"Kak Keenan! Lepasin aku, Kak! Aku tidak ingin ya, kalau pak supir akan salah paham mengenai hubungan kita ini?!" Ucap Thalia dengan nada suara yang pelan dan hampir terdengar seperti sedang berbisik.
"Kalau Kakak gak mau gimana dong?"
"Lepasin, Kak!" Thalia kini mulai berani untuk memberontak. "Dengarkan aku, Kak. Kak Keenan itu seharusnya tidak boleh begini, Kak. Kalau aku itu adik Kakak. Apakah Kak Keenan lupa atau pura-pura lupa." ujar Thalia dan Keenan yang langsung menarik pinggang Thalia agar semakin dekat dengannya.
"Memangnya, kalau kita itu saudara kenapa? Ada yang salah, huh?!"
"Jika Kak Keenan sudah mengetahui bahwa kita itu masih saudara, harusnya sikap Kakak Keenan gak begini ke aku. Apa Kak Keenan tahu? Jika melihat perilaku Kakak yang seperti ini itu lebih pantas di sebut sebagai perlakuan laki - laki kepada wanitanya. Bukan perlakuan Kakak kepada adiknya."
"Ya, kamu itu memang adik Kakak. Tapi kau juga harus ingat, kalau kau itu hanyalah adik tiri Kakak dan bukannya adik kandung Kakak yang sebenarnya. Jadi, kalaupun nanti kita memiliki hubungan maka tidak ada yang akan berani melarangnya. Karena kita itu memang tidak sedarah." jelas Keenan dengan jaraknya semakin dekat dengan Thalia.
Thalia sepertinya mulai lupa bagaimana caranya untuk bernafas karena jarak Keenan yang begitu dekat dengan dirinya. Ya, hembusan nafas yang hangat dari Keenan yang menerpa wajahnya membuat Thalia pun merinding. Di tambah lagi dengan belaian telapak tangan besar dari Keenan yang mulai menyentuh wajahnya, dan tangan Keenan yang kini mulai menarik paksa agar tubuh Thalia bisa di peluk sehingga Keenan bisa membenamkan wajahnya di ceruk leher Thalia. Sambil tangan kanannya mengelus dengan lembut punggung Thalia dan sebelahnya menggenggam tangan Thalia dengan begitu erat.
"Thalia, apakah kamu akan setuju jika nantinya kau dan aku memiliki suatu hubungan layaknya pasangan kekasih yang lainnya dan bukannya sebagai Kakak dan adik?" tawar Keenan kepada Thalia.
Mendengar tawaran dari sang Kakak tirinya itu tentu saja Thalia langsung menolaknya dengan cara mendorong dada bidang Keenan dengan segenap tenaga yang dia miliki hingga tubuh besar itu berhasil terdorong ke belakang. Namun sayangnya, keberuntungan masih berpihak kepada Keenan yang pada akhirnya membuat Thalia pun ikut tertarik dan berakhir di atas tubuh Kakak tirinya itu.
"Ah, aku baru saja menyadari, jika adikku ini ternyata bisa seagresif ini juga. Bagaimana? Apakah kau ingin merubah posisimu lagi. Kalau iya, Kakak sudah siap apapun posisi yang akan kau lakukan itu." ujar Keenan sambil menyeringai hingga membuat tubuh Thalia mulai bergetar ketakutan apalagi saat tangan Keenan yang mulai merayap di sekitar pinggangnya.
"Kak Keenan, apa yang sedang Kakak lakukan. Aku mohon lepasin aku, Kak. Aku takut." pinta Thalia hingga membuat tangan Keenan akhirnya berhenti bergerak di sekitar pinggangnya.
"Maafkan Kakak, Thalia. Sebenarnya Kakak itu tidak bermaksud untuk menyakitimu. Untuk itu, bagaimana kalau Kakak ganti dengan memelukmu supaya ketakutanmu itu bisa hilang. " bisik Keenan yang langsung menarik bahu Thalia sehingga adiknya itu kini sudah berbaring dengan sempurna di dada bidangnya. Dan Thalia pun bisa merasakan dengan jelas irama jantung dari Keenan yang juga berdegup dengan kencang.
Seakan tersadar, Thalia pun langsung menarik dirinya dari pelukan Keenan dan dia pun langsung bergegas turun dari mobil saat menyadari jika mobil yang di tumpangi nya telah berhenti tepat di depan rumah mereka. Sedangkan Keenan hanya tersenyum penuh arti ketika melihat Thalia yang kini mulai menjauh dari pandangan matanya.
"Sayangnya, sekeras apapun kau mencoba untuk menjauh dariku. Aku akan pastikan, jika suatu saat nanti kau pasti akan aku miliki." ucap Keenan.
