Keesokan paginya, sudah ada yang sibuk di dapur kosan untuk membuat sandwich spesial sekali lagi. Dengan bahan dan resep yang sama, ia segera membuat sandwich untuk Gilang breakfast. Rena mendapatkan informasi bahwa semalam Gilang bekerja shift malam di rumah sakit. Tentu saja Rena ingin mengambil hati Gilang dengan membawakan dia sandwich spesial.
Niat baiknya kemarin kurang berjalan lancar karena mendadak ada anak kecil yang menghadangnya. Tetapi karena Rena sangat menyukai anak kecil, di tambah dengan dia yang cukup menggemaskan, tentu saja Rena segera luluh olehnya.
Sandwich buatan Rena sudah siap di antar ke rumah sakit, segera ia berganti pakaian dan kemudian berangkat. Sebelum berangkat ia bertemu dengan Ajeng sahabat Rena, dia adalah calon perawat sekaligus informan untuk mengetahui jadwal shift Gilang untuk Rena. Rena pun tidak lupa menitipkan beberapa potong sandwich yang ia buat untuk sahabat-sahabatnya pada Ajeng. Lalu kemudian dia mendapatkan semangat dari Ajeng,
"Good luck Ren," ucap Ajeng yang di balas dengan hand sign oke dan senyuman.
Di jalan sudah banyak imajinasi Rena yang berterbangan membayangkan nanti akan bisa breakfast dengan Gilang. Gadis cantik nan baik ini sudah menyukai Gilang sejak 7 tahun yang lalu. Berawal dari Rena yang menjadi panitia di acara Dies Natalies sekolahnya. Lalu kemudian berkenalan dengan Gilang yang di saat itu menjadi Penanggung jawab acara. Hingga akhirnya mereka semakin akrab satu sama lain. Orang yang tidak mengenal mereka pasti akan mengira kalau mereka adalah sepasang kekasih.
Sesampainya di rumah sakit Rena segera bergegas berjalan menuju ruang istirahat Gilang. Namun belum sampai di ruang istirahat, mereka sudah bertemu di koridor rumah sakit. Gilang baru saja keluar dari ruangan VIP pasiennya untuk melakukan check up pagi.
Rena pun kemudian menyapa Gilang,
"Pagi kak Gilang,"
"Pagi Ren, pagi-pagi udah di rumah sakit aja lu. Bukannya Zanna udah balik ke kosan ya?" tanya Gilang.
"Orang gue mau ketemu sama lu kok kak. Oh ya gue ada sesuatu buat lu, wait..." ia pun merogoh tas nya dan segera mengeluarkan bekal, namun karena isi tasnya cukup banyak jadi cukup memakan waktu.
Belum selesai bekal di serahkan, keluarga pasien yang ada di ruang VIP pun keluar untuk meminta bantuan Gilang. Gilang segera masuk ke ruangan itu, Pintu ruangan VIP yang terbuka lebar membuat Rena tahu siapa yang sedang terbaring di sana. Benar dia adalah Fara, seseorang yang akhir-akhir ini sering bertemu dengan nya secara tidak sengaja.
Namun fokus Rena terpecah karena mendengarkan tangisan dua anak kecil di dalam ruangan itu. Baby sitter kedua anak itu pun juga kewalahan jika harus menenangkan dua anak sekaligus. Karena anak yang lebih besar menangis cukup kencang, akhirnya sang baby sitter mencoba menenangkannya dulu. Ia melupakan bahwa ada anak yang lebih kecil juga ikut menangis.
Reflek saja, Rena bergegas masuk ke ruangan lalu segera menggendong anak laki-laki itu. Perlahan ia pun mulai tenang dan berhenti menangis. Situasi mulai membaik, karena anak yang lebih besar juga mulai tenang setelah berada di sebelah Rena. Sedangkan Gilang bisa fokus meredakan nyeri yang dirasakan pasiennya, tanpa suara tangisan anak kecil.
Pasien yang awalnya panik dan merintih kesakitan pun perlahan mulai tenang. Lalu kemudian pasien melihat ke arah anak-anaknya, ia bisa tersenyum karena ada sosok yang baru ia kenal. Dia semakin mantap ingin meminta sang suami menikah lagi.
Pasien itu adalah Fara, Allan pun baru sadar bahwa di dalam ruangan istrinya ini sudah bertambah orang luar lagi. Segera ia menyuruh orang luar itu untuk keluar,
"Ini ruangan VIP, saya tidak ingin anda masuk ke ruangan ini" ucap Allan dengan suara beratnya.
"Maaf tadi saya mendengar ada anak kecil yang menangis, jadi saya berinisiatif untuk menenangkan dia saja. Saya akan segera pergi setelah ini," ucap Rena menjelaskan lalu menurunkan anak laki-laki yang ia gendong, kemudian berjalan ke arah pintu.
"Rena, jangan keluar dulu. Saya ingin mengobrol denganmu," ucapnya dengan nada lirih.
