Jantung Sialan

Selesai makan malam bersama Ayahnya, Diandra segera merapikan semua piring di atas meja dan membawanya ke dapur untuk dicuci. Gadis baik itu selalu cekatan dalam hal urusan pekerjaan rumah. Dari kecil ia tergolong anak yang mandiri, walaupun saat itu sang Ayah selalu memanjakannya.

Sambil sibuk mencuci piring, terdengar suara merdu Diandra riang bernyanyi. Selain cantik, dia juga berbakat dalam hal menyanyi. Hingga pada suatu hari ia memutuskan, memanfaatkan kelebihanya itu untuk mencari tambahan penghasilan. Semenjak Ayahnya sakit, di mana juga perekonomian keluarganya menurun, ia memberanikan diri untuk bekerja sampingan sebagai salah satu penyanyi cadangan mengisi acara di sebuah cafe.

Ketika sibuk membasuh busa sabun pada piring, Diandra dikagetkan oleh kehadiran seseorang yang kini sedang memeluknya dari belakang. Jelas itu bukan Ayahnya. Jam segini Ayahnya pasti sudah tidur, setelah makan dan juga minum obat. Ia kontan terkaget sampai-sampai piring cucianya hampir terlepas dari genggaman.

"Sweetie pacar lo kangen berat nih," bisik lembut terdengar di telinga Diandra. Ya kan itu benar Devian. Siapa lagi kalau bukan dia, si pacar yang mengaku jenius. Sesukanya bebas keluar masuk rumah Diandra seperti saat ini tanpa memerlukan izin. Pagar rumah Diandra yang tinggi tak jadi masalah buat seorang Devian Almero. Yang penting rasa rindunya terobati. Masalah resiko itu nomor kesekian.

Bisikan kata-kata manis dari Devian membuat Diandra membeku seketika, mematikan seluruh fungsi indera.

"Maaf ya, gue nekad datang malam-malam. Gue kan pernah bilang kalau gue bukan Dilan yang sanggup nahan rindu." Diandra tersenyum senang menanggapi ucapan Devian.

"Kok diem aja sih sayang. Pacarnya dateng dicuekin gini," ucap Devian di akhiri dengusan kesal. Duh Devian! Nggak tahu apa kalau pacarnya saat ini lagi berjuang mengendalikan gemuruh jantungnya yang serasa ingin copot dari tempat. Diandra sampai nggak bisa berkata-kata.

Selesai mencuci semua piring, Diandra membalik posisi tubuhnya. Pacarnya itu tengah kesal karena ia tak kunjung merespon ucapan darinya. Ia tahu apa yang harus dilakukan agar hati Devian luluh.

Devian perlahan sedikit melonggarkan pelukannya. Kini wajah mereka saling bertemu berhadapan. Saling menatap beradu pandang. "Lo kangen, gue malah lebih kangen...Devian," ucap Diandra menunjukan seringai manja. Membuat hati Devian seketika menghangat.

"Yuk ikut gue." Diandra menarik tangan Devian menuju ke kamarnya. Sembari menaiki anak tangga, Devian berulang kali meremas dadanya sendiri. Jujur, jantung sialan miliknya di dalam sana terasa semakin gaduh.

Diandra duduk di tepi ranjang tidurnya. Sebaliknya dengan Devian, tanpa canggung ia ikut duduk di samping Diandra.

"Lo kan bisa ngabarin gue sebelumnya. Kita bisa ketemuan di luar. Jadi nggak perlu lo capek manjat pagar rumah gue yang tinggi di belakang." Diandra membuka percakapan terlebih dahulu. "Ngomong-ngomong, makasih banyak ya Devian. Lo jadi repot-repot ngeluarin uang banyak cuma untuk beliin gue ponsel baru. Jujur, gue nggak enak. Sebetulnya itu nggak perlu. Ponsel gue juga masih bagus. Gue juga bisa ambil kembali dari Gio. Cuma karena gue lupa ambil ponsel gue dari Gio, lo jadi beliin gue ponsel mahal begitu," imbuh Diandra.

"Nggak! Gue nggak mau lo ambil lagi ponsel itu dari Gio. Gue nggak keberatan ngeluarin duit buat beliin keperluan lo. Toh gue malah seneng tuh, ibarat gue ngasih barang yang terbaik. Jadi please, lo buang rasa nggak enak itu dan terima aja pemberian dari gue." Nada ucapan Devian terdengar sedikit tinggi.