***
Saat Thalia sudah masuk kedalam rumahnya dia langsung menutup pintu rumahnya dengan begitu keras, hingga membuat Ibunya yang sedang bersantai di ruang tamu itu merasakan keheranan dengan sikap putrinya dan di tambah lagi saat dirinya melihat penampilan putrinya yang kini terlihat berantakan.
"Thalia, apa yang sudah terjadi denganmu?" tanya Vina dengan lembut kepada putrinya yang kini sedang terlihat ketakutan. Dan dia pun kemudian langsung beranjak dari sofa untuk melangkah mendekat ke arah putrinya.
Melihat sang Ibu yang mulai mendekat ke arahnya, Thalia pun langsung memeluk ibunya dengan begitu erat dan berharap dirinya bisa menjadi lebih tenang sehingga bisa melupakan kejadian yang terjadi di mobil bersama dengan Kakak tirinya yang menurutnya sangat mengerikan jika di ingat kembali olehnya.
"Sayang, sebenarnya apa yang sudah terjadi denganmu?" tanya Vina kembali karena belum mendapatkan jawaban apapun dari putrinya.
"Aku hanya sedang takut, Bun."
"Memangnya kamu takut kenapa, sayang?"
"Kalau aku jelasin juga Bunda pastinya gak akan percaya juga kan?"
"Kok kamu udah kasih kesimpulan begitu. Kamu aja belum cerita ke Bunda." ucap Vina, kemudian dia menuntun Thalia agar duduk di sofa lebih dulu. "Bunda janji, akan dengerin seluruh cerita dari kamu dan nggak akan anggap kamu aneh, kok." lanjutnya mencoba untuk meyakinkan putrinya.
Ya, Vina juga ingin mengetahui tentang hal berat yang sedang di alami oleh putrinya. Sampai membuat putrinya itu tampak ketakutan.
Mendengar ucapan dari ibunya Thalia pun tersenyum senang. Karena akhirnya ibunya itu mau mendengar cerita darinya dan dirinya juga mempunyai kesempatan untuk mengadu. Dan sebelum menceritakan semuanya Thalia pun mulai membenarkan posisi duduknya lebih dulu untuk menghadap ke arah ibunya.
"Begini, Bun. Kalau ak-"
"Apa boleh aku ikut bergabung juga. Sepertinya ada yang seru nih. Tapi jika kepulanganku membuat kalian merasa terganggu lebih baik aku pulang ke apartemen saja." ucap Keenan yang langsung memotong ucapan Thalia, saat dia melihat gerak-gerik aneh dari Thalia yang sepertinya ingin mengadu kepada ibunya tentang sikapnya tadi yang sudah kurang ajar padanya saat berada di dalam mobil.
Saat mendengar suara dari Keenan Vina pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah anak tirinya.
Dan Keenan tampak tersenyum saat melihat dengan jelas wajah adik tirinya yang sedang memasang wajah marah dan kesal kepadanya, di tambah saat Tahlia berpura - pura membuang muka kepadanya.
"Kamu bicara apa sih, Ken. Tentu saja Bunda sangat senang akhirnya kamu kembali pulang. Dan kehadiran kamu di rumah ini juga sangat istimewa."
"Apakah benar seperti itu? Tapi aku merasa Thalia tampak tidak begitu bersemangat menyambut kedatanganku kembali di rumah ini." ucap Keenan sambil memasang raut wajah kecewanya. Sedangkan Thalia yang mendengar ucapan dari Keenan hanya bisa menatap ke arah sang Kakak tirinya itu dengan tatapan yang tampak menahan rasa kesalnya.
"Itu tidak benar kan, Thalia? Pastinya kamu juga senang kan, melihat kepulangan Keenan" ucap Vina sambil menatap tajam ke arah putrinya.
Sedangkan Thalia yang di tatap seperti itu oleh Bundanya hanya bisa menghela nafas panjang. Ya, Tahlia sudah tahu, jika Ibunya itu pasti akan selalu membela anak tirinya di bandingkan dengan anak kandungnya sendiri.
********
Hay... hay! Kalian yang sudah baca Bab ini jangan lupa kasih likenya dong untuk author.D
Kalau ada yang mau ngasih 🌷atau ☕ juga boleh kok hehehe. Seperti biasa author juga mau mengingatkan pada para reader ku. Yuk, kasih sajen votenya untuk author. Komentarnya juga jangan sampai lupa yah~
Author selalu menunggu komenan dari kalian loh😁
Makasih...
Bersambung....
Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
rini apriyanti
bagus ka...
2023-08-20
0