Suara Fara yang cukup lirih namun jelas berhasil membuat nya menghentikan langkah. Lalu kemudian Rena membalikkan badan nya dan menatap seseorang yang sedang terbaring di ranjang.
"Sus, bawa anak-anak ke ruangan sebelah," ucap Fara pada baby sitter anaknya.
Lalu kemudian sesuai arahan majikan, ia pun segera membawa anak-anak yang masuk ke ruangan sebelah. Tersisa Fara, Allan, Rena, Gilang dan beberapa suster.
"Kalau begitu, nanti jika ada apa-apa, bapak bisa langsung menghubungi suster ya. Saya permisi dulu Pak.. Bu.." ucap Gilang lalu segera keluar dari ruangan.
Meskipun dia tidak tau akan ada percakapan apa yang terjadi nanti, tetapi dia tau bahwa dia harus segera pergi dari ruangan itu. Setelah semua orang luar keluar ruangan, Fara pun memulai pembicaraan yang cukup berat.
"Aku mau kamu nikahin dia Mas.." ucap Fara dengan suara yang cukup pelan namun jelas.
"Kamu nggak usah aneh-aneh, nggak ada gitu-gituan.." jawab Allan menentang.
"Tapi aku mau ada yang urus kamu dan anak-anak. Dia bisa, aku mau dia aja... Aku yakin dia orang baik dan bisa jaga kalian kalau nanti.. nanti aku...." ucap Fara namun di sela Allan.
"Nggak nanti-nanti. Kita cuman harus fokus ke kesehatan kamu. Anak-anak udah ada Sus Rini yang jaga. Aku nggak perlu di rawat siapapun, itu keputusan finalnya!" jawab Allan dengan nada tinggi.
Rena hanya bisa mematung sambil melihat pasangan suami istri di depannya yang sedang berdebat. Dia bingung dengan apa yang sedang terjadi dan harus bagaimana dia saat ini. Pasalnya, tidak ada awalan tapi sudah ada sebuah permintaan. Seperti sudah menjadi keharusan, yang harus dilaksanakan, yang membuat Rena semakin bingung. Ingin rasanya Rena menyela, namun ragu karena takut mengganggu perdebatan mereka berdua.
Lalu kemudian Allan mulai melibatkan Rena di dalam obrolan,
"Tanya ke dia, dia mau jadi istri kedua? Nggak ada perempuan manapun yang mau melakukan apa yang kamu minta!"
"Kamu mau kan? Demi kebaikan semuanya. Demi saya yang sedang terbaring sakit lemah tak berdaya ini," ucap Fara dengan sedikit memaksa.
Jawaban apa yang harus Rena ucapkan saat ini. Jelas sekali bahwa dia tidak ingin menjadi istri kedua. Usianya masih cukup muda untuk memulai sebuah keluarga. Ditambah dengan setelah menikah dia sudah di hadapkan untuk memiliki anak yang sudah besar, bahkan ada istri pertama yang perlu dirawat dan Rena sama sekali tidak mengenal sosok Allan.
"Maaf kan saya Bu, sepertinya saya tidak bisa melanjutkan obrolan yang sedari tadi tidak saya fahami," ucap Rena. Dia pun berjalan mendekat ke arah Fara beberapa meter.
"Saya akan pamit dahulu, permisi." ucap Rena lalu berbalik arah menuju pintu.
"Saya mau kamu menjadi istri kedua suami saya, uhukkk.. Uhukkk.." jawab Fara.
Rena pun berbalik arah lagi menghadap Fara,
"Menjadi istri kedua cukuplah berat bu, saya juga tidak pernah mengenal Bu Fara dan juga suami. Kurang pantas jika saya mengiyakan permintaan ibu, ditambah dengan ucapan suami ibu yang seakan-akan saya bersedia," jawab Rena dengan penuh kehormatan.
"Tapi saya sedang sakit keras. Usia saya hanya tersisa sedikit, saya mohon.." ucap Fara sambil menatap mata Rena dengan lekat.
"Kamu nggak boleh ngomong gitu. Aku akan maafin ucapan kamu sebelumnya. Jangan bahas hal itu lagi," timpa Allan di saat Fara belum selesai berbicara.
"Tapi.. Aku ingin..." ucap Fara terhenti karena efek obat penenang baru saja bereaksi, yang akhirnya membuat Fara tertidur.
"Saya harap kamu tidak menganggap serius ucapan istri saya!" ucap Allan tegas dengan postur CEO yang dominannya.
"GUE tau kok, gue tadi cuman mau sopan aja di depan istri anda. Gue juga nggak akan setuju dengan permintaan konyol itu," ucap Rena lalu bergegas keluar dari kamar VIP.
Namun Ian segera berlari keluar, lalu mendapati Rena berjalan keluar, dia segera menghentikan langkahnya. Ian memegang tangan Rena dengan tatapan tidak rela ditinggal.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments