"Ulya duduk disini temani saya."
"Baik grandma."
Hans sudah naik ke lantai atas menuju kamarnya sedangkan Aditya sudah mulai bersiap akan bergelut bersama mainanya.
"Kaki kamu sudah benar-benar sembuh Ulya? Tidak ada yang serius lagi, kalau ada jangan sungkan untuk mengatakannya."
"Baik grandma, Insya Allah kaki Lia sudah sembuh sepenuhnya."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Woi!" seorang anak laki-laki berseragam SMA terlihat menatap tajam 2 orang preman yang akan mencelakai seorang gadis.
Cih, "bocah jangan sok jadi pahlawan lo."
Bruk!
Justru laki-laki berseragam SMA itu langsung menghajar kedua preman tadi tanpa banyak basa-basi. Pertarungan mereka terjadi sedikit sengit walaupun akhirnya anak laki-laki itu berhasil mengalahkan kedua preman tadi.
"Subhanallah, terima kasih sudah menolong saya. Luka kamu maaf."
"Sama-sama mbak, luka saya biarin aja, mbaknya nggak papakan? Au..."
"Maaf." Ucap gadis itu penuh penyesalan, dia Cia yang baru saja akan pulang ke rumah tapi malah mobilnya mogok di tengah jalan, parahnya lagi dia dihadang dua orang pereman.
Alhamdulillah ada seorang anak SMA yang mau menolong dirinya. "Mobil mbak mogok, ayo saya antar mbak ke bengkel itu nanti orang bengkelnya pasti bakal ngambil kesini."
"Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih."
"Sama-sama mbak, ayo."
Mereka berdua berjalan menuju bengkel yang tak jauh dari lokasi mereka.
"Bang tolong benari mobil yang disana ya."
"Oke." Jawab Fahri sambil menatap luka lembam di wajah Arion.
Benar anak SMA itu adalah Arion yang sudah menolong Cia. "Muka kamu kenapa dek?"
"Abis digebuk orang bang." Jawabnya jujur lalu Fahri menoleh pada gadis di sebelah Arion.
"Kalian duduk dulu, mobilnya akan segera diperbaiki. Di, cek dulu mobil diujung jalan sana."
"Siap bang." Sahut anak buah yang kerja di bengkel Fahri.
Tak lama kemudian Fahri yang tadi masuk ke dalam bengkel sudah keluar lagi membawa perlengkapan obat P3k.
"Obatin dulu lukanya." Fahri juga membawa es untuk mendinginkan lembam di wajah Ario.
"Bang maaf ngerepoti bisa sekalian obatin kagak."
"Emang nyusahin lo." Tapi Fahri tempat mengobati lembab yang ada di tangan Arion.
Cia hanya bisa diam tak tahu harus berucap apa ketiga orang itu memang tidak saling mengenal mereka dipertemukan secara tak terduga, selama ini Cia memang mengenal Ulya dan ibu Rida tapi tidak tahu kalau Ulya punya seorang abang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Neulis Saja
tapi Fahri biarkan berjodoh dgn azril
2024-05-12
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
gak mungkinkan kl CIA berjodoh sama Arion yg msh SMA 🤔🤔😅😅
2023-11-26
0
Zieya🖤
dunianya kecil banget, pusing pusing itu itu juga 🤭🤭🤭
2023-11-24
0