"Kak Keenan. Apa yang mau Kakak lakukan di kamarku!" Bentak Thalia pada Keenan. Karena Kakaknya sudah masuk kedalam kamarnya. Saat dirinya sudah tertidur pulas di kagetkan dengan kehadiran Keenan di dalam kamarnya. Apalagi posisinya sekarang Keenan sudah mengungkung tubuh Thalia.
"Menikahlah denganku atau kehormatanmu sebagai gantinya."
Thalia meremas kuat sprei merah itu yang menjadi alas tidurnya saat ini. Mati - matian dia memejamkan matanya dan tidak sekalipun berani menatap laki - laki yang berada di atas dan sedang mengurung sisi dirinya.
"Aku tidak mau!" Tolak Thalia
"Apa kamu pikir aku cuma mengancammu saja, Hah?! Tidak Thalia, ini bukanlah ancaman. Bersiaplah, karena malam ini kau akan menjadi Nyonya Alexander." ujarnya sambil mencengkram erat kedua tangan Thalia.
"Aku tidak mau menikah dengan laki - laki jahat seperti Kak Keenan. Aku tidak mau, Kak!" Maki Thalia mencoba untuk melepaskan cengkraman erat kepada kedua tangannya saat ini.
"Lepaskan aku, Kak! Apa yang kau lakukan? Ingat, Kak. Aku itu masih saudara kamu Kak Keenan."
Seringaian jelas tercetak di bibir Keenan. Ya, kecantikan dari adik tirinya yang sangat berbeda dengan gadis lainnya, dia lugu, manis dan sangat sederhana membuat Keenan selalu ingin memiliki Thalia, adik tirinya itu. Tapi sayang, adik tirinya selalu menolak cintanya hingga kini membuat Keenan murka apalagi saat kejadian siang tadi saat dia melihat adik tirinya itu bersama dengan teman laki - lakinya yang bernama Axel.
Tangan Keenan kemudian beralih melepaskan cengkraman tangan Thalia. Namun, Keenan langsung menarik dasi yang berwarna navy yang di pakainya dan mengikatnya pada kedua tangan Thalia.
Dan Thalia hanya bisa menangis tanpa suara di dalam kamarnya. Tubuh Thalia langsung gemetar saat jemari Keenan mengusap kening dan surainya.
"Bukankah aku sudah katakan padamu. Di antara kita itu tidak ada hubungan darah, Thalia. Aku dan juga Bundamu bukan siapa-siapa, dia bukan bagian dari keluargaku, sayang. Jadi tidak ada salahnya kan kalau kita menikah." ujar Keenan sambil menundukkan kepalanya dan hendak mengecup bibir Thalia, sebelum Thalia membuang muka.
"Jangan. Aku mohon, jangan melakukan hal itu padaku. Aku mohon, Kak." pinta Thalia sebelum air mata itu benar - benar mengalir di sudut matanya dengan sangat deras.
Keenan bangkit dari sana, ia berdiri di sisi ranjang dan bersedekap sambil menatap wajah Thalia yang kini tampak ketakutan.
Ya, melihat wajah Thalia yang gemetar ketakutan dan menangis menurutnya menjadi pemandangan yang sangat indah bagi Keenan.
"Ekhm. Ini peringatan yang terakhir Thalia." ucap Keenan yang kini sudah mendekatkan wajahnya dan ia kembali mengecup bibir Thalia tanpa rasa ampun.
"Cukup Kak Keenan. Ampun...! Bunda tolongin Thalia!" Teriak Thalia keras. Ya, meski Thalia berteriak sekeras apapun kedua orang tuanya tidak akan mendengarnya karena kamar tidur Thalia memiliki kedap suara.
"Apa katamu, sayang? Ampun? Kau memohon ampun padaku, sayang? No, aku tidak akan mengampuni mu. Kau adalah satu - satunya wanita yang membuatku jatuh cinta dan membuatku marah di saat bersamaan, sayang." ucap Keenan yang kini sudah
kembali mengungkung tubuh Thalia di bawahnya. Ya, walaupun Keena belum melakukan apapun pada Thalia. Tapi Thalia terlihat sudah sangat ketakutan.
"Kumohon, menyingkirlah dariku, Kak!" Peringat Thalia dengan menatap jijik ke arah Kakak tirinya itu.
Dan kali ini Thalia hanya bisa menangis dan berharap ada seseorang yang bisa menolongnya.
"Diamlah Thalia, aku tidak akan melakukan hal itu padamu jika kau menurut. Dan malam ini aku tidur di sini. Jadi, nikmati saja tidur bersama denganku."
***
Matahari sudah menunjukkan sinarnya dan sedikit menembus melalui celah jendela kamar membuat laki - laki yang baru beberapa jam menutup matanya kini terbangun. Ujung bibirnya tertarik ke samping saat menyadari jika dirinya kini sedang tidur bersama dengan adik tirinya dan berikutnya, kelopak mata Thalia perlahan terbuka.
"Kak Keenan." ucap Thalia terkejut.
"Selamat pagi, sayangku." kata Keenan mesra. Ya, tubuh mereka kini saling menempel saat jari telunjuk Keenan bergerak menyingkirkan anak rambut milik Thalia yang sedikit berantakan menutupi wajah cantiknya.
Sedangkan Thalia hanya diam. Ya, dia masih belum berani menjawab sapaan dari keenan yang menurutnya itu bukan untuknya melainkan untuk seorang kekasih dan tentu saja dia bukanlah kekasih Kakak tirinya itu.
