Bismillahirohmanirohim.
Selamat membaca semua. Semoga kabar kalian sehat selalu💖
...Tidah mudah memang untuk bisa mendapatkan seorang teman yang Sefrekuensi dengan kita, apalagi untuk berjuang bersama-sama menegakan agama Allah. Tapi kalau bisa langsung bertemu sungguh sebuah anugerah!...
Berhari-hari telah dilalui oleh ibu Rida di rumah sakit, hari ini akhirnya dokter sudah memperbolehkan beliau untuk pulang. Tinggal menunggu putranya menjemput mereka, tadi Ulya sehabis dari kampus langsung menemui mamanya.
Gadis yang hari ini memaki gamis berwarna biru donker, hijab yang kontras sekali dengan bajunya tengah dilanda kebingungan dalam benak sendiri. Dia ingin sekali menemani sang mama pulang ke rumah, menghabiskan waktu sejenak bersama wanita paruh baya yang masih terlihat ayu walaupun baru saja sembuh dari kecelakaan yang menimpa beliau 2 minggu lalu.
Ibu Rida menatap lekat wajah putrinya yang terlihat sedang memikirkan hal berat. "Kamu, ada masalah apa, Lia?"
"Eh," kagetnya, benar sekali dia sempat melamun sejenak sampai-sampai tidak menyadari jika mamanya sedari tadi sedang memperhatikan dirinya.
"Memangnya Lia kenapa, Ma. Lia baik-baik saja tidak ada apa-apa juga kok."
"Benar, tidak ada yang kamu pikir kan. Kalau ada bilang sama mama. Siapa tahu mama bisa bantu sayang."
Ulya menghela nafas berat, dia menatap mamanya dengan tatapan teduh lalu sedikit menggeser tubuhnya agar lebih dekat wanita paruh baya itu, Ulya memang ingin dimanja-manja mamanya. Ibu Rida membiarkan apa yang putrinya lakukan.
"Lia bingung, Ma."
"Loh, bingung kenapa? memang ada yang salah." Heran ibu Rida, satu tangan beliau sudah terangkat untuk mengelus pucuk kepala Ulya yang tertutup hijab.
"Bingung, soalnya Lia pengen di rumah dulu sama mama beberapa hari. Tapi sekarang Ulya sudah terikat tanggung jawab sama pak Hans untuk menjadi pengasuh, Aditya."
"Nggak usah bingung Lia, tinggal bilang sama Hans mau izin dulu begitu."
"Lia nggak berani ma, takut nggak diizinin juga."
Ibu Rida tersenyum mendengar penjelasan putrinya. Begitulah Ulya kalau sudah memegang sebuah amanah tidak ingin menjadi seorang yang tak amanah.
"Jangan seperti ini kalu kamu belum mencobanya, sekarang temui dulu Aditya lalu bicara perlahan-lahan dengan Hans, bagaimanapun juga kamu harus pamitan pada Aditya bukan."
"Benar ma, Lia tinggal dulu nggak papa? Abang lama banget, dah."
"Sudah tidak papa, sana temui Aditya sama daddynya." Suruh ibu Rida pada Ulya.
Jangan sampai Ulya belum menemui Hans saat abangnya datang yang ada malah akan semakin membuat lama mereka berada di rumah sakit, abang satu-satunya Ulya itu biasanya akan mencari gara-gara dengan adiknya sendiri.
Ulya meninggalkan kamar rawat mamanya menuju kamar rawat anak asuhnya yang sudah begitu akrab pada dirinya. Tentu saja setelah dia berpamitan pada sang mama dan menceritakan semuanya tadi.
Setelah Ulya keluar dari kamar rawat mamanya tak lama kemudian Fahri-abang Ulya datang untuk menjemput mereka, jalur yang di lewati Fahri dan Ulya berbeda maka kedua adik kakak itu tidak berpapasan.
Sampai di depan kamar rawat Aditya, tanpa menunggu lama dia segera membuka pintu kamar rawat Aditya tak lupa sambil mengucapkan salam.
"Assalamualaikum." Ulya mengucapkan salam sambil masuk ke dalam kamar rawat Aditya.
"Hahahahahah!" kedua orang yang sedang tertawa lepas di dalam kamar rawat itu sontak menghentikan tawa mereka sambil menoleh pada orang yang baru saja mengucapkan salam.
"Wa'alaikumsalam." Jawab Aditya dan seorang gadis cantik yang juga mengenakan hijab syar'i, gadis itu begitu cantik bahkan dilihat dari sudut manapun.
"Mbak Lia, cini." Aditya melambaikan tangannya pada Ulya agar mendekati mereka berdua.