"Iya gue tahu. Tapi lo juga harus tahu Devian, gue bukan type orang yang suka nikmatin pemberian dari duit orang lain. Gue malah lebih seneng beli apa yang gue mau pakai duit gue sendiri, usaha gue sendiri."

"Gue kan pacar lo, bukan orang lain. Jadi gue berhak dong beliin barang yang gue kehendaki buat pasangan?!"

Itulah Diandra. Gadis manis itu sejujurnya tak suka diperlakukan terlalu berlebihan. Di mana jika di luar sana beberapa cewek lebih suka jika selalu dijajakan barang mewah dari pasangan. Hal ini justru bertolak jauh darinya.

"Masih pacar lo statusnya. Belum jadi suami gue. Lo nggak lihat di facebook lagi rame beritanya si cowok nuntut balik semua yang udah dikasih ke ceweknya setelah putus? Parahnya lagi sampai-sampai uang buat makan bersama di luar juga dituntut untuk di kembalikan." Wah Diandra! Ngomongnya sudah ke arah suami aja. Ini gertakan atau sekedar sindiran sih?!

Tanggapan Devian membuat Diandra takjub. Bagaimana tidak? Cowok itu menyisir surainya yang menutupi sedikit bagian pinggir wajahnya dengan jari ke arah belakang. Kontan Diandra refleks dan menoleh merangsang sentuhan tersebut. Saat menoleh, pandangan Diandra sudah disambut oleh tatapan kedua manik mata berwarna biru milik Devian. "Kalau lo udah siap jadi isteri, gue lebih tak terhingga siap jadi suami lo, Diandra." Terdengar sungguh-sungguh Devian berucap seraya tersenyum hangat.

Pupil mata Diandra sampai bergetar. Wajahnya memerah, terasa panas. Respon dari Devian dibalik celotehnya sukses bikin hati Diandra jungkir balik.

"Gue masih sekolah. Lagian gue belum kepikiran sampai kesitu, Devian. Soory ya! Gue tadi cuma bercanda aja." Diandra mengalihkan pandangan dari wajah Devian. "Duh, kenapa sih Diandra lo itu sempet-sempetnya mikir jauh kesana! Pacaran aja baru beberapa hari. Mimpi lo tinggi banget sampai kepikiran nikah sama Devian. Sadar Diandra sadar!" batinya mencaci diri sendiri.

"Dear, gue bakal nunggu sampai lo siap. Gue serius loh! Gue bakal nunggu lo sampai kapan pun. Sampai lo bener-bener siap. Sampai lo selesai kuliah pun gue bakal setia nunggu."

"Jodoh, maut, semua takdir cuma Tuhan yang nentuin Devian. Kita manusia cuma bisa berencana. Selebihnya kita hanya bisa pasrah sama skenario yang sudah diatur Tuhan buat ngejalani hidup ini. Kalau kita memang ditakdirkan berjodoh, gue juga mau kalau kelak jadi pendamping lo sampai kita menua sama-sama." Keduanya memancarkan ekspresi bahagia yang begitu sangat. Pertemuan mereka tentunya juga karena takdir. Harapan Devian dan Diandra malam ini masih menjadi rahasia Tuhan sebagai penentu kehidupan mereka kedepan.

*

"Wih ponsel baru lo keren banget Diandra. Ini kan produk yang lagi boming tahun ini. Ini mahal loh, Bahkan di sekolah kita belum ada yang punya!" Selly, teman sebangku Diandra memuji ponsel pemberian Devian. Ocehan Selly yang terdengar keras itu memancing Gio datang menghampiri mereka.

"Dih ponsel baru. Jadi ponsel yang gue bawa ini gimana?" tanya Gio tiba-tiba sembari menunjukan ponsel Diandra.

"Terserah mau lo buat apa." Diandra ketus menjawab. Ia masih kesal dengan perlakuan kasar dari Gio kemarin.

"Bukanya ini ponsel kesayangan lo ya?! Lo beli ini pakai perjuangan panjang ngumpulin duit dari jerih payah lo nyanyi tiap malem. Lo inget nggak hujan-hujan pulang sekolah kita bareng-bareng beli ponsel ini buat lo? Masa iya lo mau buang ini ponsel gitu aja!" Gio merasa muak dengan perubahan sifat Diandra saat ini. Gio tahu sangat, sahabatnya itu type orang yang selalu mencintai barang miliknya sendiri.

Suasana kelas yang awalnya gaduh tiba-tiba saja berubah hening. Semua mata tertuju pada sosok yang baru saja muncul dari balik pintu. Apakah itu guru yang mengajar kelas mereka? Ternyata bukan.

"Buset ganteng banget woii. Mereka siapa sih?" gumam Gisel terus menatap wajah sosok yang sukses membuatnya terpesona.

"Dih ni cowok mirip banget kaya karakter Suho di komik webtoon loh!" sambung Rahel. Dia ini hobinya memang suka baca komik sama novel. Sebelas duabelas lah sama si Aland-salah satu cowok ganteng dari Keluarga Bredsley.

"Eh mereka nyamperin Diandra?! Kok bisa ya mereka tertarik sama cewek jelek, intorvert kaya gitu sih?!" cemooh Gisel. Jelas ia tak suka. Kecantikan dari gadis beruntung itu menjadi faktor utama sebab mereka menjauhi Diandra. Walaupun mereka menjadi teman sekelas dengannya, tapi sejak dulu mereka jarang bertegur sapa.

Iri bilang dong Bos! Kalah saing nih ye!

Kehadiran Devian dan Felix kini membuat para siswi di kelas itu berseru heboh. Pesona mematikan dari para psikopat ganteng ini memang tak diragukan. Sayangnya sih, ganteng-ganteng tapi psikopat.

"Devian," sebut Diandra. Ia nampak kaget dengan kedatangan pacarnya itu di tengah-tengah waktu pelajaran sekolah.

"Hai, sayang! Sorry hari ini gue nggak bisa antar lo ke sekolah. Gue kesini cuma mau kasih ini." Devian menyapa seraya menyodorkan dua batang coklat premium beserta bunga mawar.

"Si tengil berani lagi nongol di sekolah ini. Nginjek kelas gue lagi. Pergi lo sana! Sebelum lo bonyok dikeroyok temen-temen gue yang lain." Gio selalu sensitif jika melihat Devian dekat dengan Diandra. Galaknya sudah persis bak induk ayam yang berjuang melindungi anaknya. Sadar diri dong Gio. Apa salah kalau Devian datang untuk sang pacar?

"Eh anak cabe, gue colok loh entar tuh mata. Melotot udah kaya mau lepas aja dari cangkang lihat kita dateng," sembur Felix sembari mengacak kasar rambut Gio. Walaupun kata-katanya terdengar seperti olokan belaka, tapi Felix tak pernah main-main dengan ucapanya.

Devian merebut ponsel Diandra dari tangan Gio. Jarinya bergerak cepat menuju folder galeri tempat tersimpanya foto Diandra, menghapus semua gambar yang terdapat di sana. "Nona manis, kalau lo mau... ponsel ini buat lo aja ya. Kenang-kenangan dari Diandra." Devian memberikan ponsel bekas yang masih terkesan baru itu kepada teman sebangku Diandra. Sengaja ia tak membuang ponsel itu ke tempat sampah menilai kemarin Diandra bercerita kepadanya membeli ponsel itu dengan susah payah. Diberikan ke teman Diandra sebagai kenang-kenagan justru lebih bagus bukan?

"Lo semangat ya belajarnya. Ntar pulang sekolah gue jemput. Kita jalan bareng. Gue pamit ya sayang. Muacch." Devian berpamitan manis di akhiri dengan kecupan hangat mendarat di puncak kepala Diandra. Ia lalu pergi meninggalkan kelas begitu saja, tanpa menghiraukan sorakan para siswi merayu dirinya. Beda dengan Felix yang justru menanggapi siswi tersebut dengan senyuman ramah tebar pesona. Ya siapa tahu rezeki Felix bisa pacaran sama anak SMA kaya Devian, melihat beberapa siswi di sana banyak yang cantik.

