Diandra nampak sedang tak baik-baik saja. Terlihat dari matanya yang membengkak sudah pasti bisa di tebak. Kalian pasti tahu apa yang terjadi pada Diandra? Gara-gara psikopat ganteng itu Diandra jadi tak semangat menjalani hari-harinya. Hatinya terasa masih sakit walaupun Devian berulang kali memohon maaf kepadanya.
Malam hari pun Diandra masih saja menangis. Ia hanya sanggup menahan tangis sementara saat bersama Ayahnya. Itu pun ia lakukan sekuat yang ia mampu. Selebihnya di manapun dan kapanpun ia selalu menangis menanggung rasa sakit dari perlakuan kasar dari Devian.
Diandra membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Masih terbayang olehnya tatapan mata kejam dari Devian waktu itu. Tatapan mengerikan yang mampu melumpuhkan semua indera pada tubuhnya.
Tak lama, Diandra menangkap suara daun pintu kamarnya diturunkan. Seseorang dari luar sana bersiap masuk ke dalam kamarnya. Ah, Diandra tahu dengan sosok tamu yang tak diundang itu. Pasti pacarnya si Devian.
Diandra bergegas membaringkan tubuh, menarik selimut dan menutupi tubuh sampai wajahnya dengan selimut tersebut. Ia tak siap bertemu Devian dengan keadaan matanya yang membengkak seperti ini. Itulah Diandra. Tak ingin orang lain mengetahui kesedihanya. Tak ingin menunjukan sisi kelemahannya.
Langkah kaki terdengar oleh Diandra semakin mendekat ke arahnya. Dan ia merasakan sosok Devian kini telah duduk di dekatnya tepatnya di tepi ranjang. Jantung Dindra bergemuruh. Ia berusaha tenang menghadapi situasi saat ini. Ia berharap semoga Devian lekas pergi segera dari kamarnya.
"Dear soory, pacar lo ini selalu datang menyelinap diam-diam kaya maling. Gue sudah menduga kalau lo pasti sudah tidur. Nggak papa, gue kesini karena rindu berat sama lo. Gue tersiksa Diandra. Rasanya sakit saat gue nggak bisa ketemu sama lo. Rasanya sakit saat lo cuek sama gue. Cuma lo Diandra yang sukses bikin gue sesakit ini." Devian berkata lirih mencurahkan beban berat di hatinya. Diandra masih saja berpura-pura sedang tidur. Apakah Diandra benar-benar tak peduli dengan Devian saat ini? Tidak! Justru saat Diandra mendengar ungkapan dari Devian, ia menahan tangis sambil menggigit erat guling di dekapanya. Menahan rintihan hatinya sendiri dalam diam.
Lagi Devian melanjutkan ucapanya. "Diandra gue mohon banget maafin gue. Gue hilang kendali karena merasa frustasi dengan tindakan ceroboh yang gue lakuin siang itu. Karena gue, nyawa orang tak bersalah jadi melayang. Gue nggak ada maksud bikin lo takut sayang."
Tangan Devian bergerak perlahan. Mengelus lembut puncak kepala Diandra dengan punggung tangan. Tak lupa ia juga meninggalkan kecupan hangat sebagai tanda bahwa ia sangat merindukan Diandra. "Good night my sweetie," bisiknya lembut.
Devian mulai bangkit dari ranjang. Ia berdiri dan menaruh setangkai bunga mawar beserta kertas surat berwarna pink di meja belajar dan langsung perlahan pergi meninggalkan Diandra.
Beberapa menit kemudian, setelah menilai Devian telah pergi, Diandra membuka selimut yang menutupi sedikit wajahnya. Ia bangun, beralih dari posisi berbaring menjadi duduk di tepi ranjang. "Duh sudah-sudah dong Diandra nangisnya. Sejak kapan sih lo jadi cewek cengeng begini," gumamnya seraya menyeka air matanya.
Diandra meraih bunga mawar dan kertas surat yang berisikan tulisan pena pemberian dari Devian. Perlahan ia mulai membaca goresan pena yang nampak indah tersebut dalam bentuk kata-kata indah.
*Rindu ini te**rasa candu. Ingin rasanya setiap detik, setiap menit, setiap saat, selalu berada di dekatmu. Jauh darimu jiwaku terasa mati. Karena bersamamu, hari yang kujalani terasa sangat indah dan berarti. Taukah sayang? Ada yang sakit tapi tak berdarah di sini. Hingga terasa sesak karena aku tak lagi dapat menahan rindu. Setiap melihat senyummu aku dapat merasakan hangatnya matahari. Setiap melihat wajahmu aku seperti melihat indahnya bintang. Sejak kamu marah, aku jadi susah tidur. Bagaimana aku bisa tidur sayang, kalau kamu masih selalu nongkrong di fikiranku*?
Tanpa Diandra sadari, selesai membaca surat dari Devian, sudut bibirnya tertarik membentuk senyum manis. Matanya nampak berbinar membaca perlahan rangkain kata tulisan tersebut. Jujur, sedikit demi sedikit hatinya kini mulai melunak. Perihal rindu yang diutarakan Devian, Diandra pun kini ikut merasakanya. Anehnya sekarang ia justru menyesal. Kenapa ia tega mengacuhkan Devian dengan ber-akting tidur seperti tadi?!
"Duh gue jadi ngebet kangen sama Devian. Beberapa hari nggak ketemu sebenarnya gue juga kangen sih. Abis dia nyebelin sih kemarin." Astaga Diandra! Apa ini yang di namakan senjata makan tuan?
Diandra meraih ponsel di samping bantal. Ia mulai membuka aplikasi Whatsaap. Membuka pesan dari Devian yang sudah beberapa hari ia abaikan. Puluhan pesan berisikan kata maaf nampak di layar ponsel Diandra. "Jahat banget ya gue. Sebanyak ini pesan dari Devian gue kacangin gitu aja," gumamnya sembari menggeleng kepala. Jarinya bergerak lagi mencari nomer kontak Devian. Setelah ketemu kontak Devian, "Gue pingin banget denger lagi suara lo Devian," ucapnya. Diandra nampak bimbang, antara ingin menekan tombol Call tapi kok gengsi. Maju mundur jarinya sedari tadi. Akan tetapi ibarat pepatah mengatakan ' Pucuk dicinta ulam pun tiba'. Panggilan telefon masuk dari Devian. Diandra girang melihat layar ponselnya yang bergetar. Sebelum menjawab panggilan, ia menarik nafas lalu membuangnya perlahan.
"Hallo," ucap Diandra.
"Gue rindu sayang." Devian langsung mengutarakan isi hatinya.
"Gue juga Devian. Gue minta maaf."
"Sayang lo mau nggak malam ini keluar sama gue? Gue hampir gila rasanya nanggung beban dari rasa yang dinamakan rindu. Emm...tapi kalau lo nggak mau nggak papa sayang. Masih ada hari besok buat ketemu." Nada berbicara Devian terdengar ragu di akhir ucapan.
"Nggak kok. Gue mau ketemu lo malam ini." Secepat kilat Diandra menjawab.
"Ok sayang. Gue sudah di depan rumah lo nih."
"Apa?! Lo serius? Nggak bohong? Jadi sejak tadi lo masih belum pergi?"
Devian tertawa senang. "Gue bingung mau kemana malam minggu begini. Anak-anak Breadsley lagi nongkrong di clubnya Felix. Gue lagi badmood jadi malas kesana. Makanya gue nongkrong aja di depan rumah lo dalam mobil. Sambil natap jendela kamar lo dari tadi."
"Oke tunggu 15 menit. Eh, 10 menit lagi gue turun."
"Nggak perlu buru-buru sweetie. Mau selama apapun asal demi lo, gue selalu setia nunggu."
Diandra menutup panggilan telefon. Ia bergegas membuka lemari pakaian. Mencari baju terbaik untuk dikenakan malam ini. Dan ia memutuskan memakai atasan tank top putih di padukan dengan cardigan berwarna blue denim. Celana jeans sedikit robek di bagian paha dan lutut. Rambut di gerai dan sedikit di buat curly gantung. Tas slempang simple berwarna putih, berwarna senada dengan sepatu kets-nya. Aksesoris pendukung seperti kalung berbandul hati juga arloji yang melingkar di tangan, tak luput ia kenakan untuk menunjang penampilanya. Terkesan simple dan santai. Eh dan juga semprotan parfum yang wajib tak boleh ketinggalan.
