Apa yang dilakukan Allan terpergok bi Endang. Bi Endang pun mendekat dan memberitahu bahwa sedari sore Rena belum juga keluar kamar. Bi Endang juga memberitahu bahwa dia belum makan sedari siang. Bibi pun menasehati Allan selayaknya menasehati anaknya sendiri.
"Tuan, meski bibi tidak tahu apa yang sedang dialami nyonya muda. Tetapi alangkah baiknya jika tuan mencoba bertanya, nyonya sedang sangat membutuhkan kehadiran tuan," ucap bi Endang.
Setelah itu bi Endang pun pergi ke area tempat istirahat nya. Sedangkan Allan, setelah mendapat nasehat itu, dia pun mendekat ke arah pintu Rena. Awalnya dia masih ragu dengan apa yang dia akan lakukan, namun kemudian dia teringat dengan Fara yang cukup sangat membela Rena. Akhirnya dia mencoba melawan egonya dan melihat kondisi Rena saat ini.
......................
Rena sedang duduk di bawah kasur, dia sedang memandangi foto dia, Gilang, dan ketiga sahabatnya yang lainnya. Di foto itu nampak jelas bahwa Selain Rena, Ajeng juga berdiri dekat dengan Gilang, hampir semua foto yang di potret memperlihatkan Ajeng yang tersenyum melihat ke arah Gilang. Sebelumnya, Rena hanya fokus pada foto dia dan Gilang saja.
Ternyata, Ajeng sudah memiliki rasa pada orang yang dia suka sejak lama. Tapi kenapa dia diam saja, bahkan excited saat mendengar Rena sedang menceritakan tentang Gilang? Kenapa dia tidak bilang pada Rena bahwa dia juga memiliki perasaan yang sama. Setidaknya, Rena tidak akan terlalu banyak menceritakan tentang Gilang pada Ajeng.
Apa mungkin semua yang Rena ceritakan hanya seperti lelucon saja untuk Ajeng. Patah hati karena Gilang tidak sesakit itu. Hanya rasanya semakin sakit karena sahabatnya sendiri yang menjadi pacar orang yang dia suka. Seperti di khianati oleh kerabat sendiri.
Rena masih cukup terhanyut dalam banyak kenangan dan kesedihannya. Hingga dia tidak sadar bahwa ada seseorang yang sudah masuk dalam kamarnya. Awalnya dia hanya melihat Rena dari belakang, menurut dia Rena cukup lebay karena terlalu larut dalam patah hati. Lalu kemudian dia segera mencoba bersuara dan sontak membuyarkan lamunan Rena.
"Saya baru tahu bahwa kamu selemah ini dalam menghadapi masalah,"
Rena pun melihat ke sumber suara, ternyata itu adalah Allan. Rena malas menjawab ungkapan Allan meskipun itu salah besar.
"Kalau menghadapi masalah kecil aja udah selemah ini, kenapa mau ambil andil dalam masalah saya?" pancing Allan.
"Lu lupa, lu yang minta gue buat jadi istri lu. Dan jangan kata in gue kayak gitu ya, lu nggak tau seberapa besar hal yang buat gue sedih," jawab Rena.
"Seberapa besar? Cuman patah hati aja perlu di ukur seberapa besarnya? Hm dasar anak kecil." ucap Allan dia ingin memancing Rena agar bersuara dan bisa meluapkan amarahnya.
"Gue emang lebih muda dari lu, tapi lu nggak bisa kayak gini ke gue. Gue nggak se bodoh yang lu pikir!" ucap Rena dengan sedikit membentak.
"Coba jelaskan seberapa bodoh kamu? Bukan saya yang bilang kamu bodoh, tapi kamu sendiri yang bilang," tanya Allan.
"Gue salah aja, kenapa gue cerita tentang orang yang gue suka sama sahabat gue. Gue nggak nyangka rasanya di khianati itu segini sakitnya,"
"Lanjut, cuman itu doang?" tanya Allan.
"Kok gue dulu bisa suka sih sama dia? Bahkan sampai 7 tahun lamanya. Emang gue kurang gitu kasih liat dia kalau gue suka sama dia? Gue cuman lembut, baik, perhatian itu ya cuman sama dia aja,"
Karena cukup kesal , Rena pun tidak menyadari bahwa pertanyaan Allan ini cukup menjebak. Rena pun menjawab pertanyaan Allan dengan cukup detail. Detail sekali dari setiap masalah yang dia punya.
"Menurut lu, gue nggak pantes ya dicintai sama orang yang gue suka? Menurut lu, gue nggak pantes ya dapet sahabat yang baik dan setia? Yang nggak suka sama orang yang gue suka, yang nggak tega rebut orang yang gue suka.. Hiks..."
Tanpa sadar Rena pun kembali menangis lagi di pelukan Allan. Allan juga baru tahu, bukan hanya tentang patah hatinya saja yang membuat dia mengurung diri. Tetapi karena di khianati sahabat nya.
"Kamu itu nggak sebodoh itu, orang yang keliatan pintar dari luar belum tentu benar-benar pintar. Contohnya kayak dia, dia lebih bodoh dari kamu," ucap Allan.
Rena pun mengangkat kepala nya dan menatap wajah Allan.
"Cuman kehilangan satu sahabat aja kan? Nggak perlu sesedih itu, masih ada temen lain yang mau jadi sahabat kamu. Udah istirahat aja, besok jangan lupa buat urusin anak-anak. Nggak usah banyak pikiran lagi," ucap Allan bangkit dari duduknya.
Allan pun berjalan keluar kamar Rena. Dia sadar tentang nasehat apa yang dia berikan pada Rena. Meski begitu, dia masih belum paham jika dia sudah memiliki sedikit rasa pada Rena. Lalu kemudian dia meminta pak Didit untuk mengantarkannya kembali ke rumah sakit.
Rena mendengar ada suara mobil yang keluar dari rumah, dia pun tahu siapa seseorang yang berada di dalam mobil itu. Setelah mendengar nasehat Allan, Rena pun mencoba untuk menenangkan dirinya. Segera dia bergegas untuk bersiap istirahat. Namun dia baru ingat bahwa handphone nya tadi sore mati karena habis baterai.
Rena pun menyalakan handphone nya. Dia mendapati jika dia mendapat telepon dari Zanna dan Abel. Bahkan ada satu teman jurusan dia yang juga mencoba menghubungi dia. Dia lupa jika harus mengabari mereka. Lalu kemudian sebelum istirahat Rena pun mengirimkan pesan di grup gurl,
'Gue udah balik ke kosan guys. Thank you udah care sama gue. Besok gue masuk kuliah lagi kok,' tulis Rena.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments