Bismillahirrohmanirrohim.
...Banyak orang menilai sesuatu dari luarnya saja padahal mereka tidak tahu seperti apa yang aslinya. Hidup itu penuh tipu daya, ada yang pura-pura baik ternayat munafik di belakang. Ada juga yang terlihat tak bersahabat nyatanya orang yang tidak berbahaya...
Cuaca pagi hari di kota tempat tinggal Ulya terlihat masih bisa dibilang bersahabat, matahari pagi ini bersinar tanpa malu-malu, bumi yang tadinya gelap kini menjadi terang karena adanya sinar matahari.
Pukul 8:00 WIB Ulya sudah berada di rumah sakit Harapan Bangsa, lebih tepatnya dia sudah berada di kamar rawat Aditya sejak 15 menit yang lalu. Ulya tengah membereskan barang-barang milik Aditya yang akan dibawa pulang.
"Mbak Lia, benar kalau mbak bakal tinggal cama Aditya?"
Ulya yang masih merapikan barang-barang Aditya menghentikan kegiatannya sejenak untuk menghampiri Aditya yang sudah berganti baju tidak lagi memakai baju pasien, Ulya mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Aditya.
"Benar Aditya, Insya Allah, mbak Lia akan selalu menemani Aditya." Ulya berkata sambil menangkup kedua pipi Aditya menggunakan kedua tangannya.
"Mbak Lia harus janji cama Aditya nggak bakal pergi ninggalin Aditya, kayak mereka."
Tangan Aditya yang tadi dia lipat di depan dada kini sudah berubah posisi memegang tangan Ulya. Tatapan lembut Ulya membuat bocah cilik itu merasa nyaman. Mendengar perkatan Aditya barusan membut Ulya mengerutkan dahinya, jelas dia tidak tahu siapa 'Mereka' yang Aditya maksud barusan.
"Insya Allah, Aditya. Kita nggak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Tapi mbak Lia janji sama Aditya, selama mbak Lia ada akan terus menjaga dan melindungi Aditya, sampai pada waktu yang memisahkan kita."
"Bener mbak Lia janji, nggak bohong cama Aditya." Ulya mengangguk sambil mencolek gemas hidung bangir milik Aditya.
Ceklek!
Ulya dan Aditya menoleh pada pintu yang baru saja terbuka.
"Sudah semua? Kalau sudah kita pulang sekarang." Hans berjalan mendekati Aditya dan Ulya.
Ulya segera melanjutkan pekerjaan yang tertunda melihat Hans datang.
Hari ini direktur muda itu mengambil cuti demi menemani sang anak yang baru saja akan pulang dari rumah sakit.
"Cudah dad!"Jawab Aditya antusias sekali.
Hans mengangguk untuk memberikan respon pada Aditya, sekarang dia sedang menatap penampilan Aditya yang terlihat sedikit bagus menurut Has, dia memakai topi putih, celana di bawah lutut baju panjang berwarna putih, Aditya menatap polos daddnya yang tengah memperhatikan dirinya.
"Ada apa, Dad?"
"Hah! Tidak ada apa-apa, Aditya. Grandfa sama grandma minta maaf karena tidak bisa menjemputmu, tapi mereka sudah menunggu kepulangan dirimu. Kalau kak Azril sama kak Arion tahu sendirikan."
"Tidak apa dad, ayo kita pulang cekarang. Aku cudah tidak betah bau obat dicini." Ucapnya sambil menutup hidung menggunakan satu jari miliknya.
"Baik, Ulya apakah sudah selesai semua?"
"Sudah Pak!" Jawab Ulya cepat.
Sekarang Hans membiarkan saja Ulya memanggil dirinya dengan sebutan pak, walaupun terkadang Hans merasa malas mendengar Ulya memanggil dirinya Pak.
Mereka bertiga segera meninggalkan rumah sakit Harapan Bangsa, tak lupa sebelum pergi Aditya sudah berpamitan pada dokter Dika.
Mereka sekarang sudah berada di dalam mobil, tidak ada obrolan yang tercipta, Hans fokus mengemudikan, di dalam mobil hanya ada suara berisik Aditya, sesekali dia bertanya pada Ulya ataupun daddnya, kedua orang dewasa itu akan menjawab pertanyaan Aditya apa adanya.
Hampir 45 menit Hans mengendarai mobil sudah sampai juga memasuki halaman monasion kediaman keluarga Kasa. Ulya tak menyangka jika kediaman Kasa sangat indah, hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk ke dalam rumah keluarga Kasa. Bisa dibilang keberuntungan bagi Ulya berada di kediaman Kasa saat ini.
Hari ini Hans memang ingin mengemudikan mobil sendiri, jadilah tidak ada supir yang menemani dirinya menjemput Aditya.
