Sedangkan Thalia yang di tatap seperti itu oleh Bundanya hanya bisa menghela nafas panjang. Ya, Tahlia sudah tahu, jika Ibunya itu pasti akan selalu membela anak tirinya di bandingkan dengan anak kandungnya sendiri
"Belain aja terus, Kak Keenan. Aku itu memang selalu salah kan di mata Bunda."
"Bukannya begitu, Thalia. Bunda hanya ingin agar kamu bisa menghormati Keenan sebagai Kakakmu. Hanya itu saja."
"Sudahlah. Thalia sudah capek."
Setelah mengatakan hal itu Thalia langsung meninggalkan ruang keluarga menuju kamarnya dengan amarah yang menggebu-gebu tak tertahankan lagi.
Saat Thalia masuk kedalam kamarnya dia pun langsung mengunci pintu kamarnya agar tidak ada satupun orang yang bisa menganggunya untuk malam ini. Karena dia sudah terlanjur kecewa dan marah pada Ibu dan Kakak tirinya. Ya, seharusnya Thalia tadi lebih cepat bercerita kepada Ibunya jika Kakak tirinya sudah melecehkan dirinya.
"Ah, sial!" Gerutu Thalia, jika dia kembali mengingat saat Kakak tirinya itu berhasil memanipulasi keadaan hingga berakhir dia yang selalu di salahkan.
***
Malam sudah semakin larut dan semua orang yang ada di mansion sudah tertidur dengan pulas, tetapi berbeda dengan Thalia yang belum bisa memejamkan matanya.
"Kak Keenan, kenapa Kakak bisa ngelakuin hal seperti itu ke aku. Kak Keenan itu bikin aku takut sama Kakak. Meskipun aku hanya adik tiri tapi aku juga adik Kakak, tapi kenapa Kak Keenan memperlakukan aku lebih dari sekedar seorang adik, Kak. Kenapa Kak Keenan itu tega sama aku." gumam Thalia yang masih terbayang-bayang dengan sikap Kakak tirinya yang membuatnya kini takut.
Thalia menghela nafasnya kasar dengan kelimpungan dan gelisah, ketika Thalia ingin memejamkan matanya ia pun kembali teringat akan perlakuan dari Kakak tirinya yang selalu berlebihan padanya.
Terlihat knope pintu yang bergerak dan berusaha di buka dari arah luar. Sehingga membuat Tahlia pun mengerutkan keningnya bingung. Ya, bagaimana Thalia tidak bingung karena di tengah malam yang seperti ini seharusnya semua anggota keluarganya sudah tertidur di kamar mereka masing-masing.
Ceklek.
Suara pintu berhasil di buka. Dan betapa terkejutnya Thalia saat melihat kedatangan Kakak tirinya dan tanpa permisi langsung masuk kedalam kamarnya. Apalagi saat melihat Kakak tirinya itu yang terlihat bahagia sekali setelah berhasil membuat dirinya dan ibunya itu bertengkar.
"Kak Keenan. Apa yang mau Kakak lakukan? Kenapa Kak Keenan bisa masuk kedalam kamarku. Mendingan, Kak Keenan keluar aja deh, karena aku mau tidur." ucap Thalia yang masih duduk di atas ranjang tidurnya dan dia berusaha untuk mengusir Kakak tirinya itu pergi dari kamarnya meskipun Thalia sendiri sebenarnya merasa takut saat ingin mengusir Kakaknya itu keluar dari kamarnya.
"Eh, kenapa kau malah mau mengusirku, sayang. Aku kesini untuk menemuimu, memastikan jika dirimu tak sedang menangis." ucap Keenan dan mulai berjalan menghampiri Thalia yang masih berada di atas ranjang tidurnya.
"Kakak, bisakah Kakak keluar dulu dari kamar Thalia." pinta Thalia yang kini sedang di landa ketakutan.
Keenan menaikkan salah satu alisnya, mengarah pada Thalia dengan mata menyipit.
"Maksudmu, kamu mau mengusir, Kakak. Padahal, kamu itu nggak punya hak untuk mengusir Kakak Thalia. Karena kamu itu milikku."
Ketika Keenan mulai berjalan mendekat ke arahnya, Thalia pun mulai merasa takut. Tetapi dia tidak ingin menunjukkan rasa ketakutannya itu.