"Seharusnya kamu itu jawab sapaan dari Kakak dulu dong, Thalia. Ingat, kamu itu gak boleh sombong sana Kakak, apa kamu mau jika aku memberikan hukuman kemarin malam yang akhirnya tertunda itu, hm?"
Mendengar hal itu, Thalia pun langsung kembali teringat kejadian menjijikan yang di lakukan Kakaknya tadi malam.
"See - selamat pagi juga Kak Keenan." jawab Thalia
"Sayangnya tidak ada nih?" tanya Keenan
Thalia diam. Tidak mengerti apa yang baru saja di tanyakan oleh Keenan. Namun, Keenan pun mengerti karena adik tirinya itu belum terbiasa jika memanggil dirinya dengan sebutan sayang.
"Baiklah, Kakak itu mengerti. Mungkin kamu masih belum terbiasa. Tapi lain kali, kamu itu harus memanggil Kakak dengan sebutan sayang biar lebih mesra ya."
"Hah? Untuk apa aku memanggil Kak Keenan dengan seperti itu? Bukankah panggilan itu untuk sepasang kekasih? Sedangkan kita berdua hanyalah saudara, Kak?"
"No! Sekarang kita sudah menjadi sepasang kekasih dan bukannya saudara tiri lagi, Thalia."
"Tapi sejak kapan kita menjadi sepasang kekasih, Kak?" tanya Thalia bingung
"Apa kamu amnesia?"
"Tidak,"
"Bukankah sejak tadi malam kita sudah resmi menjadi sepasang kekasih."
Thalia berdecih. "Jangan kebanyakan mimpi, Kak Keenan! Dan tolong lepaskan tanganku, Kak. Sungguh, ini sangat menyakitkan." kata Thalia terus berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman tangan Keenan.
"Tidak semudah itu, Thalia. Kamu pikir tangan kamu saja yang sakit. Kamu itu tidak pernah mikir apa? Kalau hati Kakak juga sakit saat mendengar ucapan pedas kamu tadi."
"Aku tidak peduli. Urus saja hati Kak Keenan sendiri. Minggir! Aku mau mandi, Kak."
Dan Keenan masih menahan tangan Thalia. "Tidak mau. Kamu itu tidak boleh kemana - mana."
"Tapi aku mau mandi, Kak! Nanti aku terlambat ke sekolahnya."
Thalia kemudian mulai memberontak. Saat Keenan mulai memeluk dirinya.
"Lepas, Kak."
"Diamlah, Thalia!" Seru Keenan.
"Tolong Kak Keenan jangan cari masalah."
"Baik, Kakak bakal lepasin tangan Kakak ini, tapi kamu itu harus janji dulu sama Kakak, kamu gak boleh ngadu tentang hubungan kita, gimana? Terlalu mudah kan, kalau kamu sampai ngadu sama Papa dan Bunda, yang ada kamu bakalan tau akibatnya, apa kamu mengerti, sayang?" ancam Keenan dengan tangannya yang tidak tinggal diam meraba - raba kulit mulus Thalia.
Takut dengan kelakuan bejat sang Kakak tirinya yang nantinya membuat dirinya semakin terancam, dengan terpaksa Thalia menganggukkan kepalanya.
"I-Iya, Kak. Aku janji gak akan ngadu ke Papa dan Bunda. A- Aku bakalan tutup mulut aku, tapi sekarang lepasin tangan Kak Keenan dulu. Thalia takut ketahuan, Kak." lirih Thalia.
Dengan perlahan Keenan melepaskan pelukannya dan beranjak dari tempat tidur Thalia untuk bersiap-siap kerja.
"Ingat, Thalia. Jangan pernah bikin Kakak marah sama kamu. Karena Kakak bisa melakukan apa saja sama kamu. Tapi Kakak masih kasih kamu kesempatan untuk belajar nurut sama Kakak. Dan satu lagi, jangan dekat - dekat lagi dengan laki - laki yang kemarin. Kalau kamu ketahuan masih dekat dengan laki - laki itu. Kakak benar - benar akan membuatmu menyesal." lagi, Keenan memberikan ancaman kepada Thalia. Namun, sebelum meninggalkan kamar Thalia, Keenan membungkukkan badannya menyempatkan diri untuk mencium bibir Thalia. Setelah itu melenggang dengan santai meninggalkan Thalia yang tengah mengumpat dengan ucapan serapahnya di dalam hati.
Ceklek. Keenan membuka pintu kamar dan betapa terkejutnya dia saat melihat Ayahnya sudah berada di depan pintu kamar Thalia.
"Keenan? Kenapa sepagi ini kamu keluar dari kamar Thalia? Abis ngapain kamu di kamarnya Thalia?" tanya Ayahnya sedikit menaruh kecurigaan dengan anaknya yang baru saja keluar dari kamar Thalia.
********
Hay... hay! Kalian yang sudah baca Bab ini jangan lupa kasih likenya dong untuk author.D
Kalau ada yang mau ngasih 🌷atau ☕ juga boleh kok hehehe. Seperti biasa author juga mau mengingatkan pada para reader ku. Yuk, kasih sajen votenya untuk author. Komentarnya juga jangan sampai lupa yah~
Author selalu menunggu komenan dari kalian loh😁
Makasih...
Bersambung....
Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 276 Episodes
Comments