Ulya dan gadis yang sedang bersama Aditya saat sama-sama melempar senyuman satu sama lain, ada sedikit penasaran di hati Ulya pada gadis cantik yang kini berdiri di depannya.
"Mbak Lia, kenalkan ini kak Azril. Dan kak Azril kenalkan ini mbak Lia yang cudah Aditya ceritakan tadi cama, kak Azril." Aditya memperkenalkan kedua gadis cantik yang kini tegah berada diantara dirinya.
"Ulya, Mbak." Sapa Ulya sambil mengulurkan tangannya pada Azril.
Cepat Azril menyambut uluran tangan Ulya. "Azril, jangan panggil mbak, panggil saja Azril kita seumuran kayaknya."
"Baiklah, Azril juga bisa panggil saya Ulya atau Lia saja." Azril mengangguk mengerti.
Dalam hati Ulya, tadi dia yakin sekali kalau Azril adalah mommy dari Aditya. Namun, anehnya tadi anak laki-laki ini tidak memanggil Azril dengan sebutan mama, malah memanggil Azril kak padahal ada sedikit kemiripan di muka Aditya dan Azril menurut Ulya.
"Oh iya Lia, aku adik kedua mas Hans." Tidak tahun kenapa Azril merasa harus menjelaskan statusnya pada Ulya. Ulya juga merasa bingung tapi mau bagimana juga dia tetap mengangguk untuk menanggapi ucapan Azril.
Akhirnya setelah mendengar nama Hans disebut Ulya ingat akan tujua awalnya bertemu dengan Aditya untuk meminta izin pada daddynya Aditya dan pamit pada bocah itu untuk pulang dalam waktu beberapa hari.
"Azril, mas, kamu ada?"
"Ada apa, mbak Lia cari daddy." Ulya langsung tersenyum pada Aditya.
"Mbak Lia mau minta izin untuk libur 3 hari Aditya, soalnya mama mbak Lia hari ini sudah diperbolehkan pulang, mbak Lia mau pamit juga sama Aditya."
"Tapi kita bakal ketemu lagi kan, mbak?"
"Pasti Aditya, tapi untuk sekarang mbak Lia ingin menjaga mama, mbak Lia yang baru pulang dari rumah sakit terlebih dahulu walaupun sebentar."
Azril yang menyimak percakapan Ulya dan Aditya ikut memberikan usulan pada gadis manis yang berdiri di sebelah kanan brankar Aditya.
"Kamu libur saja Lia, nggak papa kok nanti aku yang bilang sama, Mas Hans, dia juga lagi nggak ada disini." Usul Azril.
"Benar, mbak Lia apa kata kak Azril, mbak Lia libur caja dulu, hehehe, tapi boleh nggak kalau mbak Lia datang menemui Aditya cebentar celama libur."
"Boleh, apapun untuk Aditya. Azril terima kasih banyak ya. Boleh saya minta nomor, pak Hans biar nanti saja juga kasih tahu lewat pesan."
"Boleh." Langsung saja Azril memberi nomor kakak sulungnya pada Ulya gadis yang sudah membuatnya merasa nyaman bersama orang lain padahal mereka baru pertama kali bertemu.
"Terima kasih banyak, saya permisi sekarang ya sudah ditunggu sama mama juga abang."
"Biar Aditya cama kak Azril ikut, Mbak. Cekalian mau ketemu mamanya mbak Lia, iya kan kak Azril."
"Iya boleh."
Menggunakan kursi roda Aditya duduk di kursi roda tersebut untuk menemui mamanya Ulya. Ulya yang mendorong kursi roda milik Aditya. Azril sendiri berjalan di sebelahnya sepanjang jalan menuju kamar rawat Ibu Rida ke tiga orang itu bercerita banyak hal sesekali ketiganya tertawa bersama, Aditya sendiri seakan paham apa yang diucapkan Ulya dan Azril.
"Assalamualaikum." Salam ketiganya saat sudah berada di depan kamar rawat ibu Rida, mereka masuk secara bersama.
"Wa'alaikumsalam, lama banget sih dek, sampai jamuran abang nunggu disini." Fahri menatap kesal adiknya. Ibu Rida menjawab salam mereka apa adanya.
"Udah banyak jamurnya, bang?"
"Kamu ya!"
"Jangan marahi, mbak Lia. Om!"
Eh!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Neulis Saja
duh kaya berjodoh deh Fahri sama azril itu sih feeling reader aja
2024-05-12
1
Ari_nurin
anak umur 4 th emang sdh bs mikir dan bicara spt Aditya ya? kayaknya belum lho . hanya di novel aja anak 4 th sdh se dewasa dan bijaksana spt Aditya
2024-04-09
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Fahri malu tuh
2023-11-26
0