Setelah selesai, Diandra segera keluar dari rumah menemui Devian. Pacarnya itu rupanya sedang berdiri, bersandar pada pintu mobil. Dari jauh Devian menyambut Diandra dengan uluran tangan disertai ulasan senyum menawan.
Jantung keduanya sama-sama berdegup kencang. Devian yang terpesona melihat kecantikan Diandra malam ini, sebaliknya pula dengan Diandra, yang terkesima melihat ketampanan Devian yang nyata.
Diandra mendaratkan tanganya, menerima uluran tangan dari Devian. Spontan Devian menggenggam tangan itu dan menarik tubuh Diandra, menyimpannya dalam pelukan. "Gue seneng akhirnya lo mau ketemu lagi sama gue."
"Iya. Maafin gue ya. Kelamaan menghindar dari lo."
Devian melepas pelukanya dan segera membukakan pintu mobil untuk Diandra. Setelah mereka sudah berada di dalam mobil, Devian lalu menjalankan mobilnya.
"Kita mau kemana malam ini?" tanya Diandra sembari menatap Devian.
"Ke tempat special yang cuma ada lo sama gue aja di sana," jawab Devian di akhiri senyum senang.
Beberapa saat waktu perjalanan, Devian memelankan laju mobilnya. Diandra melihat ke arah luar jendela, nampak mobil itu membawanya masuk ke kawasan pantai. "Kita mau ke pantai malam-malam?" Diandra menatap heran bertanya pada Devian.
"Iya sayang. Kenapa? Lo nggak mau ke pantai? Kalau lo nggak suka, kita bisa cari tempat lain yang lo mau."
"Nggak kok! Gue suka malahan. Dari kecil gue seneng banget kalau di ajak Ayah main ke pantai."
Asyik mengobrol tak terasa mobil Devian tiba di tepi pantai. Dia memarkirkan mobilnya lalu menekan satu tombol yang berfungsi untuk mengubah atap mobilnya menjadi terbuka. "Di sini cuma ada kita berdua. Di temani sama tiupan angin, kemerlip bintang, terangnya bulan, dan ombak yang berderu." Devian membuka percakapan. Ucapan Devian itu justru membuat Diandra kikuk. Fikiranya mulai menjuru ke hal yang tidak-tidak layaknya yang di lakukan pasangan kekasih.
"Lo juga suka pantai?" tanya Diandra.
"Suka banget. Gue bisa ngabisin waktu seharian buat nongkrong di tepi pantai begini."
"Sehati dong kita," jawab Diandra riang.
Tiba-tiba, Devian meraih tangan Diandra sembari mendekatkan posisi wajahnya. "Gimana dong? Devian mau nyium gue," batinya berceloteh.
"Kenapa sayang? Lo takut ya kalau gue berbuat melebihi batas?" Devian berbisik lembut.
Diandra menggigit bibirnya sendiri. Jujur saja ini baru pertama kali baginya. Ia menggeleng pelan sembari mencekal erat lengan Devian.
Melihat wajah Diandra berubah pucat, Devian buru-buru menjauhkan posisi wajahnya. "Tenang aja sayang. Gue nggak bakal berani duluan nyium lo di bagain bibir. Tapi kalau gue ngecup puncak kepala sama punggung tangan lo boleh kan?!"
"Contohnya kayak gini ya," kata Diandra dan cupp... ia memberanikan diri terlebih dahulu mengecup Pipi Devian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Oase Yogya
yah Thor setting latar nya dimana nih,mata biru kok elo gue...
2021-05-31
0
𝕽𝖈⃞Butirn𝕵⃟dBUᶜʙᵏⁱᵗᵃ
baikannn..... 🤗
2021-03-04
0
Aries_01
gk ad penjelasan dlu gitu dri Devian ke Diandra tentang cewek kmren
2021-02-27
0