Terpopuler

Comments

𝕽𝖈⃞Butirn𝕵⃟dBUᶜʙᵏⁱᵗᵃ

𝕽𝖈⃞Butirn𝕵⃟dBUᶜʙᵏⁱᵗᵃ

hhhmmm..... ☺️

2021-03-04

0

Aries_01

Aries_01

manis bngett sih perlakuan Devian

2021-02-27

0

ふじょし

ふじょし

ganti donggg psnggilan aku km thorr

2020-11-17

5

lihat semua
Episodes
1 Awal Pertemuan
2 Love at the first sight
3 Namanya?
4 Rumah Untuk Tinggal
5 Momen bertaburan gula
6 Terang Bulan Full Keju
7 Jantung Sialan
8 Mencintaimu haruskah sesakit ini?
9 Penyesalan terdalam
10 Jiwaku terasa Mati
11 Pengenalan wajah tokoh karakter
12 Truth or dare??
13 Terjebak rasa nyaman
14 Guru killer
15 Kejutan berujung celaka
16 Serigala berbulu domba
17 Makanan Coki
18 Dua permohonan
19 Job menyanyi
20 Guru matematika baru?
21 Anabelle
22 Sean Ravanega??
23 Devian VS Chester
24 Diandra atau Zea???
25 Kebenaran?
26 Menyakitimu sama halnya menginjak harga diriku
27 Diandra's Diary
28 Ancaman musuh
29 Bertaruh aset berharga
30 Jangan coba bermain api, jika tak ingin terbakar dan terluka
31 Apakah ini menjadi bagian akhir?
32 Pahlawan untuk Zea
33 Aku punya kaki untuk melangkah pergi
34 Sesuatu yang sudah ia genggam, tak akan mudah dilepas begitu saja
35 Sosok Sean
36 Cemburu mode on
37 Tunggu aku kembali
38 Hari penuh air mata
39 Bentangan jarak antara kita
40 Kesempatan bagi Sean
41 Jangan panggil aku Aco
42 Bayang Devian
43 Pelaku Penembak Aland
44 Dalang Dibalik Semuanya
45 Arga Dan Zea
46 Devian Terluka
47 Gior dan Kimberly
48 Satu tahun kemudian
49 Pulang Dari Jepang
50 Takut kehilangan
51 Gior kembali?
52 Melody, aku merindukanmu.
53 Apa yang terjadi?
54 Kesalahan Fatal
55 Benci
56 Positive or negative?
57 Aku Mencintaimu Sampai Kapanpun
58 Ulang Tahun
59 Kamu hamil?
60 Sosok pewaris sebutan Anabelle
61 Ngidam
62 Si Tampan Le Min Ho
63 Felix si Penyelidik
64 Es Krim Cokelat
65 Happy wedding
66 Rindu
67 Surat milik Hanung
68 Pergi
69 Susah menerima
70 Tamat
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Awal Pertemuan
2
Love at the first sight
3
Namanya?
4
Rumah Untuk Tinggal
5
Momen bertaburan gula
6
Terang Bulan Full Keju
7
Jantung Sialan
8
Mencintaimu haruskah sesakit ini?
9
Penyesalan terdalam
10
Jiwaku terasa Mati
11
Pengenalan wajah tokoh karakter
12
Truth or dare??
13
Terjebak rasa nyaman
14
Guru killer
15
Kejutan berujung celaka
16
Serigala berbulu domba
17
Makanan Coki
18
Dua permohonan
19
Job menyanyi
20
Guru matematika baru?
21
Anabelle
22
Sean Ravanega??
23
Devian VS Chester
24
Diandra atau Zea???
25
Kebenaran?
26
Menyakitimu sama halnya menginjak harga diriku
27
Diandra's Diary
28
Ancaman musuh
29
Bertaruh aset berharga
30
Jangan coba bermain api, jika tak ingin terbakar dan terluka
31
Apakah ini menjadi bagian akhir?
32
Pahlawan untuk Zea
33
Aku punya kaki untuk melangkah pergi
34
Sesuatu yang sudah ia genggam, tak akan mudah dilepas begitu saja
35
Sosok Sean
36
Cemburu mode on
37
Tunggu aku kembali
38
Hari penuh air mata
39
Bentangan jarak antara kita
40
Kesempatan bagi Sean
41
Jangan panggil aku Aco
42
Bayang Devian
43
Pelaku Penembak Aland
44
Dalang Dibalik Semuanya
45
Arga Dan Zea
46
Devian Terluka
47
Gior dan Kimberly
48
Satu tahun kemudian
49
Pulang Dari Jepang
50
Takut kehilangan
51
Gior kembali?
52
Melody, aku merindukanmu.
53
Apa yang terjadi?
54
Kesalahan Fatal
55
Benci
56
Positive or negative?
57
Aku Mencintaimu Sampai Kapanpun
58
Ulang Tahun
59
Kamu hamil?
60
Sosok pewaris sebutan Anabelle
61
Ngidam
62
Si Tampan Le Min Ho
63
Felix si Penyelidik
64
Es Krim Cokelat
65
Happy wedding
66
Rindu
67
Surat milik Hanung
68
Pergi
69
Susah menerima
70
Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!