"Yee! Aditya pulang, pulang, pulang." Senang sekali pokoknya Aditya, dia sampai loncat-loncat di dalam mobil.
"Aditya!" tegur Hans melihat anaknya sudah mulai bertingkah.
"Ayo turu, temui granfa dan grandma." Ajak Hans pada anaknya, Ulya juga ikut turun dari dalam mobil tentunya.
Nyonya Milda dan tuan Leka Kasa sudah berada di depan rumah menunggu kepulangan Aditya. Melihat Hans tidak hanya bersama Aditya membuat nyonya Milda merasa heran.
"Siapa perempuan itu, Pa?"
"Mana papa tahu Ma, baru pertama kali liat juga."
"Assalamualaikum grandfa, grandma." Obrolan kedua orang tua Hans terhenti karena salam dari Aditya, bersamaan dengan Ulya dan Hans juga mengucap salam.
"Wa'alaikumsalam, sayang." Jawab keduanya bersama, Milda maupun Leka mencium cucu mereka secara bergantian.
"Gimana senang sudah tidak di rumah sakit lagi?"
"Ceneg banget grandma, cekarang Aditya bica main di rumah cama mbak Lia."
Sontak saja kedua orang tua itu menatap Ulya gadis yang seperti bias selalu mengenakan pakaian syar'i miliknya jika keluar dari rumah mereka.
"Dia siapa, Hans?" tanya Milda menatap tak suka pada Ulya.
Tak tahu apa sebabnya Milda tidak suka pada Ulya dalam pertemuan pertama mereka, mungkin karena melihat banyak perempuan yang mendekati Hans tapi mereka tidak menyanyi Aditya. Mengingat pengasuh Aditya sebelumnya juga terkesan kurang ajar.
"Dia pengasuh baru Aditya, Ma." Tentu saja Hans harus berkata jujur.
"Tuan, nyonya." Sapa Ulya ramah, tidak ada yang tahu kalau saat ini tangan dan kaki Ulya terasa gemetar, berada di hadapan tuan dan nyonya besar keluarga Kasa membuat Ulya merasa seperti sedang diintimidasi, apalagi oleh nyonya besar keluarga Kasa.
Ulya tidak bodoh, jelas dia tahu tatapan tak suka dari orang tua Hans, tapi sebisa mungkin dia bersikap tenang, salah sedikit saja dia tak bisa berbuat apa-apa.
"Kamu yakin dia bisa mengasuh Aditya dengan baik? Atau hanya ingin mengincar orang dari keluarga Kasa dan hartanya."
Deg!
"Astagfirullah." Kaget Ulya tapi hanya terucap dalam benaknya saja.
"Mama sama papa liat aja gimana dia kerja, Hans yakin dia berbeda dari 3 pengasuh sebelumnya. Aditya sendiri yang langsung dekat sama Ulya."
"Kita lihat saja bagaimana dia kerja di rumah ini, mama ingin melihat apakah kata-kata kamu itu benar adanya."
"Papa juga ingin tahu. Apakah dia akan betah tinggal disini apalagi menghadapi Aditya." Sahut Leka.
Aditya yang sedari tadi hanya menjadi pendengar sama seperti Ulya. Berjalan mendekati Ulya setelah turun dari gendongan kakeknya.
"Grandfa, grandma, mbak Lia udah 1 minggu jagain Aditya celama di rumah cakit." Ucap anak laki-laki itu sambil memegang erat tangan Ulya, tadi memang Aditya tidak begitu paham apa yang dibahas nenek, kakek dan daddnya.
'Bagaimana bisa, Aditya dekat dengan gadis ini.' Batin Milda masih tak percaya.
Hans tersenyum simpul melihat kedua orang tuanya terbelak ketika Aditya berinisiatif lebih dulu mendekati Ulya, baru dimulai tapi sudah terbukti Ulya berbeda dari pengasuh dan perempuan yang pernah Milda tahu. Aditya sendiri yang mendekati Ulya.
"Sudah sekarang masuk dulu, untuk kamar kamu sudah ada." Ucap Milda tidak ramah pada Ulya.
"Terima kasih, Nyonya."
Tentu Milda tahu kalau Ulya akan tinggal di kediama Kasa, karena dia sudah menjadi pengasuh Aditya seperti apa kata Hans tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Neulis Saja
jgn menyimpulkan org karena baru bertemu
2024-05-12
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
jngn suka memandang orang lain rendah ibu milda sumpah saya gak suka liat ibu milda
2023-11-26
0
🌷💚SITI.R💚🌷
ada apa sm nyonya milda nih knp jd sensitif sm ulya ..smg ulya bisa membuktikan sm kel kasa klu dia serius kerja
2023-11-09
1