"Stop. Kak Keenan jangan melangkah mendekat lagi." ucap Thalia "Jika ada hal yang ingin Kak Keenan bicarakan lebih baik temui Thalia besok pagi saja, karena sekarang sudah malam dan Thalia juga sudah mengantuk." lanjutnya.
Keenan malah tersenyum menyeringai. Apalagi saat melihat adik tirinya yang terlihat lucu saat sedang ketakutan. Kemudian, Keenan mulai melepaskan kemejanya dan membuangnya secara asal.
Tahlia pun mulai merasakan sinyal bahaya. Dan Thalia langsung membaringkan tubuhnya dan menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya. Ya, Thalia berharap jika Kakaknya itu akan keluar dari kamarnya, saat melihat dirinya yang sedang tertidur.
Tapi Keenan terus melangkah mendekat ke arah Thalia dan segera naik ke atas ranjang untuk bergabung bersama dengan Thalia yang kini sedang meringkuk sambil memejamkan matanya. Kemudian Keenan membuka selimut Thalia dan dia langsung memeluk Thalia dari arah belakang dan memeluknya dengan erat hingga Thalia di buat gelagapan olehnya.
"Baby, bangunlah. Aku itu tau, kamu itu sedang berpura-pura tidur, kan? Cepatlah bangun dan meghadaplah kesini. Kalau tidak, aku akan terus menganggumu." bisik Keenan dengan suara seraknya tepat di telinga Thalia hingga membuat Thalia semakin ketakutan.
Ancaman yang di berikan oleh Keenan memang tidak main-main karena sekarang dia mulai menyibakkan baju Thalia dari arah belakang hingga terpampang kulit putih dan mulus milik Thalia hingga membuat Keenan menelan salivanya, karena kecerobohan dirinya yang selalu ingin memiliki adik tirinya itu.
Sedangkan Thalia hanya bisa menangis dalam diam, karena sekarang dia sangat ketakutan jika Kakak tirinya itu akan berbuat hal buruk kepadanya lagi.
Sekarang, Keenan sedang meniup - niup punggung Thalia hingga membuat Thalia semakin merinding. Tak tahan dengan kelakuan Kakak tirinya itu, Thalia pun memberanikan diri untuk beranjak bangun dari tidurnya.
Ya, Thalia tidak ingin jika Kakak tirinya itu berbuat hal yang lebih gila saat dirinya hanya bisa terdiam tanpa mampu memberikan perlawanan terhadapnya.
"Kak Keenan. Aku mohon, mendingan Kak Keenan keluar dari kamarku saja. Dengan Kak Keenan berada di sini, membuat Thalia gak bisa tidur, Kak. Tahlia juga butuh istirahat, karena besok Thalia harus berangkat ke sekolah." Bentak Thalia, sambil merapikan baju tidurnya akibat ulah dari Kakak tirinya tadi.
Keenan tersenyum saat melihat Thalia yang kini sedang berdiri sambil merapikan baju tidurnya.
"Thalia, kalau kamu tadi nurut pasti akan semakin menggemaskan. Mendingan kamu kesini deh, tidur bareng sama Kakak. Dan Kakak akan jamin kalau kamu nggak akan kedinginan lagi? Bukannya kamu tadi tidak bisa tidur ya? Ayolah, sayang. Kita tidur bareng yuk." ucap Keenan yang kini beranjak berdiri dan melangkah mendekat ke arah Thalia.
"Kak Keenan sudah gila, ya! Harusnya Kakak itu mikir kalau perbuatan Kakak ini sangatlah menjijikkan. Sekarang, Thalia minta agar Kak Keenan cepat keluar dari kamar Thalia. Aku bilang cepat keluar, Kak?!" Seru Thalia sambil berjalan ke arah pintu dan segera membukanya.
Mendengar ucapan dari Thalia Keenan pun sangat marah. Padahal, kepulangan Keenan di negara L hanya untuk bertemu dengan adik tirinya yang sangat dia cinta itu. Dan kini, dia hanya mendapatkan penolakkan dari adik tirinya itu.
******
Hay... hay! Kalian yang sudah baca Bab ini jangan lupa kasih likenya dong untuk author.D
Kalau ada yang mau ngasih 🌷atau ☕ juga boleh kok hehehe. Seperti biasa author juga mau mengingatkan pada para reader ku. Yuk, kasih sajen votenya untuk author. Komentarnya juga jangan sampai lupa yah~
Author selalu menunggu komenan dari kalian loh😁
Makasih...
Bersambung....
Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments